Pengertian Konflik Internal dan Eksternal dalam Menulis Fiksi

Konflik adalah tulang punggung cerita.

“Setiap cerita adalah tentang tokoh yang mendapat masalah dan kemudian mencoba keluar dari masalah.” 

Kurt Vonnegut

Tanpa konflik, sebuah cerita bukanlah sebuah cerita melainkan hanya serangkaian peristiwa. Dalam konsep sastra, konflik dapat disimpulkan sebagai rumus sederhana:

KONFLIK = (KARAKTER + KEINGINAN) X Hambatan

Protagonis dalam sebuah cerita selalu menginginkan sesuatu, tetapi ada hal lain yang menghentikan mereka untuk mendapatkannya. 

Interaksi antara karakter, keinginan mereka, dan hambatan mereka inilah yang mendorong setiap cerita. 

Jika konflik sentral tidak masuk akal, maka plotnya akan membosankan dan membingungkan. Tetapi jika konfliknya menarik, logis, dan berdampak secara emosional, pembaca akan buru-buru membalik halaman untuk mengetahui bagaimana kisahnya berjalan.

Dalam artikel ini, kita akan mempelajari serba-serbi konflik supaya kalian sudah berada di jalan yang tepat saat nantinya harus menyusun konflik dalam cerita sendiri.

Konflik Eksternal 

konflik eksternal

Konflik eksternal adalah perjuangan karakter melawan kekuatan luar yang menghalangi mereka untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. 

Jenis konflik ini biasanya bersifat interpersonal atau sosial. Artinya, konflik terjadi pada skala sistemik yang lebih besar di antara kelompok orang, atau terjadi pada skala yang lebih kecil, di antara individu.

Konflik eksternal dapat memberikan raison d’etre untuk cerita atau perlawanan yang memaksa karakter untuk membuat perubahan untuk mencapai apa yang mereka inginkan. Hal ini juga sering dikaitkan dengan tema atau argumen utama yang ingin disampaikan oleh penulis.

Contoh: Game of Thrones

Beberapa contoh dari konflik eksternal dapat ditemukan dalam A Game of Thrones karya George R.R. Martin. 

BACA JUGA:   3 Rekomendasi Aplikasi Menulis Novel Dibayar

Dalam A Game of Thrones, konflik eksternal terutama diwakili oleh berbagai karakter yang semuanya menginginkan hal yang sama: kekuasaan. 

Karena kekuasaan hanya bisa jatuh ke tangan satu orang, keinginan mereka  pun berbenturan sehingga kemudian menghasut pembunuhan dan pengkhianatan.

Konflik eksternal juga dimanifestasikan dalam karakter individu, seperti Ned Stark — seorang pria terhormat dan jujur ​​yang telah dipilih untuk menjabat sebagai Tangan Raja. 

Tidak seperti kebanyakan tokoh lain, dia tidak mendambakan kekuasaan tetapi menghargai kehormatan dan tugas. Dalam usahanya untuk menegakkan tugasnya, ia menghadapi banyak kendala, seperti:

  • Birokrasi, hierarki, dan aliansi di King’s Landing;
  • Keserakahan dan ambisi Lannister, Littlefinger, dan house lainnya;
  • Pembunuhan Hand of the King sebelumnya yang belum terpecahkan.

Tanpa konflik eksternal ini, akan ada tahta tetapi tidak ada permainan, dan tentu saja tidak ada cerita.

Konflik internal

Konflik internal

Konflik internal adalah perjuangan antara emosi, nilai, atau keinginan dalam karakter yang menghalangi mereka untuk mencapai tujuan. 

Konflik-konflik ini dapat berasal dari kombinasi harapan, keinginan, tugas, dan ketakutan karakter. 

Meskipun konflik mungkin juga muncul karena kondisi eksternal di mana tokoh perlu membuat pilihan, pada akhirnya, pertempuran terjadi di dalam hati dan pikiran tokoh.

Konflik batin yang mencekam sering kali kompleks secara moral atau universal, dan itulah yang pada akhirnya akan beresonansi dengan pembaca. Ini juga sering menjadi bagian sentral dari pembentukan character arc.

Contoh: The Hunger Games

Dalam The Hunger Games karya Suzanne Collins, Katniss menghadapi konflik internal yang terjadi karena keengganannya untuk membunuh manusia lain dan kebutuhannya untuk bertahan hidup di arena.

Apakah Cerita Membutuhkan Konflik Internal dan Eksternal?

konflik internal dan eksternal

Jawaban singkatnya adalah tidak. Sebuah cerita tidak perlu menyertakan konflik internal dan eksternal. Tetapi writers sering menggabungkan keduanya karena dapat membawa nuansa tertentu pada sebuah cerita sekaligus meningkatkan level kerumitannya. 

BACA JUGA:   Cara Untuk Menjadi Penulis Novel

For your information, konflik cerita juga tidak hanya mempertentangkan tokoh utama dengan antagonis saja. Kalian juga bisa menemukan konflik melawan alam, teknologi, kekuatan supernatural dan lain sebagainya.

Contoh: Sherlock Holmes

Salah satu contoh di mana tidak ada konflik internal adalah Sherlock Holmes. Keraguan diri tampaknya tidak ada dalam kosakata Holmes dan dia tidak pernah benar-benar bimbang dengan keinginannya karena motivasi utamanya adalah memecahkan misteri. Oleh karena itu, misteri eksternal adalah asal dari semua konflik dalam Sherlock Holmes.

Fun Fact: Apa itu Mary Sue? 

Jenis penceritaan di mana karakter utama merasakan hanya sedikit dorongan untuk berubah sangatlah jarang ada. Lebih daripada itu, protagonis tanpa introspeksi ini dapat kamu sebut “Mary Sue”. Istilah untuk karakter yang terlalu ideal yang secara tidak realistis bebas dari kekurangan dan kelemahan. Karena begitu sempurna, Mary Sue tidak akan berubah/berkatarsis selama plot.

Kesimpulan

Untuk membuat perjalanan batin tokoh utama lebih relevan dengan plot, kamu biasanya perlu membuat konflik internal dan eksternal saling berhubungan. 

Konflik eksternal bahkan dapat kamu gunakan sebagai manifestasi dari konflik internal, atau sebaliknya. Terlebih lagi, teknik inilah yang sering writer gunakan untuk show don’t tell. Seringkali, untuk mengatasi konflik eksternal, tokoh utama harus terlebih dahulu menyelesaikan konflik internal mereka.

DOWNLOAD PDF Materi Webinar Cara Membuat Konflik Cerita di sini!

Konflik eksternal memang mengasyikkan karena biasanya berupa hal-hal yang terjadi di dunia fisik. Sedangkan, konflik-konflik internal sangat menarik karena berdasarkan pada sebuah cerita pada kondisi manusia. Ketika konflik internal dan eksternal berkolaborasi, kamu akan menemukan kisah yang berkesan.

Tika Widya

Tika Widya C.DMP adalah seorang penulis yang sudah menekuni industri kreatif secara profesional sejak tahun 2018. Ia telah menjadi content writer, copywriter dan creative writer pada lebih dari 914+ proyek penulisan skala nasional dan internasional. Pada tahun 2024, ia berhasil menjadi satu-satunya penulis Indonesia yang masuk daftar Emerging Writer Australia-Asia. Kini, Tika Widya mengajar menulis lewat Tikawidya.com, Tempo Institute dan Kelas Bersama. Ia juga membentuk Komunitas Belajar Nulis yang aktif mengawal 1800+ penulis dari seluruh Indonesia untuk terus berkarya dan menyemarakkan industri literasi nusantara.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *