Pengertian Show Don’t Tell, Tujuan, dan Cara Aplikasi dalam Tulisan

Pernah dengar nasihat “show don’t tell” saat belajar menulis? Awalnya, aku sempat bingung. Maksudnya gimana sih? Tapi, setelah aku coba terapin, waw, bedanya kerasa banget! 

Ceritaku yang dulu kayak laporan polisi, sekarang jadi lebih kayak film yang bisa dibayangkan dalam kepala. Show don’t tell itu mengajarkan pada penulis gimana caranya bikin orang lain bisa ‘ngeliat’ dan ‘ngerasain’ apa yang kita tulis. 

Dari pengalaman pribadiku, “show don’t tell” itu kayak sihir yang langsung mengubah ceritaku sendiri jadi lebih hidup. Jadi, yuk, kita pelajari bareng-bareng pengertian, asal-usul, tujuan dan cara aplikasi show don’t tell!

Pengertian Show Don’t Tell

Show don’t tell adalah metode penulisan yang mendorong penulis untuk menunjukkan adegan atau emosi tokoh melalui aksi, dialog dan indera, bukan menjelaskannya secara langsung.

Contohnya gini, kamu lagi ngobrol sama temen tentang film baru yang seru banget. Daripada cuma bilang, “Filmnya keren,” kamu menceritakan adegan favoritmu, cara aktornya mengungkapkan emosi, atau bagaimana musiknya membuat jantungmu berdebar. Itu intinya “show don’t tell” dalam menulis. 

Bukan cuma bilang ke pembaca, “Ceritanya menyentuh,” tapi kamu bawa mereka masuk ke dalam cerita, lewat apa yang tokoh lihat, dengar, rasakan, sampai pembaca bisa ngerasain sendiri ceritanya. Ini kayak membiarkan mereka ngelihat film dalam pikiran mereka, bukan cuma dengerin kamu cerita tentang itu.

Asal-usul Konsep Show Don’t Tell

Coba bayangin, kamu lagi jalan-jalan malem-malem terus lihat bulan yang super terang. Kalau Anton Chekhov ada di samping kamu, dia bakal bilang, “Eh, jangan cuma bilang ‘Wah, bulannya terang banget.’ Lebih seru kalau kamu ceritain gimana cahayanya bikin serpihan kaca di jalan kelihatan kayak berkilau.” 

Omongan ini ditulis Chekhov dalam sebuah surat untuk saudaranya di tahun 1886. Nah, catatan ini kemudian ditemukan sama Yarmolinsky, Avrahm di tahun 1954 dan dikumpulin dalam sebuah buku yang berjudul “The Unknown Chekhov: Stories and Other Writings.” (Chekhov, 1999)

Nah, sebenarnya yang angkat bicara soal konsep ini juga bukan cuma Chekhov. 

Ada juga Ernest Hemingway, yang mungkin kamu kenal sebagai penulis buku “Lelaki Tua dan Laut.” Hemingway punya cara pandang yang unik tentang penulisan. 

Beliau menjelaskan bahwa menulis itu harusnya kayak gunung es. Penulis memberikan pucuk gunung es saja sehingga pembaca bisa menginterpretasikan apa yang terjadi di baliknya. 

Teori gunung es Hemingway ini adalah salah satu dari banyak teknik menulis fiksi yang harus kamu tahu. Pasalnya, teknik ini juga punya praktik yang kurang lebih sama dengan konsep Show don’t tell. 

Dan bukan cuma kedua penulis di atas yang ngomongin soal show don’t tell. Ide ini sebenernya makin dikenal luas karena buku Percy Lubbock, “The Craft of Fiction,” yang keluar tahun 1920-an. (Lubbock, 2013)

Jadi, kamu harus tahu bahwa show, don’t tell itu udah jadi kunci utama dalam dunia penulisan selama lebih dari seratus tahun. 

Tujuan “Show Don’t Tell”

Kalau kamu lagi dengerin lagu favoritmu. Lebih asik kan, merasakan musiknya daripada cuma dikasih tau liriknya? Nah, itulah alasan kenapa “show don’t tell” penting banget dalam nulis cerita.

  1. Bikin Pembaca Merasa Terlibat: Gak cuma baca kata-kata, tapi mereka bisa bayangin sendiri dan ngerasain cerita itu. Jadi, bukan cuma kamu yang cerita, pembaca juga ikut ‘melukis’ adegan dalam pikiran mereka.
  2. Nambahin Bumbu ke Pengalaman Baca: Dengan detail dan deskripsi yang kaya, ceritamu kayak makanan yang diberi rempah-rempah. Pembaca bisa ‘rasain’ suasana dan emosi tokoh, bukan cuma tahu apa yang terjadi.
  3. Bikin Cerita Lebih Hidup: Kalo pembaca bisa “lihat” dan “rasa” apa yang terjadi di cerita, mereka bakal merasa baca buku itu kayak nonton film. Ini yang bikin cerita kamu gak akan cuma diingat, tapi juga dirasakan.

Cara Aplikasi “Show Don’t Tell” dalam Tulisan

cara aplikasi show don't tell

Image created by Tika Widya

Nah, buat kamu yang pengen coba “show don’t tell” dalam menulis, ini ada beberapa cara dan contoh show don’t tell sederhana yang bisa langsung kamu praktekin:

1. Saat Menulis Deskripsi

Bikin Pembaca Ngerasain, Bukan Cuma Tau. Jangan cuma bilang “hari ini dingin banget.” Lebih asik kalau kamu ceritain bahwa nafas tokoh keluar dari mulutnya seperti asap rokok, atau gimana orang-orang di sekitar tokoh menggigil sampai bahu mereka naik turun. Itu cara bikin pembaca ikut kedinginan.

2. Saat Menggambarkan Tokoh

Aksi dan Dialog Itu Kunci. Katakan kamu punya tokoh yang lagi kesel berat. Daripada bilang “Dia lagi marah nih,” tunjukin aja dia lagi menggenggam erat-erat benda di tangannya sampai buku-buku jarinya memutih, atau mukanya merah padam sambil teriak. Ini adalah salah satu tips penulisan dialog yang cukup penting karena bisa bikin pembaca ‘melihat’ kemarahan tokohmu.

3. Saat Mengungkapkan Emosi

Biarkan Reaksi Fisik Bicara. Misalnya, buat tokoh yang sedih, daripada bilang “Dia sedih banget,” lebih menyentuh kalau kamu ceritain gimana air mata jatuh begitu aja, atau suaranya yang bergetar pas ngomong. Ini cara bikin pembaca ikut terenyuh.

Intinya, “show don’t tell” itu tentang bagaimana kamu ngasih tau cerita tanpa langsung ngasih tau. Kayak main tebak-tebakan sama pembaca, tapi kamu kasih mereka cukup petunjuk biar mereka bisa tebak sendiri. Cobain deh, dan liat gimana ceritamu jadi lebih hidup!

Tips untuk Menulis dengan Teknik “Show Don’t Tell”

Yuk, kita kasih bumbu lebih ke tulisanmu dengan “show don’t tell”! Ini beberapa tips yang bisa kamu coba:

1. Pakai Panca Indera

Misalnya nih, kamu lagi nulis tentang sebuah café. Jangan cuma bilang “cafénnya nyaman.” Ceritain gimana bunyi cangkir yang bertemu dengan piring, aroma kopi yang menguar, cahaya lembut yang menerpa, atau tekstur sofa kulit yang kamu duduki. Gunakan semua panca indera pembaca untuk membawa mereka ke tempat itu.

2. Fokus ke Detail Penting

Detail itu kayak bumbu. Pilih yang tepat maka masakanmu jadi lezat. Misalnya, kalau karaktermu lagi di pantai, fokuskan pada detail seperti pasir yang lengket di kulit atau suara ombak yang menenangkan. Tetapi ingat, jangan terlalu banyak sampai pembaca nyasar dari cerita utama.

3. Jangan Over-Describing

Detail memang penting, tapi kebanyakan bisa bikin cerita jadi bosenin. Cari titik tengah di mana kamu cukup kasih info untuk bikin pembaca bisa bayangin apa yang terjadi, tetapi biarin mereka punya ruang untuk imajinasi sendiri.

4. Latihan Terus

“Show don’t tell” itu skill yang butuh waktu buat dikuasai. Semakin sering kamu praktikin, semakin jago juga menggunakannya. Cobain nulis tiap hari, meskipun cuma paragraf, dan fokus untuk “menunjukkan” bukan “menceritakan”.

5. Belajar Lebih Lanjut

Di Webinar Menulis Gratis Januari 2024, aku sempat membahas Show Don’t Tell secara menyeluruh. Nah, kamu juga bisa belajar lebih lengkap lewat PDF Materi Show Don’t Tell yang bisa diunduh di sini. 👇👇👇

Penutup

Nah, intinya, “show don’t tell” itu tentang bikin pembaca merasakan cerita, bukan cuma membacanya. Dengan mempraktekkan tips di atas, kamu bisa bawa tulisanmu ke level selanjutnya, di mana pembaca nggak cuma ngerti ceritamu, tapi juga ngerasain setiap detik di dalamnya. Selamat menulis!

Referensi

  1. Chekhov, A. (1999). The Unknown Chekhov: Stories & Other Writings of Anton Chekhov Hitherto Untranslated (A. Yarmolinsky, Ed.; A. Yarmolinsky, Trans.). Farrar, Straus and Giroux.
  2. Lubbock, P. (2013). The Craft of Fiction. CreateSpace Independent Publishing Platform.
BACA JUGA:   Menulis dengan Snowflake Method: Pengertian, Langkah, dan Contohnya

Tika Widya

Tika Widya C.DMP adalah seorang penulis yang sudah menekuni industri kreatif secara profesional sejak tahun 2018. Ia telah menjadi content writer, copywriter dan creative writer pada lebih dari 914+ proyek penulisan skala nasional dan internasional. Pada tahun 2024, ia berhasil menjadi satu-satunya penulis Indonesia yang masuk daftar Emerging Writer Australia-Asia. Kini, Tika Widya mengajar menulis lewat Tikawidya.com, Tempo Institute dan Kelas Bersama. Ia juga membentuk Komunitas Belajar Nulis yang aktif mengawal 1800+ penulis dari seluruh Indonesia untuk terus berkarya dan menyemarakkan industri literasi nusantara.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *