Bukan Sekadar Sci-fi: Teknologi AI Ternyata Hadirkan Peluang Baru bagi Masa Depan

Artikel ini mendapatkan Juara 1 Kategori Umum dalam Lomba Copywriting Telkom University.

Sebelum terdampak tren AI yang terjadi sejak beberapa bulan lalu, pemahaman saya terhadap teknologi AI sangat terbatas pada apa yang saya lihat di film Terminator

Saya pikir, AI cuma berguna sebagai sistem militer intelijen saja. Apalagi di Terminator 2, saya hanya bisa melihat sosok AI dari Skynet yang terus berusaha membunuh John Connor. 

Jadi, saya menyimpulkan bahwa kalaupun teknologi ini beneran berkembang maka ia hanya akan berdampak pada sistem ketahanan negara. Tidak akan ada efeknya pada rakyat sipil macam saya. 

Sayangnya, saya salah. AI malah membuat debut yang mengejutkan di dunia kerja. Bisa dibilang inilah yang akhirnya mengubah segalanya. 

Benarkah AI Mengancam Peluang Kerja Manusia?

Gambar ilustrasi AI yang dibuat dengan Leonardo.ai

Ini adalah gambar ilustrasi AI yang dibuat dengan Leonardo.ai

AI pertama kali populer sejak munculnya generative AI tools seperti ChatGPT dan DALL-E pada bulan November tahun lalu. Kini, pekerja kreatif seperti saya harus mampu bersaing dengannya. Jika tak mampu, maka kami terancam kehilangan mata pencaharian. Oleh karena itulah, banyak yang kian dilanda keputusasaan. 

Sebagian dari kami mungkin berpikir untuk bikin pemberontakan ala Luddites, pekerja Inggris di awal tahun 1800-an yang harus kehilangan posisinya saat mesin-mesin pabrik muncul di era revolusi industri. Orang-orang inilah yang menginspirasi lahirnya tokoh John Connor di Terminator 2. 

Nah, berontak memang bukan solusi yang sepenuhnya irasional. Faktanya, di belahan bumi sebelah sana, berita-berita soal writer’s strike mulai berdengung. Tuntutan akan regulasi penggunaan AI terus bergaung. Ya! Kita semua harus melindungi pekerjaan kita, bukan? 

Tetapi, bagaimana kalau saya bilang bahwa kita bisa menempuh jalur yang lebih kompromis dengan AI? Dalam artian, kita bisa menggunakannya untuk jadi pekerja yang lebih kompetitif sehingga bisa mengamankan masa depan. 

Alih-alih mengikuti jejak John Connor yang setia melawan AI, kita bisa mulai berdamai dengan keadaan baru ini. Sebab, sama seperti makhluk lainnya, kita, manusia hanya bisa bertahan hidup dengan beradaptasi.

Perubahan Dunia Kerja Pasca Artificial Intelligence

AI memang mengubah cara kerja dunia dengan cukup drastis. Yang bikin syok adalah kemunculannya yang tiba-tiba. Saya sempat kaget karena ada penurunan pemesanan tulisan yang cukup signifikan saat AI lagi trending di Indonesia. 

BACA JUGA:   Mengatasi Disparitas Kesehatan Indonesia: Inisiatif 1 Desa 1 Faskes 1 Nakes

Apalagi, Goldman Sachs membuat situasi semakin genting dengan melaporkan bahwa ada 300 juta pekerjaan di dunia yang terancam karena keberadaan AI. Wow, kepanikan mulai melanda. 

Untungnya, tren ini tidak berlangsung lama. Dalam dua bulan, klien kembali lagi memesan jasa penulisan. Meskipun demikian, turunnya omzet membuat saya harus berhemat selama beberapa saat. 

Setelah tren AI muncul, Boston Consulting Group membuat survei yang menunjukkan keadaan sebenarnya. Menurut survei mereka pada bulan Juni 2023, 80% eksekutif perusahaan memang menyatakan bahwa mereka sudah menggunakan AI. Namun, hanya 20% pekerjanya yang mendukung pernyataan ini.

Aplikasi AI di perusahaan-perusahaan besar ternyata belum berlangsung 100%. Jadi, di mana masalahnya?  Jawabannya ada pada kondisi sumber daya manusia. 

Tidak semua orang paham soal AI. Bahkan, ada lebih banyak lagi yang tidak bisa bekerja dengannya. Inilah yang kemudian membuka pola recruitment baru. Karena, asal tahu saja, LinkedIn melaporkan bahwa frekuensi lowongan untuk karyawan yang bisa menggunakan AI meningkat 21 kali lipat sejak bulan November tahun lalu. 

Dari sini, kalian mungkin sudah bisa menyimpulkan sendiri. 

Alih-alih merampas pekerjaan, AI malah membuka peluang kerja yang baru.

Teknologi AI dan Masa Depan Otomasi

Secara teoritis, generative AI tools bisa mengotomasi pekerjaan sehingga dapat menghemat 70% waktu kerja karyawan. Menurut survei dari McKinsley ini, AI akan menggantikan separuh aktivitas kerja harian para karyawan pada tahun 2045 nanti. 

Masa depan manusia versi Leonardo.ai

Ini adalah gambar ilustrasi masa depan manusia bersama AI yang dibuat dengan Leonardo.ai

Perubahan ini akan berdampak utamanya pada pekerja yang berbasis pengetahuan. Padahal, pekerjaan berbasis pengetahuan biasanya mendatangkan lebih banyak gaji karena adanya persyaratan edukasi yang lebih tinggi. 

Namun, kalian tidak perlu khawatir. Ini bukan berarti kalian akan kehilangan pekerjaan. Pasalnya, banyak expert mengatakan bahwa yang diperlukan adalah pekerja yang memahami cara menggunakan generative AI dengan baik. 

Dengan kata lain, pekerjaan kalian aman asalkan kalian punya kemampuan bekerja menggunakan AI.

Jadi, otomasi tidak melulu soal mengganti karyawan dengan AI. Sebaliknya, AI akan membantu manusia menjadi lebih produktif sehingga pekerjaan selesai lebih cepat. 

Tentu saja, fakta ini membuat perusahaan terus mencari sumber daya manusia yang mampu beradaptasi dengan AI. Terbukti, ada semakin banyak jenis pekerjaan baru yang berfokus pada AI. 

Contohnya, baru-baru ini Netflix sedang mencari orang untuk mengisi posisi AI-focused Product Manager dengan tawaran gaji cukup besar yaitu, USD 900,000 per tahun. Ini belum termasuk lowongan pekerjaan untuk AI Engineer yang melonjak 50% lebih banyak dari tahun sebelumnya. 

BACA JUGA:   Cara Penulis Berperang Melawan Kebodohan

Jadi, untuk menjawab permintaan job market, yang harus kita lakukan adalah mulai beradaptasi dengan meningkatkan pemahaman kita terhadap teknologi AI. Harapannya, ini akan membuka peluang baru di masa depan yang terus berubah. 

Ingatlah bahwa tidak ada yang lebih pasti daripada perubahan. Jangan panik menghadapinya! Tapi, raihlah kesempatan untuk mengambil peran di dalamnya. 

Beradaptasi dengan Teknologi AI Bersama Tel-U

Kalau kalian sudah siap melakukan adaptasi demi hidup berdampingan bareng AI, maka menimba ilmu adalah langkah berikutnya. Siapa tahu ilmu AI bisa mengantarkanmu pada job bergaji six-figures yang ditawarin sama Netflix tadi. 

Gambar ilustrasi manusia bekerja dengan AI yang dibuat dengan Leonardo.ai

Ini adalah gambar ilustrasi manusia bekerja dengan teknologi AI yang dibuat dengan Leonardo.ai

Pertanyaannya, harus mulai dari mana? 

Tenang! Sekarang sudah ada jurusan kuliah di Indonesia yang punya spesialisasi di bidang aplikasi AI dalam industri. Kalian bisa mengambil jurusan Teknik Telekomunikasi di Telkom University untuk belajar lebih dalam soal AI. Dengan demikian, begitu lulus kalian pasti akan langsung dicari oleh perusahaan-perusahaan yang kini bekerja dengan teknologi AI. 

Di jurusan ini, kalian nggak cuma dibekali dengan pengetahuan tentang AI saja, ya. Namun, kalian juga akan mendapatkan ilmu terkait big data analytics, cloud computing dan mobile networks. Semuanya tentu akan mendukung kalian untuk berkompetisi dalam job market di masa depan. 

Asal kalian tahu saja, alumni-alumni dari jurusan ini bahkan berhasil meraih posisi direktur di PT Telkomsel Indonesia. Jadi, tak perlu bertanya lagi soal kualitas lulusan Telkom University yang sudah pasti punya peluang kerja tinggi. 

Selanjutnya, tahukah kalian bahwa kurikulum di S1 Teknik Telekomunikasi ini sedikit berbeda? Kurikulumnya sudah mengacu pada OBE atau Outcome Based Education

Apa sih OBE? 

OBE adalah metode belajar yang fokusnya pada pencapaian hasil yang spesifik. Dengan kata lain, kalian akan diberi pengetahuan, kemampuan serta pendidikan perilaku yang berorientasi kepada hasil. Kurikulum ini akan memastikan bahwa semua lulusannya bisa siap bersaing dalam dunia kerja yang terus menuntut perkembangan inovasi. 

Nah, menarik bukan? 

Jadi, jangan sampai salah jurusan!

Jika kalian mau ambil bagian dalam teknologi masa depan, Telkom University bisa jadi solusi yang tepat. 

Berdamai dengan Masa Depan

Dari film Terminator, ada sebuah kutipan yang selalu saya ingat. Bunyinya kurang lebih seperti ini: 

“The unknown future rolls toward us. I face it, for the first time, with a sense of hope. Because if a machine, a Terminator, can learn the value of human life, maybe we can too.”

Sarah Connor 

Saya setuju bahwa kita tidak bisa mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan. Namun, coba kaji situasinya terlebih dahulu. Teknologi AI kini semakin berkembang dan mulai belajar tentang nilai-nilai kehidupan manusia. Jadi, sudah saatnya kita melakukan hal yang sama yaitu, membuka pikiran dan mulai beradaptasi dengan keberadaannya. 

BACA JUGA:   Bahasa Inklusif: Apa Pentingnya dalam Penulisan?

Lebih baik lagi, jika kita juga belajar tentang teknologi ini. Karena, teknologi ini membuka kesempatan serta masa depan yang baru bagi dunia. 

Daripada sibuk melawan perubahan (yang pasti terjadi), kenapa kita tidak mencoba berdamai dengannya?

Toh, selalu ada peluang baru yang datang, ada pengetahuan baru yang bisa dipelajari dan ada Tel-U yang terus menghadirkan akses pengetahuan teknologi terbaru untuk memastikan bahwa kita bisa menyongsong masa depan dengan bekal yang lebih dari cukup.

Tunggu apa lagi? Ayo, #RaihMasaDepanmu bersama Telkom University. 

Referensi: 

  1. AI at Work: What People Are Saying. (2023, June 7). Boston Consulting Group. Retrieved August 29, 2023, from https://www.bcg.com/publications/2023/what-people-are-saying-about-ai-at-work
  2. Alumni Tel-U Dipercaya Jadi Dirut Telkomsel | Republika Online. (2020, January 14). Ekonomi. Retrieved August 30, 2023, from https://ekonomi.republika.co.id/berita/q43mfi396/alumni-telu-dipercaya-jadi-dirut-telkomsel
  3. Andrews, E. (2015, August 7). Who Were the Luddites? | HISTORY. Retrieved August 29, 2023, from https://www.history.com/news/who-were-the-luddites
  4. Economic potential of generative AI. (2023, June 14). McKinsey. Retrieved August 29, 2023, from https://www.mckinsey.com/capabilities/mckinsey-digital/our-insights/the-economic-potential-of-generative-ai-the-next-productivity-frontier
  5. Garfinkle, M. (2023, July 28). Netflix Offers Up To $900K for AI-Focused Product Manager. Entrepreneur. Retrieved August 29, 2023, from https://www.entrepreneur.com/business-news/netflix-offers-up-to-900k-for-ai-focused-product-manager/456613
  6. Generative AI: What Is It, Tools, Models, Applications and Use Cases. (n.d.). Gartner. Retrieved August 29, 2023, from https://www.gartner.com/en/topics/generative-ai
  7. Goled, S. (2023, July 25). AI jobs rose 50% to 32,000 open roles in June: Naukri data science head. Techcircle. Retrieved August 29, 2023, from https://www.techcircle.in/2023/07/25/ai-jobs-rose-50-to-32-000-open-roles-in-june-naukri-data-science-head
  8. Lucas, E. (n.d.). LinkedIn Says ChatGPT-Related Job Postings Have Ballooned 21-Fold Since November. Forbes. Retrieved August 29, 2023, from https://www.forbes.com/sites/emmylucas/2023/08/17/linkedin-says-chatgpt-related-job-postings-have-ballooned-21-fold-since-november/?sh=1a4e361f3fb8
  9. Outcome Based Education System Guide | Bagian Pengembangan Akademik (BPA). (n.d.). BPA Telkom University. Retrieved August 30, 2023, from https://bpa.telkomuniversity.ac.id/outcome-based-education-system-guide/
  10. S1 Teknik Telekomunikasi. (n.d.). Telkom University. Retrieved August 30, 2023, from https://telkomuniversity.ac.id/s1-teknik-telekomunikasi/
  11. SkyNet | Terminator Wiki | Fandom. (n.d.). Terminator Wiki. Retrieved August 29, 2023, from https://terminator.fandom.com/wiki/Skynet
  12. Vallance, C. (2023, March 28). AI could replace equivalent of 300 million jobs – report. BBC. Retrieved August 29, 2023, from https://www.bbc.com/news/technology-65102150
  13. Writers’ strike: What to know about the issues and impact on Hollywood. (2023, August 25). Los Angeles Times. Retrieved August 29, 2023, from https://www.latimes.com/entertainment-arts/business/story/2023-05-01/writers-strike-what-to-know-wga-guild-hollywood-productions 

Tika Widya

Tika Widya C.DMP adalah seorang penulis yang sudah menekuni industri kreatif secara profesional sejak tahun 2018. Ia telah menjadi content writer, copywriter dan creative writer pada lebih dari 914+ proyek penulisan skala nasional dan internasional. Pada tahun 2024, ia berhasil menjadi satu-satunya penulis Indonesia yang masuk daftar Emerging Writer Australia-Asia. Kini, Tika Widya mengajar menulis lewat Tikawidya.com, Tempo Institute dan Kelas Bersama. Ia juga membentuk Komunitas Belajar Nulis yang aktif mengawal 1800+ penulis dari seluruh Indonesia untuk terus berkarya dan menyemarakkan industri literasi nusantara.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *