Kamu pernah merasa stuck saat menulis cerita fiksi, meskipun ide di kepalamu sebenarnya banyak?
Aku pernah, dan ternyata salah satu kuncinya ada di pemahaman tentang teknik naratif.
Teknik naratif adalah cara-cara yang digunakan penulis untuk mengembangkan elemen-elemen dalam cerita.
Mulai dari plot, sudut pandang, gaya bahasa, hingga bagaimana karakter diperkenalkan.
Semua ini saling terhubung dan menentukan apakah ceritamu bakal hidup atau terasa datar.
Kenapa hal ini penting?
Karena, seringnya kita itu punya ide bagus, tapi tidak punya teknik yang tepat.
Inilah yang akhirnya bikin ide itu bisa gagal dieksekusi dengan baik.
Misalnya, kamu punya gambaran plot twist keren, tapi tanpa teknik foreshadowing yang pas, twist itu bisa terasa dipaksakan.
Saat penulis mulai memahami teknik naratif, cerita jadi terasa lebih rapi, menarik, dan yang paling penting, lebih terarah.
Nah, kali ini aku akan share apa saja yang perlu kamu tahu tentang teknik naratif dalam penulisan fiksi.
Kenapa Penulis Fiksi Harus Tahu Soal Teknik Naratif?
Menguasai teknik naratif bisa meningkatkan kualitas ceritamu secara keseluruhan.
Berikut adalah beberapa alasan kenapa kamu harus mendalaminya:
- Teknik naratif membantu kamu menyusun cerita yang mengalir dengan baik, sehingga pembaca tidak kebingungan.
- Selain itu, teknik naratif bikin kamu bisa membangun atmosfer yang sesuai buat ceritamu. Misalnya, teknik setting bisa menentukan apakah ceritamu terasa mencekam atau hangat.
- Teknik naratif juga akan membantumu menghidupkan tokoh. Dengan teknik penokohan yang tepat, tokoh-tokoh dalam ceritamu akan terasa lebih nyata dan relatable.
- Selanjutnya, teknik naratif juga membantu kamu menemukan ciri khas gaya menulis yang membuat karyamu stand out.
- Teknik seperti pacing dan plot structure mempengaruhi apakah ceritamu terasa lambat atau penuh ketegangan.
Contoh Umum Teknik Naratif dalam Penulisan Fiksi
Ini beberapa contoh teknik naratif yang paling sering digunakan dalam penulisan fiksi. Apa saja itu?
1. Setting
Setting adalah tempat dan waktu terjadinya cerita.
Teknik ini berguna untuk menempatkan tokoh di suatu lokasi dan mengatur atmosfer dalam cerita fiksi.
Misalnya, kalau kamu memilih latar di sebuah desa yang selalu berkabut, maka pembaca pasti akan merasa kalau ceritamu memberi kesan misterius.
Ada lagi nih contohnya: Dalam puisi “Hujan di Bulan Juni,” Sapardi Djoko Damono menggunakan setting musim hujan untuk membangun nuansa melankolis.
Nah, pilihan latar memang bikin pembaca bisa terhanyut dalam ceritanya, ya!
2. Plot
Plot adalah rangkaian peristiwa dalam cerita.
Teknik naratif dalam plot bisa mencakup gimana kamu menyusun alur, apakah linier atau flashback.
Contoh lain yang masih terkait dengan plot adalah teknik cliffhanger di akhir bab yang sering digunakan dalam novel thriller untuk membuat pembaca penasaran.
3. Style
Style atau gaya penulisan mencakup pemilihan kata, ritme kalimat, dan cara penyampaian narasi.
Teknik ini sangat subjektif dan menentukan tone cerita.
Misalnya, gaya penulisan Eka Kurniawan yang kontemporer tentu berbeda dengan gaya YB Mangunwijaya yang selalu fokus pada detail cerita.
4. Tema
Tema adalah ide sentral yang menjadi fondasi cerita.
Teknik naratif bisa membantu kamu mengembangkan tema cerita melalui simbol, dialog, atau bahkan konflik.
Misalnya, dalam novel “1984” karya George Orwell, tema kebebasan individu dibangun melalui simbol seperti “Big Brother” dan teknik repetisi dalam narasi.
5. Penokohan
Teknik penokohan mencakup caramu memperkenalkan dan mengembangkan karakter dalam cerita.
Misalnya, kamu bisa menggunakan dialog internal untuk menggambarkan kompleksitas tokoh utama.
Pengen Belajar Lebih Banyak Soal Penulisan Fiksi?
Gabung aja sama Komunitas Belajar Nulis by Tika Widya.
Di sana, kamu bisa sharing, belajar, dan mengembangkan penguasaan teknik naratif bareng 1900+ penulis Indonesia yang punya passion sama.