5 Teknik Menulis Fiksi yang Wajib Kamu Ketahui

Mencari beberapa teknik menulis fiksi untuk membangun keterampilan atau membantu kamu melewati writer’s block? Berikut adalah 5 teknik yang dapat kamu terapkan pada setiap karya fiksi. Cobalah satu per satu untuk tahu mana yang cocok dengan gaya penulisan kamu!

1. Menulis Tindakan dalam Narasi

teknik menulis fiksi

Ketika kamu memikirkan ‘tulisan yang bagus’, banyak dari kamu yang membayangkan prosa romantis dengan diksi ala puisi. Namun, meskipun kita semua mungkin merasa wow ketika melihat diksi-diksi rumit, pendekatan seperti ini biasanya malah mengarah pada kalimat yang tidak efektif. Agar tulisan kamu tetap menarik, ingatlah dua aturan penulisan dasar ini.

Show, Don’t Tell

Kapan pun kamu merasakan dorongan untuk mendeskripsikan sesuatu, sebaiknya lakukanlah lewat tindakan. Misalnya, jika kamu ingin mendeskripsikan pakaian karakter, kamu dapat menulis:

Rani belum merasa hangat. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk memakai tambahan jaket ungu berbulu angsa yang ia temukan di pojokan kamar. 

Namun, menggunakan kedua kalimat ini untuk menggambarkan jaket Rani mungkin belum cukup sempurna. Jadi, sebagai gantinya, kamu dapat menuliskan tindakan dengan menggunakan teknik show don’t tell:

Rani menggigil. Saat dia berjalan melintasi pojokan kamar, dia menarik kerah mantel bulu berwarna ungu yang memanjang ke lantai. Kemudian, ia berusaha keras untuk mengaitkan kancingnya.

Dalam versi kedua ini, pembaca akan mendapatkan informasi yang sama. Namun, pembaca tidak akan memiliki  gambaran statis dari sebuah mantel. Sebaliknya, mereka akan melihat aksi adegan tersebut. 

Jadi, dengan mengubah deskripsi menjadi tindakan, kamu dapat membantu menjaga cerita tetap bergerak. Lagi pula, ketika orang membaca buku, mereka seharusnya berpikir apa yang terjadi selanjutnya, bukan?

BACA JUGA:   Apa Itu Teknik Naratif dalam Penulisan Fiksi?

Hindari Kalimat Pasif 

Cek dulu contoh kalimat pasif dan aktif berikut ini:

PasifAktif 
Saya tersakiti oleh perkataannya.Perkataannya menyakiti saya.
Bola ditendang olehnya.Ia menendang bola.

Tahukah kamu bahwa menulis dengan kalimat pasif seringkali terasa lebih sulit? Alasannya karena kamu menggunakan lebih banyak kata untuk mengekspresikan ide yang sama. 

Inilah yang menyebabkan kalimat pasif menjadi tidak efisien. Lebih daripada itu, kalimat pasif juga menciptakan jarak antara tokoh yang terlibat dan adegan yang terjadi. 

Oleh karena itu, gunakanlah kalimat aktif untuk memberikan dampak dan keterlibatan ekstra dari tokoh terhadap adegan yang sedang terjadi. 

2. Mengaktifkan Panca Indera

teknik menulis fiksi

Salah satu teknik menulis fiksi yang paling populer adalah aktivasi panca indera. Terlebih lagi, pembaca terbiasa mengetahui bagaimana hal-hal terlihat dan terdengar. Jadi, kamu dapat menambahkan dimensi pada tulisanmu dengan membangkitkan aroma, rasa, dan sensasi dengan keterlibatan panca indera.

Bau

Kita jarang menyebutkan bagaimana bau sesuatu kecuali jika itu sangat menyenangkan atau busuk. Namun, hidung kita dapat mengingat hal-hal yang telah lama dilupakan oleh mata kita. 

Aroma yang kamu tuliskan dapat memanggil ingatan indera para pembaca. 

Contohnya: 

Aroma popcorn yang baru diolesi mentega dapat membawa kamu teringat pada lobi bioskop. Sedangkan, bau disinfektan dapat membawa kamu pada rumah sakit.

Rasa

Seperti bau, rasa dapat memiliki efek yang berdampak pada pembaca. Dengan cara yang hampir sama, kamu dapat memanfaatkan pengalaman rasa untuk membangkitkan respons sensorik yang menarik pembaca kepada tokoh.

Contohnya: 

Bisa kamu lihat di beberapa manga yang secara spesifik mengambil setting di dunia masak memasak seperti Born to Cook atau Yakitate Japan! 

Citra 

Menulis menggunakan indera peraba lebih dari sekadar menggambarkan perasaan pasir melalui jari-jari atau tekstur syal sutra. 

Meskipun tekstur sangat penting untuk membangun gambaran deskriptif yang lengkap, sentuhan juga mencakup sensasi yang biasanya kita anggap berada di bawah kulit, seperti panas terik, tertusuk ketakutan, atau menggeliat kesakitan. 

BACA JUGA:   Apa Perbedaan Aturan Penulisan Novel dan Cerpen?

Lakukan dengan benar, dan sebuah citra dapat menggerakkan pembaca untuk mendapatkan pengalaman fisik yang benar-benar imersif.

Contohnya: 

“When the heat was unbearable I took a bucket and poured sea water on myself; sometimes the water was so warm it felt like syrup.” 

Life of Pi

3. Memilih sudut Pandang yang Unik 

teknik menulis fiksi

Tindakan yang mendasari adegan apapun dapat kamu sajikan dalam banyak cara, tergantung pada POV atau sudut pandangnya

Contohnya:

Contoh ini diambil dari tulisan saya sendiri yang belum pernah terbit dengan judul Legenda Anak Sima. 

Sudut Pandang Sinta (Seorang ibu yang baru saja menemukan Bayi di tengah hutan)

“Sinta melongok ke dalam keranjang. Dalam sekejap, tangannya terangkat, membekap mulut yang mengeluarkan jerit tertahan. Ia tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Sesosok bayi merah menangis di keranjang”

Legenda Anak Sima by Tika widya 

Sedangkan, kamu bisa menuliskan adegan yang sama dari sudut pandang si bayi dalam keranjang

“Perempuan itu mengerjapkan matanya yang bengkak lalu melongok ke dalam keranjang. Alih-alih membekapku, tangan si perempuan terangkat untuk membekap mulutnya sendiri. Jeritan itu tertahan. Apakah aku tampak begitu mengerikan?”

Legenda Anak Sima by Tika Widya. 

Di kedua versi, adegan yang terjadi sebenarnya identik. Namun, kesan pembaca terhadap adegan yang terjadi tentu sangatlah berbeda. 

Pada bagian pertama, pembaca akan fokus pada keterkejutan seorang ibu yang baru saja menemukan bayi dalam keranjang. Sedangkan, pada bagian kedua, pembaca akan fokus pada perasaan seorang bayi yang terlantar lalu ditemukan. 

Sebelum kamu menulis, kamu harus selalu bertanya pada diri sendiri, cerita siapa ini, dan mata siapa yang harus kita lihat? Pasalnya, pengalaman pembaca berkaitan erat dengan sudut pandang penulisanmu. 

4. Bereksperimen dengan Berbagai Bentuk

narasi epistolary

Penulis memilih segala teknik menulis fiksi yang berbeda untuk menyampaikan narasi. Misalnya saja: puisi, skenario, novel, esai, dan lain sebagainya. Namun, apa pun jenis tulisanmu, bereksperimen dengan struktur formal tulisan selalu merupakan cara yang bagus untuk menjaganya tetap fresh. 

BACA JUGA:   Apa itu Tema Cerita? Definisi dan Contohnya

Narasi Epistolary

Dalam narasi epistolary, cerita dikisahkan dalam bentuk surat atau kliping koran. Surat itu dapat ditulis oleh satu tokoh atau dikirim di antara dua tokoh atau lebih.

Efek dari narasi epistolary adalah gaya penulisan yang intim. Hal ini terjadi karena pembaca merasa seolah-olah sedang mengintip kehidupan pribadi penulis surat. Ini membawa kita lebih dekat kepada tokoh dan menciptakan semacam hubungan emosional.

Email dan Instant Messaging

Cara kita berkomunikasi satu sama lain terus berubah. Jadi, beberapa narasi epistolary yang lebih baru mencerminkan perubahan ini dengan email.

Pertukaran email yang tersebar di seluruh novel Subject:Re berfungsi sebagai surat untuk membawa kita lebih dekat ke tokoh dan memberi kita wawasan tentang hubungan mereka. Kita juga jadi belajar tentang apa yang mereka bagikan dengan orang-orang dalam hidup mereka, dan apa yang tidak.

5. Menulis Cerita dengan Rentang Waktu yang Singkat

teori gunung es hemingway

Tidak peduli bentuk mana yang kamu pilih, setiap penulis pasti takut dengan bagian tengah cerita yang biasanya berkelok-kelok. Pasalnya, tanpa eksekusi yang bagus,  sebuah narasi dapat kehilangan ketegangan. 

Untuk menghindari kesalahan umum ini, perhatikan saran dari dua master fiksi pendek, Ernest Hemingway, dan batasi narasi sesingkat mungkin. Teknik penulisan ini akan membantu kamu menambah momentum pada tulisanmu.

Teori Gunung Es Hemingway

Penulis yang mencoba membatasi jumlah kata atau jangka waktu cerita, akan segera menemukan bahwa mereka harus memadatkan cerita dengan tindakan atau adegan. 

Gagasan ini akan membuat pembaca mungkin harus menyimpulkan beberapa detail cerita. Itulah yang dimaksud Hemingway pada “Teori Gunung Es” -nya. Ia menyatakan bahwa kamu seharusnya hanya memberi pembaca elemen paling penting dari narasi.

Meskipun bagus untuk mengetahui seluk beluk cerita rumit tokoh, pembaca sebenarnya hanya perlu mengetahui apa yang terjadi di sini dan sekarang. 

Jadi, cobalah untuk menyimpan sebagian besar deskripsi masa lalu tokoh untuk diri kamu sendiri. Dengan demikian, kamu tidak hanya menyimpan beberapa plot untuk sekuel, namun kamu juga menarik minat pembaca dengan wawasan yang luas.

Akhir Kata 

Kelima teknik menulis fiksi ini dapat kamu aplikasikan dalam tulisanmu sekarang juga. Selamat mencoba dan teruslah bersemangat dalam menulis! 

Tika Widya

Tika Widya C.DMP adalah seorang penulis yang sudah menekuni industri kreatif secara profesional sejak tahun 2018. Ia telah menjadi content writer, copywriter dan creative writer pada lebih dari 914+ proyek penulisan skala nasional dan internasional. Pada tahun 2024, ia berhasil menjadi satu-satunya penulis Indonesia yang masuk daftar Emerging Writer Australia-Asia. Kini, Tika Widya mengajar menulis lewat Tikawidya.com, Tempo Institute dan Kelas Bersama. Ia juga membentuk Komunitas Belajar Nulis yang aktif mengawal 1800+ penulis dari seluruh Indonesia untuk terus berkarya dan menyemarakkan industri literasi nusantara.

One thought on “5 Teknik Menulis Fiksi yang Wajib Kamu Ketahui

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *