3 Cara Mudah Menemukan Tema Cerita Bagi Penulis

Kamu mungkin sudah memahami bagaimana sebuah tema cerita dapat membawa makna pada karya fiksi. Namun, sebagai seorang penulis, writers mungkin bertanya-tanya: 

Apakah saya seharusnya menulis dengan tema? 

Apakah tema merupakan sesuatu yang nantinya saya temukan seiring/setelah cerita berjalan?

Beberapa penulis memiliki tema besar dalam pikiran sebelum mereka memulai draf pertama mereka. Namun, sebagian besar penulis justru menemukan tema mereka setelah menulis manuskrip. Kemudian, mereka akan menggunakannya sebagai bahan revisi awal.  

Pasalnya, seringkali lebih alami dan organik untuk menulis karakter dan cerita terlebih dahulu. Apalagi, writers masih dapat berproses untuk menemukan tema cerita setelah draft pertama selesai ditulis.

Berikut adalah 3 langkah untuk membantu writers mengidentifikasi dan memperkuat tema cerita dalam proses menulis fiksi.

1. Brainstorm dengan Kata Benda

Tema cerita

Ambil selembar kertas dan pikirkan tentang manuskrip yang sudah kamu tuliskan. 

Kemudian, langsung tulis Kata Benda yang terlintas dalam pikiran writers. Ingat! Tulislah semua yang terlintas dan jangan sampai ada yang disensor, ya! 

Misalnya, writers adalah penulis Game of Thrones. Maka, kemungkinan besar akan ada daftar kata benda seperti ini: 

  • Tahta 
  • Iron Thrones
  • Dragon
  • 7 Kingdom
  • Raja
  • Mahkota 
  • Dan lain sebagainya.  

Selanjutnya, dari kata benda di atas kamu bisa mengolahnya menjadi ide yang lebih luas.  

Contoh: 

  • Tahta > Kekuatan > Kekuasaan
  • Raja > Kekuatan > Kekuasaan
  • 7 Kingdom > Wilayah > Kekuasaan 

Dari proses ini, kamu biasanya akan mudah menemukan apa tema sentral dari tulisanmu. Dengan demikian, kamu tidak akan kebingungan saat hendak menjelaskan ceritamu kepada orang-orang baru. 

BACA JUGA:   Bagaimana Cara Menulis Teks Prosedur?

2. Menemukan Tema Spesifik Cerita (Jika Ada) 

Tema Cerita

Sekarang kamu sudah memiliki gambaran tentang apa tema ceritamu. Selanjutnya, kamu mungkin akan menghadapi pertanyaan seperti “apa sebenarnya yang disampaikan ceritamu?

Dalam kasus, Game of Thrones tentu kamu bisa menjelaskan temanya dengan “sebuah cerita tentang kekuasaan”. Namun, sebagai penulis tentu saja kamu boleh menambahkan tema spesifik untuk memperjelas posisimu terhadap tema tersebut. 

Cerita tidak selalu mengambil sikap/posisi yang jelas pada setiap temanya. Namun, itu tidak akan menjadi masalah penting selama kamu sudah menulis sesuai dengan struktur dan tangga dramatis fiksi. 

3. Revisi Cerita dengan Bekal Tema

Tema cerita

Melalui langkah satu dan dua dari proses ini, kamu akan menemukan satu atau lebih elemen tematik. 

Jika ini kamu lakukan pada tahap awal proses pengeditan, kamu dapat menggunakannya untuk menambahkan elemen-elemen dalam narasi untuk memperkuat konsep dan pernyataan ini.

Namun, kamu juga tidak boleh lupa untuk mengubah atau menghapus elemen apa pun yang tidak berkontribusi pada tema utama.

Demikian pula, seorang penulis dapat memeriksa kembali motivasi dan perilaku protagonis mereka dalam draf awal untuk melihat apakah ada yang perlu diubah demi meningkatkan tema.

Kesimpulan 

Setelah memahami tema dari tulisan sendiri, writers dapat mengambil tindakan untuk menyelaraskan kembali struktur dan narasi agar lebih sesuai dengan tema. Proses ini biasanya sangatlah menyenangkan karena penulis akan merasa seperti sudah menyelesaikan sebuah teka-teki. Jadi, jangan menyerah, writers! Tetap semangat menulis, ya!

Tika Widya

Tika Widya C.DMP adalah seorang penulis yang sudah menekuni industri kreatif secara profesional sejak tahun 2018. Ia telah menjadi content writer, copywriter dan creative writer pada lebih dari 914+ proyek penulisan skala nasional dan internasional. Pada tahun 2024, ia berhasil menjadi satu-satunya penulis Indonesia yang masuk daftar Emerging Writer Australia-Asia. Kini, Tika Widya mengajar menulis lewat Tikawidya.com, Tempo Institute dan Kelas Bersama. Ia juga membentuk Komunitas Belajar Nulis yang aktif mengawal 1800+ penulis dari seluruh Indonesia untuk terus berkarya dan menyemarakkan industri literasi nusantara.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *