Catchphrase: Cara Bikin Tokoh Cerita yang Memorable di Mata Pembaca

Sebagai penulis, salah satu tantangan terbesar adalah membuat ceritamu tidak hanya terbaca, tapi juga dikenang. Nah, di sinilah catchphrase berperan sebagai jembatan yang akan menghubungkan karya ceritamu dengan ingatan pembaca. 

Jadi, kenapa sih penulis butuh catchphrase? Jawabannya sederhana: untuk membuat ceritanya menjadi lebih dari sekadar kata-kata yang tertata, melainkan menjadi kenangan yang tak terlupakan. 

Dengan catchphrase yang tepat, kamu bisa mengubah tokohmu jadi legenda yang terasa hidup

Baca lebih lanjut untuk memahami pengertian, fungsi, cara membuat dan implementasi catchphrase di sebuah cerita! 

Pengertian Catchphrase dalam Sebuah Cerita

Catchphrase adalah kata atau frase yang disebutkan berulang kali oleh seorang tokoh dalam keseluruhan cerita.  

Pernah denger kata-kata kayak “I’ll be back” atau “May the Force be with you”? Itu loh, yang sering kita dengar di film atau baca di buku dan langsung ingat sama tokohnya. Nah, itu namanya catchphrase. 

Catchphrase ini bisa jadi kunci buat mengerti lebih dalam tentang kepribadian, pandangan dunia, atau motivasi tokoh.

Contohnya: 

  • Sherlock Holmes sering banget pake “Elementary, my dear Watson” buat nunjukin kejeniusannya.
  • Dari Star Wars, “May the Force be with you” jadi doa dan semangat buat para Jedi.
  • “Winter is coming” dari Game of Thrones ngasih peringatan dan ngungkapin kekhawatiran.
  • Toy Story punya “To infinity and beyond!” yang jadi simbol petualangan dan persahabatan.
  • “I’ll be back” dari The Terminator? Itu janji akan kembali yang bikin merinding.

Fungsi Catchphrase dalam Cerita

Apa sih sebenernya fungsi dari catchphrase ini dalam cerita? Yuk, kita bahas satu per satu.

1. Memperkuat Identitas Tokoh

Catchphrase itu kayak tanda tangan. Setiap kali kamu denger, kamu langsung ingat sama tokohnya. 

Catchphrase membantu tokoh dalam cerita jadi lebih unik dan berkesan. 

BACA JUGA:   4 Jenis Sudut Pandang atau POV dalam Penulisan Cerita

Misalnya, kalau ada tokoh yang selalu bilang “To infinity and beyond!” kamu pasti langsung ingat sama Buzz Lightyear dari Toy Story, kan? 

Itu artinya, catchphrase berhasil bikin identitas tokoh itu kuat.

2. Membantu Pembaca Mengingat Tokoh

Karena catchy dan sering diulang, catchphrase gampang banget nempel di ingatan. Ini membantu pembaca atau penonton untuk nggak cuma ingat tokohnya, tapi juga rasanya. 

Kalau kamu denger “May the Force be with you,” langsung deh ingat sama suasana Star Wars dan karakter-karakternya yang ikonik. Catchphrase jadi cara cerdas buat bikin tokoh kamu gak mudah dilupakan.

3. Menambah Kedalaman Narasi

Catchphrase uga bisa nunjukin lebih dalam tentang kepribadian atau motivasi tokoh. 

Misal, “Winter is coming” dari Game of Thrones. Ini bukan cuma peringatan tentang musim dingin, tapi juga simbolisasi tentang kesiapan menghadapi bahaya dan ketidakpastian. 

Lewat catchphrase, pembaca atau penonton bisa dapet gambaran yang lebih jelas tentang siapa sebenarnya tokoh ini dan apa yang mereka perjuangkan.

Jadi, catchphrase itu bikin dialog tokoh ceritamu lebih hidup dan memorable. Dengan pemilihan kata yang tepat dan penggunaan yang bijak, catchphrase bisa jadi salah satu aset terkuatmu dalam bercerita. 

Cara Membuat Catchphrase untuk Tokohmu

Nah, kalo kamu lagi nulis cerita dan pengen tokoh-tokohmu punya sesuatu yang bikin mereka spesial dan mudah diingat, cobain deh kasih mereka catchphrase. 

Tapi, gimana sih caranya bikin catchphrase yang keren untuk tokohmu? Yuk, kita bahas gimana caranya!

1. Sesuaikan dengan Kepribadian Tokoh

Pertama, pikirin dulu nih, kepribadian tokoh kamu itu kayak gimana. 

Kalo tokohmu itu tipe yang pemberani, berani ambil risiko, catchphrase yang menunjukkan keberanian bisa banget nih. 

Ini bakal menegaskan karakter tokohmu setiap kali dia muncul.

Contoh: Untuk tokoh yang pemberani, kamu bisa pilih catchphrase kayak “Tabrak terus!” Ini langsung nunjukin kalo tokohmu itu nggak kenal takut.

2. Tunjukkan Latar Belakang dan Motivasi

Selanjutnya, pikirin juga latar belakang dan motivasi tokohmu. 

Kalo misalnya tokohmu punya sejarah hidup yang keras tapi selalu optimis, catchphrase yang uplifting dan positif bisa banget menunjukkan spirit mereka.

Contoh: Untuk tokoh yang punya latar belakang hidup penuh tantangan tapi tetap optimis, catchphrase kayak “Tetap menyala dalam gelap” bisa jadi pilihan yang bagus.

3. Bikin Pendek dan Mudah Diingat

Ini nih kuncinya. Kamu pengen catchphrase tokohmu itu gampang diingat sama pembaca atau penonton, kan? 

BACA JUGA:   Penokohan: Pengertian, Jenis, Teknik dan Tips Praktis dalam Menulis Cerita

Jadi, bikinlah sesuatu yang pendek, simpel, tapi punya impact.

Contoh:

  • Untuk tokoh yang bijaksana, catchphrase kayak “Kosong adalah isi” itu simpel tapi maknanya dalam.
  • Sementara untuk tokoh yang lucu, sesuatu yang ringan tapi ngena kayak “Ketawa dulu, mikirnya belakangan” bisa jadi pilihan yang tepat.

Aturan Tiga Kali Pakai untuk Integrasi Catchphrase dalam Cerita

Kalau kamu punya bumbu rahasia buat masakan favoritmu, kamu nggak bakal mau pake bumbu itu terus-terusan di setiap masakan, kan? 

Sama kayak catchphrase dalam cerita. Iya, catchphrase itu bisa bikin karakter tokoh jadi lebih keren dan berkesan, tapi kalo kamu pake terus menerus tanpa kontrol, bisa jadi bumerang. 

Alih-alih bikin karakter jadi ikonik, malah bisa bikin pembaca atau penonton jenuh. 

Jadi, gimana cara pake catchphrase yang bijak? Kenali aturan Tiga Kali Pakai! 

Konsepnya gampang: kamu pake catchphrase itu tiga kali dalam satu cerita. 

1. Perkenalan

Pertama, buat perkenalan. Ini momen pertama tokoh kamu menggunakan catchphrase-nya, dan seharusnya dalam konteks yang bikin pembaca langsung ngeh, “Oh, ini nih kalimat khas tokoh ini.”

Contoh: Katakanlah tokohmu punya catchphrase, “Bintang pun tahu namaku.” Kamu bisa munculin ini pertama kali pas tokohmu berhasil melakukan sesuatu yang hebat.

2. Memperkuat

Kedua, buat memperkuat. Ini saat kamu ulang catchphrase itu di momen yang pas, buat ngingetin pembaca dan lebih menegaskan karakter tokohmu. 

Mungkin pas dia lagi di titik balik penting atau saat dia lagi ngadepin tantangan besar.

Contoh: Tokohmu lagi di posisi terjepit, tapi dia berhasil keluar dari masalah itu dengan kecerdikannya. Dia bilang lagi, “Bintang pun tahu namaku,” sebagai simbol kepercayaan dirinya yang nggak pernah luntur.

3. Penutup

Terakhir, buat penutup yang memuaskan. Ini saat yang tepat buat kamu pake catchphrase itu untuk terakhir kalinya, biasanya di akhir cerita atau saat momen klimaks. 

Ini bisa jadi penegasan terakhir tentang siapa tokohmu dan apa yang dia perjuangkan.

Contoh: Di akhir cerita, saat tokohmu merayakan kemenangannya atau saat dia merefleksikan perjalanan hidupnya, dia bisa bilang, “Bintang pun tahu namaku,” sebagai penegasan akhir dari identitas dan pencapaiannya.

Tips Ekstra Soal Catchphrase

Nah, kalo kamu lagi mikirin buat kasih catchphrase ke tokoh ceritamu, ada beberapa tips nih yang bisa bikin catchphrase-nya jadi lebih mantap dan nggak nyebelin. Yuk, kita lihat apa aja tipsnya!

BACA JUGA:   Bahasa Inklusif: Apa Pentingnya dalam Penulisan?

1. Sesuaikan Catchphrase dengan Situasi

Ini penting banget. Kamu nggak mau kan catchphrase tokohmu keluar di saat yang nggak tepat? 

Jangan sampai ada tokoh yang lagi di tengah suasana sedih atau serius, tiba-tiba ngomong catchphrase yang seharusnya lucu atau ringan. Bisa-bisa pembaca malah jadi bingung atau ilfeel.

Contoh: Kalo tokohmu punya catchphrase semangat seperti “Tak ada yang mustahil!” pastikan dia ngomong itu di saat yang bener-bener pas, misalnya saat dia lagi motivasiin diri sendiri atau teman-temannya.

2. Variasikan Cara Penyampaian

Supaya catchphrase nggak terasa klise atau monoton, coba deh variasikan cara tokohmu menyampaikannya. 

Mungkin dengan nada yang berbeda, situasi yang berbeda, atau bahkan dengan reaksi orang di sekitarnya yang berbeda.

Contoh: Kalo catchphrase-nya “Sampai jumpa di puncak!” coba variasikan. Misalnya, waktu dia berhasil naik gunung, dia bisa bilang dengan nada lega. Tapi, waktu dia cuma ngomongin tentang mimpi-mimpinya, dia bisa bilang dengan nada yang lebih berharap dan reflektif.

3. Dengarkan Feedback Pembaca

Feedback dari pembaca itu berharga banget. Kalo mereka bilang catchphrase tokohmu terlalu sering muncul atau malah nggak nyambung, itu tandanya kamu perlu ngatur ulang penggunaannya. 

Pembaca itu bisa jadi cermin yang bagus buat ngasih tau apa yang berhasil dan apa yang nggak.

4. Sesuaikan dengan Tone dan Tema Cerita

Catchphrase harus selaras dengan tone cerita

Kalo ceritanya cenderung serius atau gelap, mungkin catchphrase yang terlalu ringan atau lucu nggak akan pas. 

Begitu juga sebaliknya, kalo ceritanya lebih santai, catchphrase yang terlalu berat bisa bikin suasana jadi awkward.

Contoh: Dalam cerita detektif yang serius, catchphrase seperti “Selalu ada waktu untuk teh” bisa jadi cara unik untuk menunjukkan karakter tokoh yang tenang di tengah tekanan. Tapi, kalo di cerita horror, mungkin catchphrase itu nggak akan nyambung.

Ingat, catchphrase itu kaya bumbu dapur. Harus dipake di momen yang pas pas dan nggak berlebihan, biar ceritamu jadi memorable. Maka, pakailah dengan bijak!

Catchphrase untuk Storytelling yang Efektif

Catchphrase bisa jadi senjata ampuh dalam dunia storytelling.  

Dengan satu kalimat singkat yang khas, kamu bisa bikin tokoh dalam ceritamu lebih berkesan dan langsung klik sama pembaca atau penonton. 

Ini artinya, kamu punya kesempatan buat ngasih dampak yang lebih dalam dan luas lewat ceritamu, cuma dengan memilih dan menggunakan catchphrase yang tepat.

Ingat, setiap tokoh punya cerita uniknya sendiri, dan catchphrase bisa jadi cara yang kreatif buat nunjukin esensi dari cerita itu. 

Jadi, jangan takut untuk bereksperimen. Coba temukan kalimat sempurna yang bisa mewakili tokohmu, dan cek sendiri gimana satu kalimat ini ternyata bisa mengubah segalanya.

Selamat berkreasi dan biarkan imajinasimu membawa kamu ke tempat-tempat baru yang menakjubkan. Yuk, buat tokoh-tokohmu bersinar dengan catchphrase yang ikonik!

Tika Widya

Tika Widya C.DMP adalah seorang penulis yang sudah menekuni industri kreatif secara profesional sejak tahun 2018. Ia telah menjadi content writer, copywriter dan creative writer pada lebih dari 914+ proyek penulisan skala nasional dan internasional. Pada tahun 2024, ia berhasil menjadi satu-satunya penulis Indonesia yang masuk daftar Emerging Writer Australia-Asia. Kini, Tika Widya mengajar menulis lewat Tikawidya.com, Tempo Institute dan Kelas Bersama. Ia juga membentuk Komunitas Belajar Nulis yang aktif mengawal 1800+ penulis dari seluruh Indonesia untuk terus berkarya dan menyemarakkan industri literasi nusantara.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *