Wadah Transparan Bisa Jadi Jawaban Persoalan Manajemen Sampah, Gimana Caranya?

Artikel ini mendapatkan Juara 1 Lomba Blog Dry Wednesday by Indonesian Babywearer

Ada pepatah lama yang berkata, “One man’s trash is another man’s treasure.” Saya termasuk orang yang pernah meyakini ungkapan ini. Namun, setelah mencari tahu tentang seluk beluk manajemen sampah, keyakinan itu pupus.

Ternyata, sampah kita itu bukan harta buat orang lain, loh. Sebaliknya, sampah menghadirkan permasalahan baru bagi semua orang.

Dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) yang dikelola oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), kita bisa tahu bahwa dari 202 wilayah kabupaten/kota di Indonesia, tercatat total tumpukan sampah nasional sebesar 21.1 juta ton.

Menariknya, dari keseluruhan sampah tersebut, sekitar 65,71% atau setara dengan 13,9 juta ton berhasil dikelola. Namun, masih ada 34,29% atau sekitar 7,2 juta ton yang belum mendapatkan penanganan yang optimal. (Sumber: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan)

Nah, dari situ saja sudah kelihatan sumber permasalahannya. Lalu, apa yang harus kita lakukan?

Kamu Bisa Mulai Manajemen Sampah dari Rumah Sendiri Dulu!

Setiap kamu membuang sampah coba ingat dulu apa yang Timothy Morton katakan. (Hah! Siapa lagi tuh?)

Si ahli ekologi ini pernah ngomong bahwa sampah kita itu tidak akan pernah menghilang begitu saja, melainkan hanya pergi ke tempat lainnya.

Memang kerasanya seperti hilang, ya! Si sampah diambil sama tukang sampah lalu dibawa ke TPA. Rumah bersih dan sampah lenyap dari pandangan.

Tetapi sebenarnya dia tidak hilang, loh. Dia hanya berpindah tempat.

manajemen sampah

Image created by Tika Widya using DALL-E 3

Tidak semua sampah ini bisa dikelola dengan baik juga. Alhasil, kita juga terjebak dalam dilema soal manajemen sampah.

Berdasarkan informasi dari PBB, tiap tahun lautan dibanjiri oleh sekitar 8 juta ton sampah plastik. Dari angka tersebut, Indonesia ternyata berkontribusi lebih dari 600,000 ton, menurut estimasi dari Indonesia Institute of Science.

Kamu tentu saja tidak mau jadi salah satu orang yang bertanggung jawab akan hal ini, kan? Makanya, mau tidak mau kita harus memulai perubahan dari diri sendiri.

Caranya sebenarnya sederhana, teman-teman! Kamu bisa mulai dari beberapa langkah ini:

1. Berbelanja dengan Kemasan Sendiri

Salah satu cara paling efektif untuk mengurangi jumlah sampah yang masuk ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) adalah dengan berhenti membil bahan atau kemasan yang kamu rasa tidak perlu.

Contohnya, saat berbelanja kamu bisa bawa tas sendiri agar tidak perlu menggunakan tas kresek dari supermarket. Lebih daripada itu, kamu juga bisa loh mulai berbelanja bahan makanan ke pasar dengan membawa kotakan sendiri.

Jadi, kamu tidak akan turut serta menyumbang terlalu banyak sampah plastik yang butuh penguraian dalam jangka waktu panjang. Ingat, setiap tindakan kecil yang kamu lakukan memiliki dampak besar untuk lingkungan kita.

BACA JUGA:   Bahasa Inklusif: Apa Pentingnya dalam Penulisan?

2. Mencuci Sampah yang Bisa Didaurulang

Serius? Haruskah saya mencuci bekas makanan ini sebelum mendaur ulang?

Nah, mari kita pikirkan bersama. Dengan membersihkan sisa makanan dari wadah yang hendak didaur ulang, kamu sebenarnya sedang membantu para pekerja di TPA.

Sampah yang kamu buang mungkin butuh waktu berminggu-minggu untuk sampai ke TPA. Nah, kira-kira apa yang terjadi jika kamu membuang sebuah kemasan yogurt (misalnya)? Tentu saja, sisa yogurt di dalamnya mulai membusuk. Bau tak sedap pasti akan muncul!

Namun, jika kamu masih khawatir soalkebutuhan air, ada cara cerdas untuk melakukannya.

Saat mencuci piring, letakkan barang-barang daur ulang di wastafel. Dengan begitu, air sabun yang terpakai untuk mencuci piring bisa sekaligus membersihkan bekas makanan tersebut.

Atau, kamu juga bisa menggunakan tisu atau serbet bekas untuk mengelap sisa makanan. Dengan cara ini, kamu tak hanya berkontribusi pada daur ulang, tetapi juga menjaga kebersihan dan efisiensi air di rumahmu. Semua berjalan seimbang, bukan?

3. Mulai Memisahkan Sampah

Memisahkan sampah mungkin terdengar sederhana, namun banyak yang masih malas-malasan ngelakuinnya. Hayooo… ngaku!

Memisahkan sampah itu sebenarnya nggak sulit kok. Yuk, kita pelajari bersama langkah-langkahnya!

Kenali Jenis Sampah
Sebelum memulai, kamu perlu mengetahui jenis-jenis sampah yang ada. Secara umum, sampah bisa dibagi menjadi dua: organik dan anorganik.

Sampah organik berasal dari makhluk hidup, seperti sisa makanan, daun-daunan, atau kertas. Sedangkan, sampah anorganik seperti plastik, kaca, dan logam tidak berasal dari makhluk hidup.

Siapkan Tempat Sampah Khusus
Kamu bisa menyediakan beberapa keranjang atau tong sampah di rumah. Labeli masing-masing tong berdasarkan jenis sampah: organik, plastik, kaca, dan logam. Hal ini akan memudahkan kamu saat membuang sampah.

Buang Sampah Sesuai Kategori
Setiap kali kamu hendak membuang sampah, pastikan membuangnya ke tong yang sesuai. Misalnya, botol plastik ke tong plastik, sisa sayuran ke tong organik.

Rutin Buang Sampah
Jangan lupa untuk rutin membuang sampah, terutama sampah organik yang cepat membusuk. Kamu bisa mengomposkan sendiri sampah organik atau memberikannya kepada petugas sampah setempat.

Daur Ulang Sampah Anorganik
Kamu bisa menyimpan sampah anorganik seperti plastik, kaca, atau logam, dan mengumpulkannya untuk dirombengkan. Beberapa daerah mungkin memiliki fasilitas daur ulang khusus. Tetapi, kalau di tempatmu belum ada, langsung aja setor ke tukang rombeng.

Contoh Tindakan Praktis

Masih kesulitan dengan membiasakan diri memilah sampah? Saya biasanya menerapkan langkah sederhana ini. Setiap pagi, setelah sarapan, saya membuang sisa makanan ke tong organik dan kemasan plastik ke tong plastik.

Nah, karena saya tinggalnya di lingkungan pedesaan, sampah organik ini bisa dengan mudah dijadikan kompos yang akhirnya bisa jadi pupuk untuk kebun. Jadi, cuma sampah kemasan aja yang saya setorin ke TPA.

Pada akhir pekan, saya juga biasa mengumpulkan kertas, kardus, dan koran lama untuk dijual ke tukang rombeng soalnya dia lewat setiap minggu di sini.

Tindakan ini mungkin beda-beda, ya. Sesuaikan dengan kondisi dan jadwal sendiri saja. Tapi, minimal kita semua bisa melakukan ini untuk membantu pengelolaan sampah di Indonesia.

Tapi, Cara Ini Juga Bukannya Bebas dari Masalah…

Nah, dari pengalaman sorting sampah sendiri, saya jadi tahu bahwa kadang-kadang masalahnya terletak di anggota keluarga kita. Hmmm… tidak semuanya langsung paham, kenapa dan bagaimana seharusnya kita membuang sampah.

BACA JUGA:   Hubungan Menyimak, Berbicara, Membaca, dan Menulis

Saya sudah sering bilang, “tempat sampah yang ini buat yang organik, ya. Kalo kemasan taruh di sana!” Namun, tetep aja saya sering kecolongan. Akhirnya, kegiatan composting berubah jadi kegiatan sorting.

Bete nggak sih, kalo lagi nuang sampah ke tempat kompos eh ada aja plastik yang nyelip?

manajemen sampah

Image created by Tika Widya using DALL-E 3

Nah, permasalahan edukasi ini memang runyam, ya. Namun, kita nggak boleh menyerah begitu saja.

Mungkin kita nggak boleh berhenti pada omongan saja, harus ada langkah dan visual nyata yang bisa membantu mengatasi masalah ini.

Di saat itulah saya mendengar perjuangan Indonesian Babywearers yang sering mengajak masyarakat Indonesia untuk sadar akan sampah.

Nah, mereka nih yang pertama kali beride soal penggunaan wadah transparan untuk pemilahan sampah di tempat publik (dan bisa kita terapin juga di rumah sendiri) lewat program Dry Wednesday.

Apa itu Dry Wednesday?

Dry Wednesday atau Rabu Kering ini adalah program dari Indonesian Babywearers yang peduli banget soal optimalisasi manajemen sampah di Indonesia. Makanya, mereka mengusulkan supaya toko, mall, retailer dan lokasi publik harus menggunakan tempat sampah transparan.

Mengapa demikian?

Nah, ada sejumlah alasan baik di balik penggunaan tempat sampah yang jernih ini. Mari kita bahas lebih lanjut!

1. Mendorong Penggunaan Tempat Sampah dengan Benar

Ketika kamu bisa melihat dengan jelas apa yang ada di dalam tempat sampah, kamu akan lebih termotivasi untuk membuang sampah dengan benar. Ini seperti efek psikologis yang membuat kita lebih peduli dan bertanggung jawab atas limbah yang kita hasilkan.

2. Memudahkan Pemisahan Sampah

Dengan tempat sampah transparan, pemisahan antara sampah organik, anorganik, dan daur ulang menjadi lebih mudah. Kamu bisa langsung melihat apakah sampah sudah masuk ke bagian yang benar atau belum, sehingga mencegah pencampuran antar jenis sampah.

3. Menghindari Risiko Keamanan

Tempat sampah yang transparan memungkinkan kamu untuk dengan cepat mengidentifikasi benda-benda yang mungkin berbahaya. Misalnya, bila ada benda tajam atau berbahaya lainnya, kamu bisa segera mengetahuinya dan mengambil tindakan.

4. Pemantauan Berkelanjutan

Karena jernih, tempat sampah ini memudahkan pemantauan terhadap jenis-jenis sampah yang dibuang. Hal ini berguna untuk evaluasi dan perbaikan sistem manajemen sampah di masa depan.

5. Kemudahan Identifikasi dengan Kode Warna

Meski transparan, tempat sampah ini biasanya dilengkapi dengan kompartemen berkode warna. Ini membantu kamu untuk membuang sampah ke tempat yang tepat. Misalnya, hijau untuk organik, biru untuk plastik, dan kuning untuk kertas.

6. Label dan Grafik

Beberapa tempat sampah transparan juga dilengkapi dengan label atau grafik yang memudahkan pengguna memahami jenis sampah yang harus dibuang di sana, bahkan dari jarak jauh.

Contohnya gini deh:
Bayangkan kamu berada di taman kota dan melihat tempat sampah transparan dengan kompartemen berbeda. Ketika kamu mau membuang botol plastik minumanmu, kamu bisa lebih cepat mengidentifikasi bagian mana yang untuk plastik, lalu membuangnya dengan benar.

Ini juga berfungsi untuk anak-anak. Dengan kata lain, anak-anak kita yang mungkin belum sepenuhnya mengerti soal sorting sampah, bisa langsung tahu dimana tempat buangnya.

Jadi, tempat sampah transparan itu tidak hanya fungsional, tapi juga mendidik. Lebih daripada itu, wadah transparan akan mengajak kita semua untuk lebih sadar dan bertanggung jawab terhadap lingkungan.

Dari sinilah, saya mulai berpikir. Oh iya, kayaknya tempat sampah transparan itu bisa efektif juga kalau diterapin tidak hanya di rumah sendiri tapi di lokasi publik juga.

Dengan demikian, semua anggota masyarakat bisa ikut terlibat bukan cuma sebagian saja. Semuanya bisa hebat secara bersama-sama, bukan cuma beberapa pihak saja.

Kalau anak-anak kita bisa lihat sorting sampah yang transparan di tempat-tempat publik. Maka, kita juga akan lebih mudah mengedukasi mereka di rumah sendiri.

Manajemen Sampah, Tanggung Jawab Siapa?

Ini adalah pertanyaan yang cukup mendalam dan memerlukan pemahaman yang komprehensif. Menurut UU Nomor 18 Tahun 2008, ada dua jenis pengelolaan sampah. Yang pertama adalah pengelolaan sampah domestik. Yang kedua adalah pengelolaan sampah khusus.

Pemerintah bertanggung jawab atas pengelolaan sampah khusus. Namun, untuk sampah domestik, ada dua aspek utama yang perlu kita perhatikan, yaitu pengurangan dan penanganannya.

manajemen sampah

Image created by Tika Widya using DALL-E 3

Pengurangan dan penanganan sampah mencakup upaya membatasi produksi sampah, mendaur ulang, dan memanfaatkannya kembali. Dalam konteks ini, baik pemerintah pusat, daerah, sektor bisnis, maupun masyarakat umum, semuanya memegang peran penting.

Jadi, semuanya memang terlibat dan akhirnya kita semua harus ambil bagian terhadap dampaknya juga!

1. Tanggung Jawab Pribadi

Setiap individu memiliki peran penting dalam mengelola sampah yang dihasilkannya. Kamu, saya, dan setiap orang di sekitar kita harus menyadari betapa pentingnya mengurangi, mendaur ulang, dan memilah sampah dengan benar. Misalnya, kita bisa mulai dengan membawa tas belanja sendiri saat ke pasar atau supermarket untuk mengurangi penggunaan plastik.

2. Tanggung Jawab Pemerintah

Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk menyediakan fasilitas manajemen sampah yang memadai, seperti tempat pembuangan akhir, fasilitas daur ulang, dan program edukasi tentang manajemen sampah. Sebagai contoh, pemerintah kota bisa mengadakan kampanye kesadaran tentang bahaya sampah plastik dan memasang wadah transparan untuk pemilahan sampah di tempat publik.

3. Tanggung Jawab Industri

Industri yang memproduksi barang konsumsi harus bertanggung jawab atas sampah yang dihasilkan oleh produk mereka. Misalnya, produsen makanan ringan bisa mulai mengurangi kemasan plastik dan beralih ke kemasan yang lebih ramah lingkungan. Selain itu, industri retail juga bisa menerapkan penggunaan tempat transparan juga di semua toko mereka.

4. Tanggung Jawab Masyarakat

Masyarakat juga memiliki peran penting dalam menjaga kebersihan lingkungan. Bersama-sama, kita bisa membentuk kelompok atau komunitas untuk membersihkan lingkungan, mengadakan kegiatan daur ulang, atau bahkan mengadakan workshop tentang cara mengurangi sampah di rumah seperti yang selama ini dilakukan oleh Indonesian Babywearers.

Dari semua poin di atas, kita bisa menyimpulkan sendiri bahwa manajemen sampah adalah tanggung jawab bersama. Tidak ada satu pihak saja yang harus bertanggung jawab, tetapi setiap lapisan masyarakat, mulai dari individu hingga pemerintah, harus berperan aktif dalam mengatasi masalah ini. Jadi, boleh kok mulai dari diri sendiri tapi ayolah kita teruskan secara bersama-sama! Karena perubahan besar dimulai dari tindakan kecil yang kita lakukan sehari-hari.

Referensi: 

  1. Pengelolaan Sampah di Indonesia. (n.d.). Direktorat Jenderal Kekayaan Negara. Retrieved October 26, 2023, from https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-lahat/baca-artikel/14891/Pengelolaan-Sampah-di-Indonesia.html
  2. 7,2 Juta Ton Sampah di Indonesia Belum Terkelola Dengan Baik | Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. (2023, August 5). Kemenko PMK. Retrieved October 26, 2023, from https://www.kemenkopmk.go.id/72-juta-ton-sampah-di-indonesia-belum-terkelola-dengan-baik
  3. Shahab, N. (2021, June 9). Indonesia’s plastic waste emergency. China Dialogue Ocean. Retrieved October 26, 2023, from https://chinadialogueocean.net/en/pollution/17615-indonesias-plastic-waste-emergency/ 
  4. Indonesian Babywearers (@indonesian.babywearers) • Instagram photos and videos. (n.d.). Instagram. Retrieved October 26, 2023, from https://www.instagram.com/indonesian.babywearers/

Tika Widya

Tika Widya C.DMP adalah seorang penulis yang sudah menekuni industri kreatif secara profesional sejak tahun 2018. Ia telah menjadi content writer, copywriter dan creative writer pada lebih dari 914+ proyek penulisan skala nasional dan internasional. Pada tahun 2024, ia berhasil menjadi satu-satunya penulis Indonesia yang masuk daftar Emerging Writer Australia-Asia. Kini, Tika Widya mengajar menulis lewat Tikawidya.com, Tempo Institute dan Kelas Bersama. Ia juga membentuk Komunitas Belajar Nulis yang aktif mengawal 1800+ penulis dari seluruh Indonesia untuk terus berkarya dan menyemarakkan industri literasi nusantara.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *