8 Cara Menulis Detail Setting Cerita Lengkap dengan PDF Template

Sebagai seorang penulis, pernahkah kamu merasa berjuang keras hanya untuk menghidupkan dunia fiksimu? Menyusun cerita yang memikat pembaca membutuhkan lebih dari sekadar tokoh dan plot yang menarik. Dunia dalam cerita atau setting cerita memegang peran penting dalam membuat pembaca terlibat  ke dalam narasi. Pasalnya:

Setting cerita adalah di mana, kapan dan bagaimana suasana saat cerita itu terjadi.

Dalam panduan ini, sahabat menulis favorit kamu akan membahas soal langkah-langkah menulis detail setting cerita. Semoga tip praktis ini bisa membantu kamu menciptakan dunia yang hidup dan berkesan bagi para pembaca. Baca sampai selesai atau simak materinya dalam rekaman Webinar Menulis Gratis Tika Widya April 2023, ya!

Webinar ini GRATIS karena didukung oleh Saungwriter, Seruan Kreatif, Knot by Nad dan Detak Pustaka!

1. Memilih Setting Ceritamu

Yuk, sedikit berbicara soal setting cerita kamu. Seperti yang sudah kamu ketahui, setiap cerita yang baik pasti memiliki setting yang sesuai dengan alur dan ide ceritanya. 

Jadi, sebelum mulai menulis, pastikan kamu sudah memilih setting cerita yang tepat. Tentu saja, tidak semua penulis pemula bisa langsung menguasai pemilihan setting maupun worldbuilding

Namun, ada beberapa rule of thumb yang bisa kamu ikuti untuk memastikan bahwa setting yang kamu pilih sudah sesuai dengan ide cerita. Coba tanyakan beberapa pertanyaan ini kepada dirimu sendiri:

  • Di mana dan kapan ceritamu berlangsung? – Luangkan waktu untuk memahami detail setting ceritamu. Tentukan kapan terjadinya cerita: hari ini, kemaren, tahun lalu atau puluhan tahun lalu? Selanjutnya, pastikan kamu tahu kapan terjadinya cerita. Di negara apa? Kota apa? Desa apa? Dan seterusnya. 
  • Apakah setting ceritamu benar-benar ada? – Jika iya, apakah kamu sudah pernah ke sana? Berapa banyak riset yang perlu dilakukan untuk membuat setting terasa otentik? 
  • Bagaimana setting cerita terhubung dengan kehidupan tokoh – Apakah latar cerita membantu/mencegah mereka menyelesaikan problema hidup? Jika tidak, mengapa kamu memilih setting cerita ini? 

Menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas dapat membantumu memastikan bahwa setting cerita sudah sesuai dengan ide dan tokoh yang kamu buat. Dengan demikian, kamu bisa mulai menetapkan setting cerita dan membangun detailnya. 

BACA JUGA:   7 Langkah Mudah Menggunakan MBTI untuk Mengembangkan Tokoh

2. Fokus pada Keunikan Setting Cerita

Tidak setiap elemen dalam setting cerita perlu tampil dalam narasi. Jadi, writers harus fokus pada hal yang unik saja. 

Contohnya begini: Setiap kota tentu saja punya bangunan dan trotoar, tetapi apa yang membedakannya dengan kota lain? Bayangkan jika kamu sedang berjalan-jalan di kota tempat ceritamu terjadi! Apa sensasi yang kamu rasakan? Apa kamu mendengar bunyi-bunyian tertentu seperti bising lalu lintas atau kicau burung? Apakah kamu mencium aroma tertentu seperti bunga, sawah, toko roti, warung kopi dan lebih banyak lagi? 

Aktifkan panca inderamu saat melakukan riset terhadap setting cerita untuk mendapatkan perspektif uniknya. Setelah dapat, jangan lupa mencatatnya! Ini sungguh berguna saat kamu nanti mulai menulis narasi cerita. 

3. Menuliskan Detail Setting Cerita

Seorang penulis yang baik akan memperlakukan setting cerita seperti tokoh dalam ceritanya. Dalam artian, ia akan membangun setting dengan detail yang sama seperti saat membuat profil tokoh. 

Kamu bisa melakukannya dengan mengajukan beberapa pertanyaan ini dan meriset serta mencatat jawabannya: 

  • Bagaimana sejarah daerah ini?
  • Seperti apa cuaca setiap musim?
  • Apa landmark terbesar di daerah ini?
  • Seperti apa tempat tinggal orang-orang sekitar sini?
  • Bagaimana masyarakat daerah bepergian (berjalan, mengemudi, dll.)?
  • Mengapa orang suka (atau tidak suka) tinggal di sini?
  • Bagaimana pengaruh detail setting ini bagi tokoh saya?

Pertanyaan terakhir biasanya akan menjawab detail tokoh juga. Maksudnya, kamu jadi lebih memahami bagaimana tokoh-tokohmu akan bereaksi pada apa yang ada di sekitar mereka. 

Nah, setelah menjawab pertanyaan di atas, kamu akhirnya punya bekal untuk memasukkan elemen-elemen setting dalam ceritamu. 

Pro Tip: Ketika menulis dengan setting lokasi yang belum pernah kamu kunjungi, jangan menekankan pada bangunan terkenalnya saja. Misalnya: memilih setting Candi Borobudur di Yogyakarta atau Tanah Lot di Bali.  Ini bakal bikin karyamu terkesan amatir. Cara mengatasinya adalah gunakan Google Street View untuk menemukan lebih banyak detail menarik di lokasi yang kamu pilih. 

4. Gunakan Teknik Penulisan

Saat mendeskripsikan setting cerita, pastikan kamu tidak hanya berbicara tentang tampilannya. Namun, gunakan panca indera: penglihatan, suara, penciuman, sentuhan, dan bahkan rasa. Ini sangat penting saat menulis dengan POV orang pertama. Namun, kamu juga bisa menerapkan latihan menulis ini dengan menggunakan POV lain.  

Kamu tidak perlu menuliskan setting cerita dalam setiap deskripsi atau narasi. Tetapi, setiap kali tokoh mengunjungi lokasi baru, usahakan untuk menuliskan paling tidak satu paragraf untuk mendeskripsikan setting ceritanya. Ini juga berlaku pada lokasi yang sama dengan konteks berbeda. Misalnya, saat tokoh mengunjungi suatu tempat di waktu berbeda (dari pagi ke malam).

BACA JUGA:   Penokohan: Pengertian, Jenis, Teknik dan Tips Praktis dalam Menulis Cerita
Contoh Penulisan Setting Cerita dengan Panca Indera:
Aroma popcorn yang baru diolesi mentega seolah membawaku ke masa di mana nada dan tawa masih menghiasinya. Sayangnya, kini aku hanya bisa mencium baunya karena aku terikat dalam sebuah ruangan remang yang lembab, tepat di bawah lobi bioskop. Aku menelan ludah untuk membasahi kering tenggorokan. Mungkin sudah tiga hari aku berada dalam sunyi. Si penculik tak kembali. – Si Penculik karya Tika Widya

Dalam satu paragraf, kamu sudah bisa mendapatkan:

  • Penglihatan (“ruangan remang”)
  • Suara (“nada dan tawa”)
  • Bau (“aroma popcorn yang baru diolesi mentega”)
  • Sentuhan/sensasi fisik (“ruangan lembab”)
  • Rasa (“membasahi kering tenggorokan”)

Lanjutan cerita ini berisi dialog dan aksi. Deskripsi settingnya hanya ada dalam satu paragraf awal supaya pembaca memahami konteksnya. 

5. Kembangkan Hubungan antara Tokoh dan Setting

Setelah menulis detail tokoh, kamu dapat menggali hubungan tokoh dengan setting ceritamu. 

Nah, hubungan ini sebenarnya bisa memiliki banyak bentuk. Contohnya: Tokoh utama mungkin sudah tinggal di kota kecil sepanjang hidupnya. Ia bisa saja menyukainya atau membencinya. Namun, biasanya si tokoh sendiri punya mindset yang sangat lekat dengan tempatnya berasal. 

Hubungan antara tokoh dan setting cerita inilah yang harus kamu perhatikan. Nggak mungkin juga orang yang tinggal di lingkungan kelas atas berperangai sama dengan tokoh yang berasal dari kelas bawah, kan? Tokoh dan karakteristiknya tidak bisa dipisahkan begitu saja dengan setting cerita. 

Jika kamu tidak menemukan hubungan antara tokoh dan setting, setidaknya kamu harus membuat tokoh berinteraksi secara natural dengan setting cerita. Dalam artian, kamu bisa menggunakan setting sebagai tantangan maupun bantuan untuk tokoh. 

6. Jaga Fokus Pembaca

Selanjutnya, kamu juga harus membuat pembaca tetap fokus. Sebagai penulis, kamu pasti tidak ingin pembacamu terdistraksi dari plot cerita hanya karena mereka sibuk memahami di mana sebuah adegan terjadi. 

Oleh karena itu, hindari membingungkan pembaca dengan memberikan terlalu banyak detail setting cerita dalam narasi. 

Detail setting HANYA HARUS kamu pahami sebagai penulis karena kamu perlu tahu bagaimana situasi sebuah adegan dalam cerita. Namun, pembaca tidak perlu tahu semuanya. Sebagian saja cukup karena akan bikin mereka semakin penasaran dengan apa yang tersirat dalam cerita. 

Prinsipnya seperti gunung es ini. Biarkan pembaca mengetahui ujungnya saja agar bisa mengimajinasikan dasarnya. Dengan kata lain, saat menggunakan setting cerita pastikan kamu memakai deskripsi yang ringkas, padat dan jelas. 

BACA JUGA:   6 Cara Mengembangkan Dialog Biar Lebih Greget

Kamu juga bisa mengenalkan setting cerita secara bertahap. Maksudnya, tidak perlu terpaku dengan menempatkan deskripsi setting di awal cerita. Kamu bisa mengekspos setting secara perlahan lewat rangkaian peristiwa. 

7. Membuat atau Mencari Peta

Peta dapat membantumu menunjukkan lokasi dengan akurat. Oleh karena itu, membuat peta bisa jadi solusi untuk penulis yang ingin melakukan worldbuilding maupun yang sekadar membutuhkan informasi letak suatu tempat secara akurat. 

Menggambar peta lokasi atau duniamu akan membantumu mengolah setting cerita. Menyertakan peta dalam tulisanmu juga berguna untuk membuat pembaca lebih memahami setting cerita dalam narasi. 

Contoh Peta sebagai Detail Setting Cerita: 

Image created by Tika Widya using DALL-E 3

Kamu bisa menggunakan jasa ilustrator untuk menggambar peta dunia fantasi yang kamu inginkan. Jika kamu menggunakan setting cerita dari dunia nyata, kamu cukup menyalin peta dari Google Map. Namun, perhatikan juga periode cerita. Kisah zaman lampau mungkin harus menggunakan peta yang lebih kuno daripada yang ada di Google Map sekarang ini. 

8. Buat Detail Setting Cerita dengan Template ini

Masih bingung dengan runutan menentukan setting cerita? Kamu bisa menggunakan template di bawah ini untuk membantumu. Isi form untuk mengunduh:

Template ini bisa kamu gunakan untuk semua genre cerita, bukan hanya untuk cerita fantasi saja. Pakai sebebas mungkin supaya proses kreatifmu terasa lebih lancar. 

Pertanyaan umum Soal Cara Menulis Setting Cerita 

1. Apa itu setting cerita?

Setting cerita adalah di mana, kapan dan bagaimana suasana saat cerita itu terjadi. Pada dasarnya, setting cerita bisa berlokasi di tempat nyata, seperti kota atau pulau. Namun, kamu juga bisa membuat dunia imajinatif sendiri untuk ceritamu.

2. Bagaimana langkah menentukan setting cerita?

Langkah menemukan setting cerita adalah memilih setting ceritamu, fokus pada keunikan setting cerita, menuliskan setting cerita dengan teknik penulisan yang baik, mengembangkan hubungan antara tokoh dan setting cerita, menjaga fokus pembaca, dan membuat peta supaya cerita terasa lebih otentik. 

3. Bagaimana kalau setting ceritanya berganti setiap bab?

Kamu bisa menuliskan setting dalam outline per bab.

4. Apakah saya perlu membuat detail setting sebelum menulis?

Perlu. Kamu harus memperlakukan setting cerita layaknya tokoh dalam cerita. Pasalnya, peran setting dalam membangun atmosfer cerita sama pentingnya dengan peran tokoh-tokoh dalam karya fiksi. Jadi, semakin kita memahami detailnya maka akan semakin tinggi pula value tulisan kita.

5. Bisakah saya menulis dan memikirkan settingnya nanti saja?

Bisa. Namun, kamu mungkin tidak akan mendapatkan hasil tulisan dengan kualitas yang sama seperti ketika kamu membuat detail setting-nya terlebih dahulu.

6. Apakah detail setting harus ditulis meski tidak berhubungan dengan cerita?

Iya, sebaiknya kamu tetap menuliskan detail setting meski tidak memiliki hubungan langsung dengan cerita atau bahkan tidak akan tertulis dalam cerita. Tujuannya adalah supaya kita sebagai penulis betul-betul punya gambaran tentang setiap adegan yang terjadi dalam cerita. Dengan demikian, kita bisa menceritakannya kembali kepada pembaca secara otentik.

Kesimpulan

Sebuah cerita akan menjadi lebih berkualitas dengan setting cerita yang mendetail dan sesuai dengan kebutuhan plot ceritanya. Oleh karena itu, penulis harus membiasakan diri menulis detail setting dengan langkah-langkah berikut ini: 

LangkahTips
Memilih setting ceritaSesuaikan dengan kebutuhan cerita
Fokus pada keunikanAktifkan panca indera untuk mendapatkan detail setting yang unik sesuai dengan authentic voice penulis. 
Tuliskan detail setting ceritaJangan berhenti pada tampilan luar setting, gali juga latar sosial dan lingkungannya. 
Gunakan teknik penulisanKamu bisa menggunakan teknik penulisan dengan panca indera. Selain itu, pastikan mendedikasikan setidaknya sebuah paragraf untuk memperkenalkan suatu setting dalam setiap adegan. 
Kembangkan hubungan antara tokoh dan setting ceritaHubungannya bisa berupa setting sebagai asal tokoh, setting membangun karakteristik tokoh, setting memberikan tantangan/bantuan kepada tokoh. 
Jaga fokus pembacaHindari menulis detail setting cerita yang terlalu detail dan bertele-tele karena akan membuat pembaca bingung. 
Membuat/mencari petaBerguna untuk meriset dan mengembangkan setting cerita dengan cara yang otentik.

Sampai sini dulu, jika ada pertanyaan lebih lanjut mengenai cara menulis detail setting cerita, kamu bisa langsung bertanya di Komunitas Menulis Tika Widya.

JOIN KOMUNITAS BARENG 1200+ PENULIS

Terima kasih sudah membaca. Happy writing! 

Tika Widya

Tika Widya C.DMP adalah seorang penulis yang sudah menekuni industri kreatif secara profesional sejak tahun 2018. Ia telah menjadi content writer, copywriter dan creative writer pada lebih dari 914+ proyek penulisan skala nasional dan internasional. Pada tahun 2024, ia berhasil menjadi satu-satunya penulis Indonesia yang masuk daftar Emerging Writer Australia-Asia. Kini, Tika Widya mengajar menulis lewat Tikawidya.com, Tempo Institute dan Kelas Bersama. Ia juga membentuk Komunitas Belajar Nulis yang aktif mengawal 1800+ penulis dari seluruh Indonesia untuk terus berkarya dan menyemarakkan industri literasi nusantara.

3 komentar pada “8 Cara Menulis Detail Setting Cerita Lengkap dengan PDF Template

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *