Sudut pandang atau yang saat ini lebih mungkin kalian kenal dengan istilah POV (point of view) merupakan salah satu elemen penting dalam storytelling. Terlebih lagi, seorang penulis memang harus merumuskan POV terlebih dahulu sebelum menulis narasinya.
POV atau sudut pandang adalah suara naratif dari sebuah cerita narasi. Dalam artian, POV berhubungan langsung dengan siapa yang sedang bercerita kepada audiens. Tentu saja, POV yang kalian pilih akan berkaitan erat dengan mood atau tone cerita (terutama saat menulis novel). Oleh karena itulah, pemilihan POV yang tepat akan memberikan dampak langsung pada kesuksesan cerita fiksi.
Kalian bisa mengetahui sudut pandang sebuah cerita dengan mengidentifikasi kata ganti orang yang paling sering muncul dalam cerita tersebut.
- POV third person/sudut pandang orang ketiga – menyebut tokoh dengan nama atau menggunakan kata ganti seperti “dia” dan “mereka”.
- POV second person/sudut pandang orang kedua – biasanya langsung menggunakan kata ganti “kamu”.
- Terakhir, POV first person/sudut pandang orang pertama – menggunakan kata ganti “aku” atau “kami”.
Nah, artikel saya kali ini akan mengajak kalian untuk melihat lebih dalam masing-masing POV saat menulis fiksi. Semoga artikel ini bisa membuatmu lebih mudah memahami kekurangan dan kelebihan masing-masing POV dan membantumu menemukan POV yang tepat untuk cerita yang sedang kamu tulis.
4 Jenis POV dalam Penulisan Fiksi
Ada 4 jenis POV yang bisa bikin penulis pemula bingung. Namun, saya akan mencoba menjelaskan dengan singkat lewat pembahasan berikut ini.
1. POV First Person – Sudut Pandang Orang Pertama
Kamu pasti sudah familiar dengan sudut pandang orang pertama. Pasalnya, kita semua sudah terbiasa menggunakan POV ini saat berkomunikasi dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari.
Umumnya, POVorang pertama digunakan langsung oleh protagonis cerita. Kamu bisa melihat contohnya dalam beberapa novel seperti Hunger Games karya Suzanne Collins atau Danur karya Risa Saraswati.
Jika kamu masih bingung, kamu boleh melihat contoh tulisan dengan POV orang pertama berikut ini:
Aku sudah tidak bicara selama bertahun-tahun. Tidak dengan mulutku. Kami berkata-kata dalam bahasa isyarat karena ia tuna wicara. Awalnya memang melelahkan. Tetapi, lama-lama kami terbiasa sehingga aku ikut kehilangan suara. Sayangnya, saat aku menemukan suaraku kembali, ia sudah tidak di sini.
Sang Penyintas, Tika Widya
Keunggulan POV First Person:
- POV ini bisa bikin pembaca tahu emosi dan pola pikir tokoh.
- Pembaca jadi terikat dan mudah terlibat dengan cerita.
- Sudut pandang orang pertama cocok untuk cerita fiksi dengan muatan emosional yang padat.
Namun, ini bukan berarti POV orang pertama tidak punya kelemahan atau drawback, ya.
Kelemahan POV First Person:
- Karena cerita harus ditulis dari sudut pandang salah satu tokoh saja, maka cerita pun jadi sangat terbatas.
- Pembaca hanya mendapatkan cerita dari mata narator.
- Memilih satu sudut pandang bisa bikin pembaca menerima cerita dengan bias.
2. POV Second Person – Sudut Pandang Orang Kedua
POV ini sangat jarang kamu temukan dalam cerita fiksi. Namun, kamu bisa menemukannya dalam banyak artikel atau tulisan di blog. Bahkan, saat ini saya sedang menulis dengan sudut pandang orang kedua. Oleh karena itulah, pada artikel ini kamu bisa menemukan banyak kata ganti “kamu”.
Kenapa sudut pandang orang kedua itu tidak populer?
Sudut pandang orang kedua tidak populer karena mengharuskan penulis untuk membuat pembaca percaya bahwa mereka adalah tokoh dalam cerita yang sedang mereka baca. Padahal, masing-masing pembaca tentu punya kepribadian dan pola pikir yang mungkin berbeda dengan si tokoh.
Kendati demikian, POV orang kedua bisa jadi terobosan saat eksekusinya betul-betul sempurna. Bahkan, ada sebuah novel yang ditulis dengan POV ini yang sempat membuat saya tercengang karena saya sangat menikmatinya.
Contoh novel dengan POV orang kedua adalah The Fifth Season karya N.K. Jemisin. Berikut potongan narasinya:
Kamu adalah dia. Dia adalah kamu. Kamu Essun. Ingat? Kamu adalah perempuan yang anak laki-lakinya telah tiada itu.
The Fifth Season, N.K. Jemisin
3. POV Third Person Limited – Sudut Pandang Orang Ketiga Terbatas
Sudut pandang orang ketiga terbatas adalah di mana narator hanya dapat mengungkapkan pikiran, perasaan, dan pemahaman satu karakter pada waktu tertentu — karenanya, pembaca terbatas pada perspektif itu. Contohnya:
Dia tidak tahu apakah saksi itu berbohong.
Kalimat di atas menunjukkan bahwa narator melihat dari perspektif tokoh. Namun, si narator tidak bisa mengungkapkan apa yang ada di benak tokoh lainnya. Oleh karena itu, sudut pandang ini disebut POV third person limited.
4. POV Third Person Omniscient – Sudut Pandang Orang Ketiga Maha Tahu
Sudut pandang orang ketiga maha tahu menggunakan kata ganti orang yang sama dengan sudut pandang orang ketiga terbatas. Namun, narator dalam POV jenis ini benar-benar mengetahui segalanya, termasuk perspektif atau pemikiran tokoh-tokoh dalam cerita. Lebih daripada itu, narator juga bisa mengungkapkan apa yang sedang, telah atau akan terjadi pada cerita. Contohnya:
Dia pikir kesaksian orang itu akan membawa sidang ke tahap yang baru. Sayangnya, hakim dan penonton tidak beranggapan sama.
POV orang ketiga maha tahu termasuk populer karena penulis bisa melepaskan diri dari perspektif seorang tokoh. Dengan demikian, informasi baru dapat dengan mudah tersampaikan kepada pembaca. Namun, POV ini sangat bergantung pada otoritas narator dan terkadang bahkan mengambil alih fokus pembaca dari tokoh-tokoh yang ada dalam cerita.
Ringkasan
Tabel berikut ini akan membantumu memahami 4 jenis sudut pandang dengan lebih mudah!
Karakteristik | POV 1 | POV 2 | POV 3 Limited | POV 3 Omniscient |
Kata Ganti | Aku, kami | Kamu, Anda | Dia, Mereka | Dia, Mereka |
Batasan | Terbatas pada protagonis | – | Terbatas pada perspektif narator | Tidak ada batasan |
Keunggulan | Menyentuh emosi pembaca | Melibatkan pembaca secara imersif | Memberikan ruangan yang lebih luas untuk mengenalkan tokoh. | Dapat memberi informasi baru lewat narasi. |
Kelemahan | Scene menjadi sangat terbatas karena hanya mengikuti tokoh utama | Sulit digunakan pada cerita fiksi | Tidak bisa mengungkapkan semua hal sekaligus | Bergantung pada kekuatan narasi dari penulis |
Genre | Young Adult, Science Fiction, Memoir | Non fiksi, eksperimental | Romance, Thriller | Fantasi, Sastra |
FAQ Sudut Pandang Penulisan
POV sangat penting dalam sebuah cerita karena membantu pembaca memahami perasaan dan tindakan tokoh. Setiap tokoh punya perspektif tersendiri. Oleh karena itu, siapa tokoh yang bercerita akan memberi dampak pada opini pembaca terhadap peristiwa yang terjadi.
POV adalah alat utama untuk meningkatkan pengalaman pembaca. Memilih POV yang tepat akan mengatur kedekatan pembaca dengan tokoh yang ada dalam cerita. Pada akhirnya, pembaca dapat dengan mudah memahami dan terkoneksi pada tokoh secara berkelanjutan pada cerita.
Boleh. Mengubah POV di tengah sebuah novel biasanya umum ditemukan pada novel panjang dalam platform novel digital. Mengubah POV biasanya berguna jika penulis ingin memberikan gambaran cerita yang lebih utuh kepada pembaca. Lebih daripada itu, pembaca juga biasanya jadi mengetahui hal-hal yang tidak diketahui oleh tokoh utama dalam cerita. Inilah yang kemudian membuat cerita terasa lebih seru.
Jika kamu ingin menulis keseluruhan cerita dalam bahasa yang unik, pilih orang ketiga. Jika kamu ingin pembaca merasakan empati yang tinggi dengan karakter POV Anda, pilih orang pertama. Namun, jika kamu ingin memberitahu pembaca tentang banyak hal yang tidak diketahui tokoh utama, pilihlah sudut pandang orang ketiga.