7 Kebiasaan Produktif untuk Penulis yang Harus Dibangun Dari Sekarang

Kalau kalian mulai merasa lelah, tidak produktif, atau selalu kehabisan ide saat menulis, maka ini adalah saat yang tepat untuk mengubah pola kerja. 

Jangan keburu berhenti hanya karena merasa stuck. 

Kalian butuh menerobos maju ke depan untuk terus mendorong industri literasi ke angkasa.

Nah, visinya memang terdengar gampang, tapi gimana dengan aplikasinya?

Saat baru terjun ke dunia penulisan, saya juga sering merasa gamang dan kehabisan ide. 

Namun, saya mengatasinya dengan mulai menerapkan tujuh kebiasaan produktif yang akan saya bagikan dalam artikel ini. 

Harapannya, habits yang sudah membantu saya jadi lebih fokus dan konsisten dalam menulis ini bisa mengubah hidup kalian juga. 

1. Bikin Tujuan Menulis yang Jelas  

Sebelum mulai menulis, kalian harus bikin tujuan yang jelas. 

Ketika saya bicara begini di Komunitas Belajar Nulis, banyak juga penulis yang membantah dan mengira tujuan mereka sudah jelas. 

Tapi, saat kami menelaahnya bersama-sama, ketahuan bahwa tujuan mereka belumlah SMART. 

Jadi apa itu SMART? 

SMART adalah Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-Bound 

  • S – Specific: Tujuan harus spesifik.
  • M – Measurable: Tujuan harus dapat diukur.
  • A – Achievable: Tujuan harus dapat dicapai.
  • R – Relevant: Tujuan harus relevan sama kebutuhan.
  • T – Time-bound: Tujuan harus punya jangka waktu yang sudah ditentukan. 

Saya pribadi selalu pakai metode SMART untuk menentukan tujuan dan capaian dari langkah yang mau diambil. 

BACA JUGA:   7 Tips Latihan Menulis Untuk Menjadi Penulis Produktif

Misalnya begini, kalian bisa saja bilang, “Saya jadi penulis,” tapi coba kaji dulu apakah tujuan ini sudah punya semua elemen SMART? 

Belum, kan? 

Tujuan yang jelas dan SMART pasti akan terlihat seperti ini: Saya ingin menjadi penulis novel di platform digital X yang bisa menghasilkan minimal 5000 kata sehari dan minimal 5 novel dalam jangka waktu satu tahun. 

Terlihat bedanya?

Ketika tujuanmu jelas, otomatis kamu bakal lebih termotivasi untuk mencapainya. 

2. Membuat Jadwal Menulis

Saya pribadi nggak bisa bayangin hidup tanpa kalender. 

Alat perencanaan jadwal profesional ini biasanya berupa lembaran tanggalan yang dicetak maupun yang digital. 

Saya sendiri pakai dua versi kalender. 

Satu kalender yang dipasang di dinding dan satu kalender digital di google sheet. 

Kalau bingung beli kalender dinding, kalian bisa cek dulu koleksi template kalender premium ini. 

Setiap pagi, hal pertama yang saya lakukan adalah memeriksa kalender buat menyusun jadwal menulis seharian.

Ini sangat krusial karena saya kerja dengan banyak klien sekaligus. 

Oleh karena itu, setiap pagi, saya akan meluangkan waktu 10-30 menit untuk menganalisa prioritas tugas dan menyusun jadwal penulisan di kalender. 

Saya biasanya menuliskannya di kalender dinding dulu, kemudian di malam hari saya akan menyalin jadwal tersebut ke sheet digital sembari mengevaluasinya. 

Kalau kalian baru mulai, coba tentukan cara kerja dengan kalender yang paling nyaman. 

Kalian bisa memilih waktu untuk menyusun jadwal sendiri entah pagi, siang, atau malam. 

Yang penting, kalian konsisten. 

Misalnya, kalau kamu memilih pagi, pastikan kamu bangun lebih awal biar punya waktu buat menulis tanpa terburu-buru.

3. Buang Jauh Distraksi  

Distraksi itu musuh utama produktivitas! 

BACA JUGA:   Cara Komunikasi dan Negosiasi dengan Klien untuk Penulis Lepas

Terlalu sering buka sosial media pas lagi nulis bakal bikin kalian lupa dengan apa yang seharusnya jadi fokus utama. 

Makanya, kalian harus menerapkan beberapa hal ini untuk membuang jauh distraksi: 

  • Matikan notifikasi media sosial baik di HP dan di laptop selama sesi menulis. 
  • Kalau kalian menulis pakai laptop, kalian bisa mengunduh aplikasi website blocker kayak Freedom atau FocusMe
  • Kalau kalian menulis pakai HP, kalian bisa pakai ClearSpace. 
  • Cari tempat yang tenang sebelum menulis. 
  • Pakailah earphone noise-canceling kalau perlu. 
  • Jangan lupa sounding ke orang-orang di sekitarmu bahwa kamu butuh waktu fokus. 

Semua langkah di atas dijamin bakal bikin harimu lebih produktif. 

4. Jangan Lupa Pemanasan!

Menulis itu seperti olahraga, kalian butuh pemanasan. 

Sebelum mulai menulis, saya biasanya melakukan ritual yang saya sebut rutinitas pra-menulis. 

Jadi, dalam waktu 10-30 menit saya akan melakukan beberapa hal ini sebelum mulai menulis: 

  • Menyiapkan secangkir kopi/teh (tergantung mood hari itu)
  • Mengintip BMKG (saya selalu butuh mengetahui ramalan cuaca karena tinggal di area yang rawan badai)
  • Membaca 1-2 artikel di koran Tempo
  • Membaca 1-2 artikel di The Guardian
  • Menulis hal unik dari artikel yang saya baca tadi. 

Rutinitas di atas membantu otak saya masuk ke mode menulis.

Tentu saja, kalian tidak harus menggunakan kegiatan yang sama persis dengan saya. 

Kalian boleh saja pemanasan dengan baca beberapa halaman buku favorit, atau menulis jurnal singkat.

Pilih saja aktivitas yang bisa membuat kalian rileks sekaligus mempersiapkan pikiranmu untuk berkarya. 

5. Bagi Tugas Menulis Jadi Kecil-kecil  

Salah satu kesalahan umum yang paling sering dilakukan penulis pemula adalah terlalu membebani diri dengan target besar. 

BACA JUGA:   10 Cara Efektif Mengolah Feedback dari Pembaca

Misalnya, “Saya harus nulis 10.000 kata minggu ini!” 

Nah, daripada begitu, coba bagi tugas besar itu jadi bagian-bagian kecil. 

Misalnya, “Hari ini aku cuma nulis 500 kata tentang adegan pembuka.”

Cara ini bikin proses menulis kalian terasa lebih ringan dan nggak overwhelming. 

Trust me, ini salah satu trik yang paling ampuh buat tetap produktif!

6. Coba Teknik Free Writing untuk Mengatasi Writer’s Block  

Ada kalanya kalian mungkin merasa stuck dan nggak tau harus nulis apa. 

Di situasi seperti ini, teknik free writing bisa jadi penyelamat. 

Apa itu teknik free writing?

Free writing adalah praktik menuliskan semua yang ada dalam pikiran tanpa berhenti. 

Cara melakukannya sangat sederhana: set timer selama 10-15 menit, lalu tulis apapun yang ada di pikiranmu tanpa mikirin struktur.

Saya sering banget pakai teknik ini buat mengatasi writer’s block. 

Kadang-kadang, ide-ide brilian muncul dari sesi free writing yang tadinya berawal dari sebuah ke-random-an.

7. Buat Skala Prioritas  

Kalau kalian terlibat banyak proyek sekaligus (seperti saya), kalian harus bikin skala prioritas. 

Saya biasa pakai Eisenhower Matrix buat membedakan mana yang urgent dan mana yang penting. 

Proyek-proyek yang urgent dan penting selalu saya masukkan ke jadwal pagi hari, saat energi masih penuh.

Sisanya bisa masuk jadwal lanjutan maupun didelegasikan saja. 

Contoh praktis penerapan Eisenhower Matrix: kalau kamu lagi kerja di dua proyek—satu artikel deadline besok dan satu novel yang nggak ada deadline spesifik—fokus dulu ke artikelnya. Baru setelah itu lanjut ke novel.

Contoh Jadwal Menulis Harian Buat Penulis Pemula  

Nah, biar lebih mudah dipraktikkan, saya kasih contoh jadwal harian yang bisa kamu tiru:

JamAktivitas
06.00 – 07.30Bangun tidur, sarapan, dan pra-penulisan (baca buku/jurnal).  
07.30 – 09.00Fokus menulis (1000+ kata atau sesuaikan dengan kemampuanmu)
09.00 – 10.00Istirahat, olahraga ringan, atau meditasi.  
10.00 – 12.00Editing atau riset untuk proyek menulis.  
12.00 – 13.00Makan siang dan istirahat.  
13.00 – 15.00Lanjutkan menulis atau kerjakan tugas-tugas pendukung.  

Ini cuma contoh, ya. Kalian bisa menyesuaikannya dengan rutinitas hidup pribadi. 

Yang terpenting, mulailah produktivitas dari hal-hal kecil, seperti bikin jadwal atau membagi tugas. 

Dengan demikian, kalian pasti bisa tumbuh dan berkembang jadi penulis yang lebih baik. 

Tika Widya

Tika Widya C.DMP adalah seorang penulis yang sudah menekuni industri kreatif secara profesional sejak tahun 2018. Ia telah menjadi content writer, copywriter dan creative writer pada lebih dari 914+ proyek penulisan skala nasional dan internasional. Pada tahun 2024, ia berhasil menjadi satu-satunya penulis Indonesia yang masuk daftar Emerging Writer Australia-Asia. Kini, Tika Widya mengajar menulis lewat Tikawidya.com, Tempo Institute dan Kelas Bersama. Ia juga membentuk Komunitas Belajar Nulis yang aktif mengawal 1800+ penulis dari seluruh Indonesia untuk terus berkarya dan menyemarakkan industri literasi nusantara.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *