6 Cara Mengembangkan Dialog Biar Lebih Greget
Penulis paling sering bertanya soal penulisan dialog. Kenapa? Ya, karena tidak semuanya menguasai cara mengembangkan dialog yang bikin greget di hati pembaca.
Tapi, jangan khawatir! Aku punya beberapa cara yang dijamin bikin dialogmu jadi berkesan di mata pembaca. Baca terus karena aku juga membahas contohnya satu per satu.
1. Pastikan Ada Konflik dan Perbedaan Pendapat
Pastikan dialog kamu mencerminkan adanya konflik atau perbedaan pendapat antar tokoh. Ini bikin pembaca penasaran sama apa yang akan terjadi selanjutnya.
Konflik tidak selalu harus besar atau dramatis; bahkan perbedaan pendapat yang sepele bisa menghasilkan dialog yang menarik.
Misalnya, dua karakter berdebat tentang rute terbaik untuk pergi ke suatu tempat. Salah satu ingin jalan yang lebih cepat dan yang lain ingin jalan yang lebih indah.
Contoh Dialog:
“Aku sih lebih suka lewat jalan utama, lebih cepat sampai!” Alya menegaskan.
“Tapi kalau lewat jalan sungai kan lebih sejuk, pemandangannya juga bagus. Kenapa sih buru-buru?” bantah Beni.
Dalam contoh ini, konfliknya sederhana tapi efektif untuk menunjukkan perbedaan karakter dan prioritas antara Alya dan Beni, sekaligus memperkaya cerita. Dialog seperti ini bisa membawa pembaca lebih dalam ke dalam narasi dan membuat mereka lebih terlibat dengan masing-masing karakter.
2. Gunakan Subteks
Menurut KBBI, subteks adalah situasi atau kondisi yang melekat pada dialog yang sedang berlangsung. Tapi, ada definisi yang lebih mudah dimengerti, loh!
Subteks adalah makna atau pesan yang tidak tertulis di teks atau dialog tetapi bisa dipahami oleh audiens lewat konteks, cara bicara, gestur maupun tindakan tokoh. Dengan kata lain, subteks ini sama seperti makna implisit.
Kadang apa yang tidak dikatakan oleh tokoh itu lebih berdampak daripada yang diucapkannya. Misalnya, tokoh bisa mengatakan sesuatu yang sebenarnya memiliki arti lain, atau mereka bisa menghindari membicarakan topik tertentu yang sensitif, yang mana bisa menunjukkan ketegangan atau masalah yang lebih dalam.
Contoh Dialog:
“Kamu pasti capek hari ini, kan? Mungkin lebih baik kita tunda dulu pembicaraan ini,” kata Rina.
“Oh, tidak, aku baik-baik saja.” Toni menjawab sambil menghindari kontak mata dan memainkan gelas di tangannya.
Meski Toni mengatakan bahwa dia baik-baik saja, subteks-nya menunjukkan sebaliknya. Menghindari kontak mata dan gerakan gelisahnya menandakan bahwa mungkin dia ada sesuatu yang mengganggunya.
Dalam hal ini, subteks bikin tokoh dan situasi terasa lebih intens sehingga memicu rasa penasaran pembaca tentang apa sebenarnya yang terjadi.
3. Bikin Dialog yang Multifungsi
Usahakan setiap baris dialog memiliki lebih dari satu fungsi. Selain untuk memajukan plot, dialog bisa kamu pakai buat mengungkapkan motivasi karakter, atau menambahkan ketegangan pada situasi yang ada.
Dialog yang efektif seharusnya bisa membantu penulis membangun suasana, memperdalam pemahaman pembaca terhadap tokoh, dan mendorong cerita ke depan.
Contoh Dialog:
“Aku selalu bermimpi membuka restoran sendiri, tapi aku takut gagal lagi,” kata Lia sambil mengetuk-ngetuk meja dengan jarinya.
“Kamu tidak akan tahu sampai kamu mencoba, Lia. Aku di sini untuk mendukungmu,” balas Riko sambil memegang tangan perempuan di depannya itu.
Dialog ini berfungsi ganda. Pertama, dialog mengungkapkan ketakutan, mimpi, dan motivasi Lia.
Kedua, melalui respon Riko, dialog ini juga memperkuat tema utama yaitu keberanian dalam menghadapi ketakutan.
Selain itu, percakapan ini menunjukkan bahwa Riko adalah pendukung penting dalam kehidupan Lia. Tentu saja, ini meningkatkan tekanan emosional yang dialami Lia, karena kini ia tahu bahwa ia punya seseorang yang berharap dan percaya padanya.
Bisa kamu lihat kalau dialog ini memajukan plot dengan mengarahkan cerita pada keputusan Lia selanjutnya sembari memperkaya konteks emosional cerita.
4. Perhatikan Pilihan Katamu
Gunakan pilihan kata yang kuat dan berdampak. Ini akan membantu memperkuat emosi dan intensitas dalam dialog.
Selanjutnya, pastikan kamu punya alasan untuk keberadaan setiap kata dalam tulisanmu. Jangan asal comot kata-kata indah hanya untuk terkesan pintar atau nyastra. Perhatikan betul dampak pilihan katamu pada audiens yang dituju.
Pilihan kata yang tepat seharusnya bisa meningkatkan kualitas dialog dan memberikan nuansa khusus yang sesuai dengan tokoh yang berbicara.
Inilah yang kemudian bikin dialog terasa lebih autentik dan menarik. Dengan demikian, pembaca jadi lebih mudah terhubung dengan emosi yang coba disampaikan oleh karakter.
Contoh Dialog:
“Aku lelah mengejar bayang-bayang kesempurnaan yang tidak pernah ada,” ujar Dina.
“Kamu bukan sebuah atlas, Dina. Dunia ini tidak seharusnya kamu pikul sendiri,” balas Sari.
Dalam contoh ini, penggunaan metafora “mengejar bayang-bayang” dan “bukanlah atlas” menggambarkan kelelahan dan tekanan yang dirasakan Dina.
Pilihan kata seperti “pikul” menguatkan gambaran beban yang berat dan menambah intensitas percakapan.
Dialog ini mengungkapkan perasaan Dina sekaligus menunjukkan kedekatan antara Dina dan Sari.
5. Variasikan Panjang Pendek Dialog
Kamu bisa menciptakan ritme dalam tulisanmu dengan cara mengatur panjang pendek dialog dalam sebuah percakapan. Dialog yang cepat dan singkat bisa meningkatkan ketegangan, sedangkan dialog yang lebih panjang bisa digunakan untuk momen refleksi atau penjelasan.
Perubahan ritme ini bakal bikin percakapan lebih dinamis dan menarik sekaligus memungkinkan penulis untuk memanipulasi emosi pembaca sesuai dengan kebutuhan narasi.
Selain itu, menggunakan variasi panjang dialog juga membantu dalam membangun penokohan dan menunjukkan perbedaan cara berpikir atau tingkat emosi tokoh yang berbeda.
Contoh Dialog:
“Tidak.”
“Mengapa?”
“Tidak!”
“Kamu selalu milih menghindar daripada menjawab!”
“Aku… aku hanya tidak yakin bahwa ini pilihan yang benar, Lisa.”
“Kita perlu berbicara tentang ini, Rama. Kita tidak bisa terus menghindari masalah ini. Kita perlu menghadapinya, bersama.”
Dalam contoh ini, penggunaan dialog singkat dari Rama menciptakan ketegangan dan menggambarkan ketidaknyamanannya dalam situasi tersebut.
Sebaliknya, respons yang lebih panjang dari Lisa menunjukkan keinginannya untuk berdiskusi.
Kontras antar dialog menekankan perbedaan pendekatan mereka terhadap konflik yang sedang dihadapi. Lebih dari itu, variasi panjang dialog ini membantu menegaskan dinamika antara dua tokoh.
6. Bicara Sambil Bergerak
Sambil berbicara, biarkan tokohmu melakukan aktivitas lainnya. Aksi ini bisa membantu menambahkan emosi atau tekanan pada apa yang mereka katakan.
Gerakan tokoh bisa mencerminkan kegugupan, kegembiraan, kefrustrasian, atau bahkan ketenangan. Aktivitas mereka akan memberikan konteks tambahan yang membantu pembaca memahami keadaan emosi tokoh.
Contoh Dialog:
“Saya tidak yakin kita bisa melakukannya,” kata Andi sambil menatap jendela, tangannya sibuk merapikan buku-buku di rak.
“Kita harus mencoba,” sahut Bella, dia menghentikan langkahnya dan menghadap Andi, matanya penuh tekad.
“Tapi risikonya terlalu besar,” ucapnya, kembali menoleh, tangannya berhenti sejenak, menunjukkan keraguannya.
“Lebih besar lagi risikonya jika kita tidak melakukan apa-apa.” Dia mengambil satu buku dari tangan Andi dan meletakkannya kembali dengan penuh keyakinan.
Dalam contoh ini, gerakan fisik yang dilakukan oleh Andi dan Bella menambahkan intensitas pada dialog. Gerakan mereka bikin pembaca tahu bahwa ada perbedaan pendapat di antara keduanya. Namun, aktivitas mereka juga membuat adegan tersebut lebih dinamis dan menarik bagi pembaca.
Pesan untuk Penulis
Itulah 6 cara bikin dialog lebih greget di sebuah cerita, baik itu cerita pendek atau novel. Nah, sebenarnya dialog itu cuma sebagian kecil dari apa yang harus kamu pelajari untuk bisa menulis cerita.
Kalau kamu ingin belajar menulis cerita secara komprehensif, kamu harus mulai dari pengembangan cerita. Dan kamu bisa belajar ini semua di Kelas Menulis Privat Pengembangan Cerita langsung sama aku.
Kelas ini terdiri dari lima pertemuan 1:1 di mana kamu bisa dapat pemaparan materi pengembangan cerita sekaligus mengerjakan praktik penulisannya. Yuk, curi ilmu langsung dari Tika Widya, sahabat menulis favorit kamu! Jangan cuma belajar cara mengembangkan dialog, beresin ceritamu sampai ke pengembangan alurnya!
Pingback: 5 Cara Membuat Pembaca Merasa Lebih Dekat dengan Tokoh dalam Cerpen - Tika Widya