Pernah gak sih, kamu baca buku atau nonton film, trus ada satu tokoh yang bikin kamu susah move on? Itu semua berkat keajaiban penokohan, lho!
Penokohan itu proses bikin tokoh dalam cerita jadi punya ‘nyawa’. Gak cuma ada, tapi mereka jadi punya kedalaman. Dengan kata lain, mereka bisa bikin kamu seneng, sedih, atau bahkan marah sama mereka.
Nah, kekuatan ini penting banget buat bikin cerita kamu jadi lebih berwarna.
Pengertian Penokohan
Penokohan adalah proses pembentukan tokoh dalam sebuah karya sastra.
Penokohan itu rasanya seperti kamu lagi bikin temen baru buat ceritamu. Saat kamu sedang nulis cerita, kamu pasti perlu orang-orang di dalamnya yang gak cuma lewat begitu aja. Nah, di sinilah kamu mulai ‘menciptakan’ tokoh.
Kamu gak cuma kasih mereka nama, tapi juga bikin mereka punya kepribadian yang unik, masa lalu yang menarik, cara berpakaian yang khas, sampai gimana mereka bersikap sama orang lain. Ini semua supaya tokoh-tokoh itu terasa nyata buat yang baca. Dengan kata lain, pembaca akan menganggap tokohmu seperti teman atau musuh yang bisa bikin mereka ketawa, nangis, atau marah.
Dalam bukunya, “The Art of Fiction: Notes on Craft for Young Writers,” John Gardner ngomongin soal penokohan ini. Dia bilang, tokoh itu penting banget di sebuah cerita. Mereka bukan cuma ada buat ngisi cerita, tapi mereka itu nyawa dari ceritanya.
Gardner pengen agar setiap penulis bikin tokoh yang terasa hidup, yang punya banyak sisi dan gak cuma hitam putih. Dia pengen tokoh yang kamu bikin itu punya ciri khas sendiri, punya perasaan yang dalam, dan bahkan konflik atau dilema yang mereka hadapi sendiri, mirip seperti kita di dunia nyata.
Gardner juga ngasih saran buat penulis supaya kenal baik dengan tokoh mereka. Dalam artian, kamu harus tahu apa yang diinginkan sama karaktermu, apa yang mereka takutkan, dan apa yang bikin mereka bertindak seperti itu. Ini semua agar pembaca bisa merasa dekat sama tokohmu. Setelah dekat, mereka pasti bisa ngerti dan peduli sama apa yang mereka alami.
Jadi, penokohan itu intinya membuat tokoh di ceritamu itu berasa hidup dan punya kedalaman. Dengan begitu, ceritamu jadi lebih kaya dan pembaca bisa lebih terhubung sama ceritamu.
Pentingnya Penokohan dalam Sebuah Cerita
Gambar: Mickey Milkovich di serial Shameless
Orson Scott Card di bukunya “Characters & Viewpoint” sempat membahas insight tentang pentingnya penokohan dalam sebuah cerita.
Menurutnya, tokoh itu kayak jembatan yang menghubungkan kita, pembaca, dan dunia cerita yang penulis ciptakan. Jadi, kalo tokohnya datar dan gak menarik, ceritanya juga bakal terasa hambar.
1. Karakter itu Nyawa Cerita
Card bilang, cerita yang bikin kita terpaku itu cerita yang punya tokoh-tokoh yang dirancang apik. Maksudnya, mereka itu punya latar belakang tokoh, punya alasan kenapa bertindak seperti itu, dan punya masalah yang bikin kita, sebagai pembaca, ingin tahu bagaimana mereka mengatasinya.
Jadi, penokohan adalah kunci buat bikin cerita yang menyentuh hati pembaca. Kamu bisa melakukan ini dengan mendalami semua hal tentang tokohmu, dari apa yang mereka inginkan sampe apa yang bikin mereka tidur gak nyenyak.
2. Bikin Pembaca Merasa Terlibat
Nah, Card juga ngebahas pentingnya bikin pembaca bisa ngerasa konek sama tokoh yang kamu bikin.
Nah, ini gak berarti karakternya harus selalu jadi pahlawan yang sempurna atau tanpa cacat. Tetapi, pembaca harus bisa ngerti kenapa si tokoh ini melakukan apa yang mereka lakukan, bahkan kalo itu berarti kamu harus memahami area yang abu-abu secara moral.
Gampangnya begini:
Kamu mungkin pernah punya tokoh yang keputusannya bikin pembaca garuk-garuk kepala. Pembaca pasti bakal merespon dengan komen: “Loh kok gitu?” atau yang lebih parah lagi “Kok gak masuk akal sih?”
Ini gak akan terjadi kalo kamu bisa nunjukin ke pembaca kenapa tokohmu milih jalan itu. Dari sini, pembaca bisa mulai ngerti, bahkan mungkin juga merasa simpati. Ini yang bikin pembaca gak cuma sekadar baca, tetapi juga ‘ikut’ dalam perjalanan si karakter.
Jadi, inget ya, karakter yang kuat dan kompleks itu kunci utama buat bikin cerita yang gak cuma asik dibaca, tapi juga meninggalkan kesan yang mendalam. Dengan mengikuti saran Orson Scott Card, kamu bisa mulai menciptakan karakter yang gak hanya menggerakkan plot, tapi juga menyentuh hati pembaca.
Jenis Penokohan: Langsung vs Tidak Langsung
Gambar: Tokoh Glenn dalam serial Superstore
Dalam dunia cerita, ada dua cara buat penulis untuk membangun tokoh-tokohnya, yaitu penokohan langsung dan tidak langsung. Kedua cara ini punya gayanya masing-masing dalam ‘menghidupkan’ tokoh-tokoh cerita.
1. Penokohan Langsung
Penokohan langsung terjadi ketika penulis langsung menjelaskan karakteristik tokohnya.
Misalnya begini: Kamu lagi nongkrong di kafe, terus ada teman yang cerita soal temennya yang lain. Dia bilang, “Oh, Rian itu orangnya super baik, selalu siap bantu orang.”
Nah, ini contoh penokohan langsung. Penulis langsung kasih tahu sifat atau ciri khas tokoh tanpa basa-basi. Jadi, kamu gak perlu nebak-nebak lagi, karena semuanya sudah jelas disajikan di depan mata.
Kelebihannya? Pembaca bisa cepat paham karakter tersebut. Tetapi, kadang bisa bikin karakter terasa kurang ‘hidup’, karena kita gak ‘menemukannya’ sendiri lewat cerita.
2. Penokohan Tidak Langsung
Penokohan tidak langsung terjadi ketika tokoh dibangun dengan tindakan, dialog, dan reaksi.
Misalnya begini: Kamu nonton film. Ada adegan di mana tokoh utama melihat ada anak kecil yang kehilangan uang jajannya. Tanpa banyak omong, dia langsung bantu nyariin dan bahkan ngasih uangnya sendiri.
Ini adalah contoh penokohan tidak langsung. Kamu kenal dan paham karakter itu dari tindakannya, dialog, atau bahkan dari apa yang orang lain katakan tentangnya. Kamu seperti merangkai puzzle, sedikit demi sedikit, sampai akhirnya kamu ‘kenal’ siapa sebenarnya tokoh itu.
Kelebihannya? Ini bikin pembaca lebih terlibat. Mereka jadi lebih aktif ‘berpartisipasi’ dalam cerita, menemukan dan memahami karakter tersebut lewat pengalaman yang diberikan oleh cerita. Prinsipnya sama dengan teknik Show Don’t Tell.
Kedua jenis penokohan ini punya peran penting dalam membangun cerita yang kaya dan mendalam. Jadi, penulis seringkali menggunakan campuran dari keduanya untuk menciptakan nuansa yang lebih kompleks dan menarik.
Aspek Penokohan: Kulit, Daging, dan Inti
Gambar: Spiderman
Bikin karakter dalam cerita itu kayak merakit boneka. Ada lapisan-lapisannya yang bikin dia jadi unik dan menarik. Yuk, kita bahas satu per satu:
1. Kulit/Fisik
Bagian kulit dari seorang tokoh adalah penampilan atau penampakan fisik si tokoh. Ini lapisan paling luar.
Contohnya ketika kamu lagi baca buku, pasti ada aja deskripsi soal penampilan tokoh yang masuk ke dalam adegan. Gimana gaya rambutnya, pakaiannya kaya gimana, sampe cara dia senyum.
Semua detail fisik ini kayak ‘kulit’ yang pertama kali kita lihat dan yang bikin kita mulai bisa ‘ngelihat’ tokoh itu dalam imajinasi kita.
2. Daging/Latar Belakang Sosial
Nah, kalo udah kenal sama ‘kulitnya’, kita mulai ngulik lebih dalam lagi, yaitu latar belakang sosialnya. Yang dimaksud daging adalah latar belakang sosial dan identitas diri si tokoh.
Misalnya, dia anak raja yang punya tanggung jawab berat, atau pencuri kecil yang punya hati besar. Latar belakang sosial ini ngasih konteks tentang kenapa mereka bertindak atau berpikir dengan cara tertentu.
Ini seperti ‘daging’ yang memberi isi dan bentuk pada karakter tersebut.
3. Inti/Psikologis
Bagian inti tokoh memuat soal kepribadiannya. Ini adalah lapisan terdalam dan yang paling kompleks. Kita ngomongin soal motivasi, mimpi, ketakutan, dan semua yang berkecamuk di dalam hati dan pikiran tokoh.
Ini yang bikin tokoh jadi bener-bener ‘hidup’. Kenapa tokoh bisa takut gelap? Apa yang mereka inginkan lebih dari apapun? Semua pertanyaan ini ngulik ‘inti’ dari si tokoh, memberikan kedalaman dan nuansa yang bikin mereka jadi lebih dari sekedar nama di kertas.
Dengan mengenal aspek-aspek penokohan ini, kamu bisa mulai ‘merakit’ tokoh-tokoh ceritamu dengan lebih lengkap. Ingat, semakin detail dan kaya kamu menggambarkan setiap aspek, semakin nyata tokoh itu bagi pembaca.
Nah, kalau kamu mau list pertanyaan yang lebih banyak untuk mulai mengembangkan tokohmu, kamu bisa download PDF Materi Webinar Menulis Gratis: Detail Tokoh di bawah ini!
Teknik Penokohan dan Contohnya
Gambar: Harry Potter dalam Film Harry Potter
Dalam menulis, membangun karakter yang kuat dan mengesankan itu penting banget.
Dalam buku Menulis & Berpikir Kreatif Cara Spiritualisme Kritis, Ayu Utami menjelaskan bahwa tokoh dalam cerita seharusnya mencerminkan kompleksitas dan keberagaman manusia. Makanya, teknik penokohan jadi elemen penting dalam penulisan kreatif.
Nah, ada beberapa teknik penokohan yang bisa kamu pakai, lengkap dengan contohnya. Cobain ini biar karakter-karaktermu bisa ‘hidup’ dan berinteraksi dengan pembaca.
1. Deskripsi
Teknik penokohan dalam deskripsi artinya penulis langsung kasih info tentang tokoh, mulai dari penampilan fisik sampe sifat khas mereka.
Contoh: “Lina memiliki rambut keriting yang selalu terurai bebas, mencerminkan sifatnya yang bebas dan pemberontak. Matanya yang tajam selalu berbinar penuh semangat, siap menghadapi dunia.”
2. Dialog
Teknik penokohan lewat dialog artinya tokoh diperkenalkan dan dikembangkan lewat percakapan mereka dengan tokoh lain. Ini bisa kamu pakai untuk nunjukin kepribadian mereka, cara berpikir, atau latar belakang sosial.
Contoh: Dalam sebuah dialog, Tom berkata, “Aku gak pernah menyerah, tahu. Ayahku selalu bilang, ‘Kalo kamu jatuh, bangkit lagi lebih kuat.'” Lewat dialog ini, kita tahu Tom adalah seseorang yang teguh dan memiliki pengaruh kuat dari ayahnya.
3. Tindakan
Teknik penokohan lewat tindakan artinya tokoh dikenal lewat apa yang mereka lakukan. Tindakan mereka bisa mengungkap banyak hal, termasuk nilai dan prinsip hidup mereka.
Contoh: Saat melihat seorang nenek kesulitan menyeberang jalan, Lisa langsung berlari membantunya tanpa pikir panjang. Ini menunjukkan bahwa Lisa adalah orang yang peduli dan siap bertindak membantu.
4. Respon
Teknik penokohan dari respon tokoh artinya reaksi tokoh terhadap situasi atau peristiwa tertentu bisa mengungkapkan banyak tentang kepribadian mereka, seperti ketenangan dalam situasi darurat atau ketakutan mereka terhadap sesuatu.
Contoh: Ketika alarm kebakaran berbunyi, Ali langsung mengambil alih situasi, memerintahkan semua orang dengan tenang ke titik kumpul darurat. Ini menunjukkan bahwa Ali adalah karakter yang tenang dan bisa diandalkan dalam situasi darurat.
Dengan menggabungkan teknik-teknik ini dalam penulisan, kamu bisa menciptakan karakter yang menarik dan multidimensi. Tentu saja, ini bakal bikin cerita kamu jadi lebih hidup dan berwarna.
Tips Praktis Mengembangkan Tokohmu Sendiri
Membangun tokoh yang kuat dan berkesan bisa jadi salah satu bagian paling menyenangkan (dan menantang) dalam menulis. Ini ada beberapa tips praktis untuk membantu kamu mengembangkan karakter-karakter di ceritamu:
1. Gunakan Tes Kepribadian
MBTI atau Myers-Briggs Type Indicator bisa jadi alat bantu keren. Jadi, pilih aja salah satu dari 16 tipe kepribadian. Dengan demikian, kamu bisa dapet gambaran kasar tentang karakter tokohmu. Seperti, apakah dia introvert atau extrovert? Dan, bagaimana cara mereka mengambil keputusan, dan bagaimana mereka memandang dunia.
Selain MBTI, ada yang namanya Enneagram. Dengan 9 tipe kepribadian, enneagram membantu kamu menggali motivasi dan ketakutan terdalam tokohmu. Ini bisa jadi dasar yang kuat untuk membangun konflik internal atau pertumbuhan karakter.
2. Gunakan Zodiak
Zodiak bisa jadi cara yang fun untuk menentukan sifat dasar tokohmu. Misalnya, tokoh Aries mungkin punya sifat pemberani dan enerjik, sementara Virgo bisa jadi perfeksionis dan analitis. Jadi, zodiak bisa memberi kamu titik awal yang menarik dalam pembangunan karakter.
3. Buat Backstory
Setiap tokoh punya masa lalu, dan masa lalu itu membentuk siapa mereka sekarang. Jadi, coba deh luangkan waktu untuk memikirkan apa yang telah mereka alami sebelum cerita dimulai. Hal ini bisa membantu kamu memahami mengapa mereka bertindak atau merespon situasi tertentu dengan cara mereka.
4. Buat Wawancara Tokoh
Bayangkan kamu sedang wawancara dengan tokoh yang kamu buat sendiri. Ajukan pertanyaan tentang kehidupan mereka, apa yang mereka cintai, takuti, impikan. Cara ini bisa membantu kamu mendapatkan insight yang lebih dalam tentang karakter mereka.
5. Observasi Orang di Sekitar
Orang-orang di sekitar kita bisa jadi inspirasi yang kaya untuk tokoh cerita. Yuk, mulai perhatikan bagaimana orang berbeda bereaksi terhadap situasi serupa. Bagaimana mereka berinteraksi dengan orang lain, dan bagaimana mereka menunjukkan emosi? Ini bisa membantu kamu membuat tokoh yang lebih realistis dan relatable.
6. Jangan Takut untuk Mengubah
Tokohmu mungkin berkembang seiring dengan cerita. Jangan takut untuk mengubah aspek-aspek dari tokohmu jika itu akan membuat cerita kamu lebih kuat. Fleksibilitas adalah kunci untuk menciptakan karakter yang dinamis.
Akhir Kata
Nah, aku sudah bahas cukup panjang nih soal penokohan mulai dari pengertian, jenis, aspek, teknik sampai tips-tipsnya. Ada sedikit pesan terakhir sebelum aku menyudahi artikel ini.
Penokohan itu penting karena tokoh adalah jantung dari sebuah cerita.
Jadi, kalau kamu mau bikin cerita yang bikin pembaca gak bisa lepas, perhatiin baik-baik cara kamu ‘membangun’ tokohnya. Ingat, tokoh yang menarik dan kompleks itu kunci utama cerita yang bikin pembaca terpikat.
Jangan takut untuk mencoba semuanya! Yuk, mulai eksplorasi dan bereksperimen dengan penokohan karaktermu!
Referensi
- Card, O. S. (2011). Elements of Fiction Writing – Characters & Viewpoint: Proven Advice and Timeless Techniques for Creating Compelling Characters by an a Ward-winning Author. Penguin Publishing Group.
- Gardner, J. (1991). The Art of Fiction: Notes on Craft for Young Writers. Knopf Doubleday Publishing Group.
- Utami, A. (2023). Menulis & Berpikir Kreatif Cara Spiritualisme Kritis 1. Kepustakaan Populer Gramedia.