Apa itu Eksposisi? Pengertian dan Cara Penerapannya

Eksposisi adalah perangkat sastra yang memperkenalkan informasi latar belakang kepada pembaca. Perangkat ini dapat mencakup apa saja mulai dari latar belakang karakter hingga deskripsi latar.

Meskipun writer butuh eksposisi pada hampir setiap cerita, sulit untuk melakukannya dengan benar. Terlebih lagi, kamu mungkin pernah mengalami information dump, yang terjadi ketika eksposisi ditulis dengan buruk sehingga menjadi teks yang dilewati begitu saja oleh pembaca.

Berikut ini beberapa cara untuk menerapkan eksposisi dengan baik dalam tulisanmu. 

Mengungkap Latar Belakang Melalui Dialog

Dialog adalah salah satu cara paling organik untuk memperkenalkan eksposisi. Cara ini adalah salah satu contoh dari aturan penulisan show don’t tell.  Alih-alih memberi tahu pembaca detail utama, writer dapat menunjukkannya melalui percakapan. 

Contoh: 

Dialog dari novel Burung-Burung Manyar karya YB Mangunwijaya

“Tentulah Papi harus menjaga gengsi dan secara resmi harus memarahi aku sebab ia lieutenant dan Raden Mas dari keluarga Mangkunegara. Akan tetapi aku merasa, Papi tidak berkeberatan, atau paling sedikit membiarkan aku punya kawan-kawan bermain dari kalangan proletar tangsi. Pernah di kamar aku mendengar Mami protes keras dan menuduh Papi kurang mendidik anaknya. Dan kalau tidak salah Papi bilang tentang: pengalaman hidup praktis, kelak si Anak, kalau jadi komandan atau pegawai tinggi, dapat beruntung berkat pergaulan dengan lapisan bawahan dan sebagainya, atau semacam itu.” 

Kutipan tersebut mengekspos pertentangan antara ayah dan ibu Teto tentang pergaulan Teto melalui sebuah dialog. Ibu Teto melarang keras pergaulan Teto dengan anak kalangan proletar tangsi karena keluarga mereka merupakan keluarga terhormat, sedangkan ayah Teto membiarkan Teto bergaul dengan anak kalangan proletar tangsi agar kelak jika Teto besar mudah menyesuaikan diri dengan bawahannya.

BACA JUGA:   6 Teknik Menulis Artikel SEO Yang Baik dan Benar

Penggunaan Naratif untuk Mengisi Detail

Eksposisi tidak harus datang dari karakter itu sendiri. Alat ekspositori lain yang tersedia bagi writer adalah penggunaan naratif untuk menyempurnakan latar belakang dan mengisi kesenjangan dalam pengetahuan pembaca.

Teknik ini harus digunakan dengan hati-hati. Pasalnya, pembaca tidak perlu mengetahui setiap detail tentang kehidupan karakter. Lebih daripada itu, jika writer terlalu sering keluar dari plot untuk menyisipkan backstory, cerita dapat kehilangan ketegangannya. 

“Setiap kalimat harus melakukan salah satu dari dua hal: mengungkapkan karakter atau memajukan tindakan.”

Kurt Vonnegut

Penulis hebat biasanya hemat dalam penggunaan teknik ini. Jadi, mereka biasanya hanya berhenti dari tindakan untuk mengisi detail yang paling penting. 

Contoh: 

Naratif dari 1984 karya George Orwell. 

Seperti biasa, wajah Emmanuel Goldstein, Musuh Rakyat, muncul di layar. Ada desis di sana-sini di antara para penonton. Wanita kecil berambut pasir mencicit bercampur takut dan jijik. Goldstein adalah pengkhianat dan pengkhianat yang pernah, dulu sekali (berapa lama yang lalu, tidak ada yang ingat), telah menjadi salah satu tokoh utama Partai, hampir sejajar dengan Big Brother sendiri, dan kemudian terlibat dalam kegiatan kontra-revolusioner. Goldstein telah dijatuhi hukuman mati, dan secara misterius melarikan diri dan menghilang. Acara Dua Menit Benci bervariasi dari hari ke hari, tetapi tidak ada yang tokoh utamanya bukan Goldstein. Dia adalah pengkhianat utama, pengotor awal kemurnian Partai.

Di sini, Orwell membuat penyimpangan naratif dari adegan, Dua Menit Benci, untuk memberikan konteks penjelas pada kejadian ini sekaligus untuk memberikan lebih banyak latar belakang sejarah bagi dunianya.

Eksposisi Melalui Internal Monologue 

eksposisi

Internal Monologue adalah teks yang memberikan pandangan sekilas ke dalam pikiran dan perasaan batin seorang tokoh. Seperti yang mungkin sudah kamu duga, internal monologue merupakan cara lain di mana penulis dapat menyisipkan eksposisi.

BACA JUGA:   Penulisan Novel dengan Menggunakan 7-Point Structure

Eksposisi melalui monolog internal dapat membangun detail sekaligus memajukan pengembangan karakter. 

Contoh: 

Internal Monologue dalam Supernova “Akar” karya Dewi Lestari

Gun membuatku diam. Membuat tanganku kaku sebelum tali sepatu membentuk pita sempurna. Membuat darahku berdesir, apapun artinya itu. Aku tak yakin Gun mengerti kalau kukatakan ini. Ada pola-pola aneh yang menyerangku sebulan terakhir. Ada yang ingin mengajakku berkomunikasi lagi. Dan ia memilih media-media yang absurd, termasuk Gun si penyembah Bono ini.

Dee menggunakan monolog internal Bodhi untuk menjelaskan keadaan yang terjadi sekaligus membangun detail dan memajukan character development Bodhi. 

Eksposisi Epistolary untuk Menambahkan Tekstur ke Dunia dalam Fiksi

eksposisi

Terakhir, kamu mungkin melihat penulis memperkenalkan detail cerita utama melalui beberapa perangkat khusus yaitu, bentuk media lain, seperti kliping koran, surat, atau email. 

Eksposisi semacam ini membantu membangun rasa kedekatan, karena pembaca dapat mengalami potongan informasi itu sendiri, sekaligus juga menciptakan perasaan bahwa dunia fiksimu adalah dunia nyata yang dihuni oleh para tokoh.

Contohnya: 

Dalam Harry Potter, JK Rowling sering menambahkan eksposisi Epistolary melalui potongan koran Daily Prophet. 

Akhir Kata 

Eksposisi memang teknik yang penerapannya susah-susah gampang. Melalui artikel ini, saya berharap writer dapat teliti mengenali berbagai bentuk eksposisi dalam bacaan-bacaannya sekaligus menerapkan sendiri lewat tulisannya. Semangat menulis!

Tika Widya

Tika Widya C.DMP adalah seorang penulis yang sudah menekuni industri kreatif secara profesional sejak tahun 2018. Ia telah menjadi content writer, copywriter dan creative writer pada lebih dari 914+ proyek penulisan skala nasional dan internasional. Pada tahun 2024, ia berhasil menjadi satu-satunya penulis Indonesia yang masuk daftar Emerging Writer Australia-Asia. Kini, Tika Widya mengajar menulis lewat Tikawidya.com, Tempo Institute dan Kelas Bersama. Ia juga membentuk Komunitas Belajar Nulis yang aktif mengawal 1800+ penulis dari seluruh Indonesia untuk terus berkarya dan menyemarakkan industri literasi nusantara.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *