5 Kesalahan yang Sering Dilakukan Penulis saat Self-Editing

Writers, pernah nggak sih kamu merasa frustasi saat mengedit tulisan sendiri? Atau malah bingung kenapa naskah yang sudah di-edit tetap saja terasa kurang pas? Tenang, kamu nggak sendirian! Banyak penulis, termasuk aku, sering melakukan beberapa kesalahan self-editing yang sebenarnya bisa dihindari. 

Yuk, kita bahas kesalahan-kesalahan tersebut supaya kamu nggak jatuh ke jurang yang sama!

1. Mengedit Saat Menulis

Kesalahan pertama yang sering dilakukan adalah mengedit saat menulis. Menulis dan mengedit sebenarnya adalah dua proses yang berbeda. 

Saat menulis, fokuslah pada aliran pikiran kreatifmu. Kalau kamu terus-menerus berhenti untuk mengedit, ide-ide brilian yang muncul bisa saja hilang begitu saja. 

Jadi, sebaiknya, selesaikan dulu draft kasar, baru kemudian mengedit. Ini akan membuat proses menulismu lebih lancar dan produktif.

2. Mencoba Mengedit Semua Hal Sekaligus

Kedua, mengedit semua hal sekaligus bisa sangat melelahkan dan tidak efektif. Cobalah membagi proses editing menjadi empat tahap utama:

  • Structural Editing – Pada tahap ini, fokuslah pada struktur cerita atau artikel. Periksa apakah alurnya sudah logis dan mudah diikuti. Pastikan setiap bagian memiliki tujuan yang jelas dan mendukung keseluruhan cerita.
  • Line Editing – Setelah struktur cerita sudah solid, lanjutkan ke line editing. Di tahap ini, perhatikan pilihan kata dan gaya penulisan. Pastikan setiap kalimat efektif dan jelas.
  • Copy Editing – Selanjutnya, lakukan copy editing. Fokus pada tata bahasa, ejaan, dan tanda baca. Perbaiki kesalahan teknis yang bisa mengganggu pembaca.
  • Proofreading – Tahap terakhir adalah proofreading. Baca ulang naskah untuk menangkap kesalahan kecil yang mungkin terlewatkan, seperti typo atau kesalahan format.
BACA JUGA:   Structural Editing: Pengertian, Fokus dan Hasilnya

Dengan membagi proses editing menjadi beberapa tahap ini, kamu bisa lebih fokus dan detail dalam setiap tahap editing, sehingga hasil akhir tulisanmu akan lebih baik.

3. Hanya Mengandalkan Software atau AI

Mengandalkan software atau AI seperti ChatGPT, Copilot, dan Grammarly memang bisa membantu proses self-editing. Namun, jangan sepenuhnya bergantung pada mereka. 

Software tidak selalu bisa menangkap nuansa atau konteks tertentu dalam tulisanmu. Gunakan mereka sebagai alat bantu, tetapi tetap lakukan pengecekan manual untuk memastikan hasil yang maksimal.

4. Tidak Memberikan Jeda

Seringkali, kita terlalu terburu-buru untuk menyelesaikan editing. Padahal, memberikan jeda waktu antara menulis dan mengedit bisa sangat bermanfaat. 

Saat kamu memberi waktu jeda, kamu akan mendapatkan perspektif baru yang lebih segar dan mampu menangkap kesalahan-kesalahan yang sebelumnya terlewat.

5. Tidak Memperhatikan Efektivitas Kalimat

Kesalahan terakhir yang sering terjadi adalah tidak memperhatikan efektivitas kalimat. Kalimat yang panjang dan bertele-tele bisa membuat pembaca bingung. 

Cobalah untuk memotong kalimat yang terlalu panjang dan hilangkan kata-kata yang tidak perlu. 

Misalnya, daripada menulis “Dia menganggukkan kepalanya sambil tersenyum lebar,” cukup tulis “Dia mengangguk dan tersenyum lebar.”

Pesan untuk Penulis

Self-editing itu butuh latihan dan kesabaran. Jangan menyerah jika tulisanmu belum sempurna. Kalau kamu merasa butuh bantuan atau ingin belajar lebih lanjut tentang self-editing, bergabunglah dengan Komunitas Belajar Nulis by Tika Widya. Di sana, kamu bisa mendapatkan banyak tips, dukungan, dan inspirasi dari 1800+ penulis lainnya. Yuk, kita belajar dan berkembang bersama!

Semoga artikel ini bermanfaat buat kamu yang sedang berjuang dalam proses memahami kesalahan self-editing. Jangan lupa, kesalahan adalah bagian dari belajar. Semangat menulis dan mengedit, teman-teman!

BACA JUGA:   Cara Menerapkan Swasunting untuk Meningkatkan Peluang Diterima Penerbit

Tika Widya

Tika Widya C.DMP adalah seorang penulis yang sudah menekuni industri kreatif secara profesional sejak tahun 2018. Ia telah menjadi content writer, copywriter dan creative writer pada lebih dari 914+ proyek penulisan skala nasional dan internasional. Pada tahun 2024, ia berhasil menjadi satu-satunya penulis Indonesia yang masuk daftar Emerging Writer Australia-Asia. Kini, Tika Widya mengajar menulis lewat Tikawidya.com, Tempo Institute dan Kelas Bersama. Ia juga membentuk Komunitas Belajar Nulis yang aktif mengawal 1800+ penulis dari seluruh Indonesia untuk terus berkarya dan menyemarakkan industri literasi nusantara.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *