Site icon Tika Widya

Cara Menulis Cerpen untuk Lomba

cara menulis cerpen untuk lomba

Saya memenangkan lomba cerpen untuk pertama kalinya saat masih SMP. Skala lombanya kecil, hanya antar siswa di satu sekolah sekolah, tapi perasaan yang didapatkan itu luar biasa. Pada saat itu, saya merasa bahwa menulis bisa jadi sesuatu yang berarti.

Setelahnya, saya terus menulis karena ingin tahu sejauh mana saya bisa berkembang. Beberapa tahun berikutnya saya habiskan untuk hidup, belajar, gagal, dan memperbaiki diri lewat tulisan.

Lalu pada tahun 2021, salah satu cerpen saya akhirnya menang di Sayembara Cerpen Tempo Indonesiana.id, ajang nasional yang diikuti lebih dari 730 penulis dari seluruh Indonesia.

Kemenangan itu terasa seperti hasil dari perjalanan panjang latihan menulis, dan usaha memahami manusia dan kehidupan di balik cerita.

Nah, semua orang (termasuk saya) pasti ingin memenangkan lomba cerpen saat mengikutinya. Tapi, tidak semua tahu bagaimana cara menulis cerita yang benar-benar bisa mencuri perhatian juri.

Dalam tulisan ini, saya akan membagikan cara yang saya pelajari sendiri selama bertahun-tahun, dari lomba tingkat sekolahan sampai ke sayembara cerpen nasional.

Inti tulisan ini:

⬤  Lomba cerpen adalah ajang untuk menulis cerita pendek yang orisinal dan berkesan, sekaligus sarana latihan disiplin serta eksplorasi tema bagi penulis.

⬤  Sebelum ikut, kamu harus memahami syarat lomba, hak cipta, dan profil juri agar bisa menulis dengan arah yang tepat.

⬤  Mulailah menulis cerpen untuk lomba dari premis sederhana, buat outline singkat, lalu tulis secara mengalir sebelum masuk tahap revisi.

⬤  Editing akhir menentukan hasil: periksa struktur, bahasa, dan kesesuaian tema.

Apa itu Lomba Cerpen?

Lomba cerpen adalah ajang menulis cerita pendek yang diikuti banyak penulis untuk menunjukkan kemampuan mereka. Tujuannya mencari karya terbaik dengan cerita yang menarik dan ide yang orisinal namun tetap sesuai dengan tema yang dilombakan. Lewat lomba, penulis bisa menguji kemampuan mereka dalam membuat cerita yang singkat tapi berkesan.

Berbeda dengan menulis untuk blog atau media sosial, lomba cerpen menuntut ketepatan. Penulis harus memperhatikan tema, struktur, karakter, dan gaya bahasa sesuai ketentuan lomba. Detail kecil seperti pemilihan kata atau penulisan ending cerita bisa menentukan apakah karyamu menonjol di mata juri.

Selain untuk menang, lomba juga bermanfaat sebagai latihan. Penulis belajar disiplin, terbiasa dengan tenggat waktu, dan memahami bagaimana membuat cerita yang efektif. Menang memang menyenangkan, tapi pengalaman menulis dan belajar dari setiap lomba jauh lebih berharga.

Apa Manfaat Ikut Lomba Cerpen buat Penulis?

Lomba ternyata juga menghadirkan banyak manfaat tersendiri buat para penulis, termasuk:

  1. Positioning – tahu di mana posisi kita dan bagaimana memperbaiki karya kita. 
  2. Eksplorasi Tema – lomba menulis cerpen bikin kita terpaksa mengeksplorasi tema-tema yang mungkin belum pernah kita tulis sebelumnya.
  3. Mendapat pembaca – menulis buat lomba bikin kita bisa dapat pembaca-pembaca baru. 
  4. Pengalaman – menang atau kalah tidak masalah karena lomba memberikan pengalaman menulis baru yang bisa kamu gunakan di masa depan.

Lalu, bagaimana caranya memaksimalkan potensi penulisan supaya menang lomba dan dapat perhatian? Ada beberapa tips yang saya kumpulkan dari beberapa pengalaman lomba.

Cara Menulis Cerpen untuk Mencuri Perhatian Juri di Lomba

Mudah bagi para penulis untuk overthinking saat mengikuti lomba. Padahal, sebenarnya ketenangan diperlukan untuk memproses segala kebutuhan lomba. Jadi, gimana nih strategi yang enak buat mulai menulis untuk lomba?

1. Cek Dulu Syarat dan Ketentuan Lomba Cerpen

Saya selalu mulai dari sini setiap kali ikut lomba. Jangan buru-buru menulis sebelum membaca syarat dan ketentuannya. Kadang, detail kecil bisa menentukan apakah karya kita diterima atau malah didiskualifikasi. Pastikan kamu benar-benar paham aturan lombanya dan nyaman dengan semuanya sebelum ikut.

Setiap lomba punya ketentuan yang berbeda. Ada yang berbayar, ada yang gratis. Ada yang mempertahankan hak cipta di penulis, ada juga yang otomatis memindahkannya ke penyelenggara. Saya pribadi selalu berhati-hati di bagian ini, terutama kalau karya pemenang akan diterbitkan jadi antologi.

Biasanya, saya juga memperhatikan beberapa hal dasar: apakah lomba mewajibkan pembelian buku, bagaimana sistem penilaian, dan apakah hadiahnya sepadan dengan usaha yang dikeluarkan.

Kalau ada hal yang terasa tidak adil atau terlalu rumit, saya lebih memilih mencari lomba lain yang lebih transparan. Dengan begitu, energi saya tetap fokus ke hal yang paling penting: menulis cerita terbaik.

Tabel ini akan membantumu mengetahui apa saja S&K yang perlu dicek sebelum mengikuti sebuah lomba cerpen.

Hal yang Perlu DiperhatikanPenjelasan Singkat
Biaya PendaftaranPastikan lomba gratis atau, jika berbayar, biayanya wajar dan jelas penggunaannya.
Hak Cipta dan PublikasiCek apakah karya tetap milik penulis atau berpindah ke penyelenggara. Perhatikan juga aturan jika karya diterbitkan dalam antologi.
Tema dan Ketentuan NaskahBaca dengan teliti tema, panjang tulisan, format file, serta batas waktu pengumpulan.
Sistem PenjurianKetahui siapa jurinya dan bagaimana karya dinilai. Ini membantu memahami standar lomba.
Kewajiban Setelah MenangBeberapa lomba mengharuskan pemenang membeli buku antologi atau mengikuti acara tertentu.
Hadiah dan Bentuk ApresiasiPastikan hadiah atau bentuk penghargaan sepadan dengan usaha yang kamu keluarkan.
Transparansi PenyelenggaraTelusuri siapa penyelenggaranya. Hindari lomba tanpa identitas jelas atau kontak resmi.
Batas Usia dan Kategori PesertaBeberapa lomba punya kategori khusus seperti pelajar, mahasiswa, atau umum. Pastikan kamu sesuai syarat.
Hak Edit oleh PenyelenggaraCek apakah panitia boleh mengedit karya sebelum diterbitkan. Jika iya, pastikan ada persetujuan penulis.
Kebijakan DiskualifikasiPahami alasan-alasan yang bisa membuat karya dibatalkan agar tidak melanggar tanpa sadar.

Membaca syarat-syarat ini di awal akan membuatmu mengerti konsekuensi dari memenangkan atau mengikuti sebuah lomba. Jika kamu tidak nyaman dengan S&K-nya, kamu bisa saja mencari lomba lain yang lebih sesuai.

Untuk mendapatkan info tentang beragam lomba menulis cerpen, kamu bisa mengikuti postingan @infolombamenulis di Instagram.

2. Kenali Siapa Juri Lomba

Saya selalu berusaha tahu dulu siapa jurinya sebelum mulai menulis. Ini penting karena tiap juri punya selera dan cara menilai yang berbeda.

Kalau jurinya seorang penulis, saya biasanya membaca beberapa karya atau wawancaranya untuk memahami gaya dan tema yang ia sukai. Dari situ, saya bisa menyesuaikan arah tulisan tanpa kehilangan personal style.

Mengenali juri juga membantu menilai seberapa besar skala lombanya. Kalau jurinya berasal dari penulis atau editor media nasional, tandanya lomba ini serius dan persaingannya ketat. Tapi, justru di situ letak tantangannya, saya dipaksa menulis dengan standar tinggi dan memperlihatkan kualitas terbaik.

Buat saya, riset juri ini bukanlah teknik menjilat, tapi ini bagian dari strategi untuk memenangkan lomba. Suka tidak suka, juri adalah satu-satunya pembaca bagi karya peserta lomba.

Oleh karena itu, menulis cerita yang nyambung dengan cara pandang juri berarti kita menulis dengan lebih sadar. Dan itu langkah awal yang bisa membuat karya menonjol di antara ratusan naskah lain.

3. Menemukan Ide dan Premis Utama untuk Cerpen

Setiap kali ikut lomba, saya selalu mulai dari premis. Bukan plot, bukan pesan moral, tapi premis. Premis adalah ide dasar yang menjawab tiga hal sederhana: siapa tokohnya, apa yang dia inginkan, dan apa yang menghalangi dia untuk mendapatkannya.

Misalnya, seorang anak ingin berdamai dengan ayahnya sebelum waktu habis. Itu sudah cukup sebagai fondasi cerita. Dari sana, detail lain bisa berkembang.

Membuat premis sederhana seperti ini membantu saya tetap fokus. Saya tidak perlu memikirkan pesan besar di awal karena pesan itu akan muncul sendiri kalau ceritanya jelas. Yang penting, premisnya kuat dan bisa membawa konflik yang menarik.

Setelah premis jadi, saya akan mencocokkannya dengan tema lomba. Kalau temanya “perjuangan,” saya pastikan konflik utama benar-benar menggambarkan usaha tokoh mencapai sesuatu yang penting baginya. Kalau temanya “harapan,” saya ubah arah ceritanya supaya tetap relevan.

Saya biasa menuliskan tema lomba di atas kertas, lalu membandingkan: apakah premis saya menjawab tema itu? Kalau tidak, saya ubah sampai nyambung. Langkah ini menentukan apakah cerita sudah sesuai dengan tema atau malah terasa keluar jalur di mata juri.

4. Membuat Outline Cerita Sesuai Premis

Setelah punya premis, saya selalu lanjut bikin kerangka cerita. Nggak perlu rumit. Biasanya saya cuma menulis: awalnya apa, konfliknya apa, dan bagaimana cerita selesai.

Dengan begitu, saya bisa melihat gambaran besar tanpa tersesat di tengah jalan. Cerita pendek itu ruangnya sempit, jadi kalau nggak tahu arah, tulisan bisa cepat melebar ke mana-mana.

Struktur membantu saya memastikan cerita tetap padat dan terarah. Misalnya, di awal saya perkenalkan tokoh dan situasinya, di tengah saya munculkan masalah utama, lalu di akhir saya beri perubahan atau keputusan yang membuat cerita terasa selesai. Sesederhana itu.

Misalnya, dari premis “seorang anak ingin berdamai dengan ayahnya sebelum waktu habis” tadi, kita bisa mengembangkannya jadi outline yang seperti ini:

Kalau mau lebih rapi, ada beberapa formula yang bisa dipakai untuk memastikan cerpenmu berdiri kuat: struktur tiga babak, 7-point structure, atau formula 8 sekuen. Semua sama-sama membantu menjaga ritme cerita supaya pembaca (dan juri) tetap tertarik dari awal sampai akhir.

5. Menulis Cerpen untuk Lomba

Saat menulis cerpen untuk lomba, saya nggak langsung mikir soal aturan atau teknis. Di tahap ini, saya cuma mau cerita saya mengalir dulu.

Saya bayangkan pembaca duduk di depan saya, dan saya ingin membuat mereka betah mendengarkan cerita sampai akhir. Ini membantu saya menulis tanpa terlalu sibuk menimbang benar-salah di setiap kalimat.

Biasanya, saya tulis dulu semua yang ada di kepala sampai selesai, baru nanti saya baca ulang dengan sudut pandang juri. Di tahap awal, yang penting emosi dan alurnya hidup. Setelah cerita jadi, barulah saya mulai mengedit: memeriksa tema, panjang tulisan, dan aturan lain dari lomba.

Menulis untuk lomba itu bukan soal siapa yang paling cepat, tapi siapa yang paling sabar. Cerita yang bagus butuh waktu untuk diendapkan dan dibaca ulang. Jadi jangan menulis terburu-buru. Biarkan cerita berkembang dulu, baru sempurnakan di tahap revisi.

6. Sediakan Waktu yang Cukup untuk Editing dan Revisi

Cerita pendek juga harus diedit terlebih dulu agar bisa jadi sempurna. Untuk memastikan ceritamu telah memenuhi persyaratan pemenang jangan lupa menerapkan teknik self-editing. Apa saja yang harus kamu perhatikan saat mengedit cerpen untuk lomba?

7. Baca Hasil Karya yang Sudah Pernah Menang Lomba

Membaca hasil karya pemenang lomba akan memberikan gambaran tentang bagaimana penulisan cerita yang ideal. Oleh karena itu, jangan bosan mencari tahu siapa saja pemenang lomba yang pernah kamu ikuti dan bagaimana cara mereka menulis karyanya.

Meskipun kamu mungkin kecewa karena tidak menang, belajar dari para pemenang bisa jadi solusi terbaik untuk mendapatkan hasil yang lebih pada lomba berikutnya.

Untuk mendukung pembelajaranmu, saya akan membagikan salah satu cerpen saya yang berhasil memenangkan sayembara cerpen sayembara cerpen Tempo 50 tahun. 

Jadikan contoh cerpen ini sebagai inspirasi untuk menuliskan ceritamu sendiri.

Nah, cara menulis cerpen untuk lomba ini dapat kalian terapkan saat hendak mengirim tulisan, ya!

Tetap semangat dan ikuti terus postingan saya di Instagram maupun di website untuk mendapatkan update tentang teknik dan cara menulis karya fiksi maupun non fiksi. Keep writing!

Mari Belajar Bersama Saya!

Saya akan memandumu mengembangkan alur cerita untuk novel, webtoon, dan film dari awal sampai akhir, dalam 5 kali kelas privat online yang mencakup materi penulisan premis dan alur cerita sesuai formula Save The Cat!

Exit mobile version