7 Tipe Konflik dalam Cerita Fiksi dan Contoh-contohnya
Benar sekali, nggak ada cerita kalau nggak ada konflik. Tanpa konflik, tokoh tidak perlu melawan, berjuang atau mengalahkan sesuatu untuk mendapatkan keinginannya. Hasilnya? Cerita jadi nggak seru sebab sudah berakhir sebelum dimulai. Nah, itulah kenapa kamu harus kenalan dengan 7 tipe konflik dalam sebuah cerita sebelum memutuskan untuk mulai menulis fiksi.
Konflik cerita ini terbagi menjadi 2 bagian besar, yaitu:
- Konflik eksternal – di mana tokoh harus berhadapan dengan halangan dari luar atau tokoh antagonis lain
- Konflik internal – di mana si tokoh kita harus berhadapan dengan dirinya sendiri sebelum bisa mencapai tujuannya.
Seperti yang sudah saya sebut sebelumnya, semua cerita fiksi yang seru dan menarik punya konflik yang mendorong tokoh utamanya menuju tahapan alur berikutnya. Dengan demikian, seorang penulis fiksi harus betul-betul memahami apa saja sebenarnya yang menghalangi tokoh utama mencapai tujuannya. Terlebih lagi, pembaca hanya dapat mengerti inti cerita ketika seorang penulis beneran memahami konfliknya dengan baik.
Selanjutnya, apa saja tipe konflik yang bisa kamu olah menjadi konflik sentral dalam ceritamu? Yuk, kita breakdown bareng 7 tipe konflik dalam cerita fiksi dan contoh-contohnya!
1. Tokoh vs Tokoh Lain (Protagonis vs Antagonis)
Manusia lain memang kadang menyebalkan. In fact, dalam sebuah naskah dramanya, Sartre pernah menyebut, “neraka adalah orang lain.” Dari sini, kita bisa menyimpulkan bahwa, salah satu konflik yang paling umum terjadi di dunia (dan cerita fiksi) adalah konflik antara satu orang dan orang lainnya.
Konflik antar tokoh umumnya kita kenal sebagai konflik antara protagonis dan antagonis. Namun, kamu nggak boleh salah ya! Protagonis itu nggak melulu baik dan antagonis itu nggak selalu jahat juga.
Supaya nggak ada misinterpretasi dari tulisan ini, saya akan menjelaskan sedikit soal protagonis dan antagonis.
- Protagonis adalah istilah yang kita gunakan untuk tokoh utama dalam sebuah cerita. Ini BUKAN berarti protagonis itu selau tokoh yang baik, berbudi luhur dan suka menolong. Protagonis juga boleh punya kelemahan atau bad value juga.
- Antagonis adalah istilah yang kita gunakan untuk musuh besar si tokoh utama. Ini juga BUKAN berarti antagonis itu selalu tokoh yang jahat. Faktanya, kalau tokoh utama punya value yang negatif biasanya antagonis punya sifat-sifat yang positif.
Jadi, protagonis dan antagonis ini bukan digunakan untuk mendefinisikan mana yang baik dan buruk. Kita HANYA menggunakan istilah ini untuk menggambar 2 tokoh yang berlawanan.
Contohnya mudah, nih. Kamu masih ingat Squid Game?
Seong Gi-hun, si protagonis sebenarnya bukan orang yang secara umum bisa dianggap baik. Apalagi, di awal cerita, kita sudah dikenalkan dengan sifatnya yang mau menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang.
2. Tokoh vs Masyarakat
Konflik antara tokoh utama dan masyarakat merupakan pilihan yang trendi untuk penulis yang ingin mengambil tema dystopian/utopian world. Konflik yang termasuk dalam konflik eksternal ini memposisikan tokoh utama yang melawan sebuah kelompok atau sistem sosial masyarakat.
Contohnya, tokoh utama bisa saja melawan:
- Sistem pemerintahan yang opresif seperti dalam The Hunger Games.
- Orang dewasa (dalam perspektif remaja)
- Systemic corruption seperti di Money Heist
Dalam jenis konflik ini, masyarakat akan memberi tekanan pada tokoh utama kita untuk berubah dan mengikuti peraturan. Namun, tokoh utama akan melawan dan dalam bahkan mengubah sistem masyarakat sesuai dengan visinya.
Dalam franchise The Hunger Games karya Suzanne Collins, Katniss Everdeen menjadi ujung tombak perlawanan melawan sistem pemerintahan Capitol yang opresif. Ia juga akhirnya berhasil mengubah sistem sosial masyarakat menjadi lebih baik dan sesuai dengan visinya.
3. Tokoh vs Alam
Bisa nggak sih kita bikin tokoh utama yang melawan alam atau lingkungan di sekitarnya? Ya, bisa donk!
In fact, salah satu novel favorit saya yang berjudul The Road karya Cormac McCarthy memenangkan Pulitzer 2007, dengan konflik antar tokoh utamanya melawan alam. Dalam buku ini, kamu akan menemukan kisah seorang ayah yang berjuang untuk bertahan hidup pasca terjadinya kiamat.
Ini bukan berarti kamu harus bikin setting fantasi untuk setiap konflik antara tokoh vs alam. Kamu juga bisa menempatkan tokoh utamamu melawan:
- Hewan liar seperti di Jaws
- Bencana alam seperti di Twister dan The Impossible
- Cuaca seperti di True Spirit di mana tokoh utamanya harus berlayar melawan badai.
- Kondisi di planet lain seperti di The Martian.
Kebanyakan cerita dengan konflik antara tokoh utama dan alam biasanya berfokus pada bagaimana si tokoh bertahan hidup.
Nah, biasanya kamu juga nggak akan menemukan tokoh antagonis dalam kisah-kisah fiksi ini. Hasilnya, penulis biasanya akan menempatkan konflik internal antar tokoh utama dan dirinya sendiri sebagai inti dari naratifnya.
4. Tokoh vs Teknologi
Sejak era industrial, manusia sudah memiliki hubungan yang kompleks dengan keberadaan teknologi. Kayak pacar yang sebenarnya nggak pacaran juga lah, ya. Jadi, It’s downright complicated.
Beberapa kelompok menilai perkembangan teknologi sebagai tindakan pembangkangan terhadap Tuhan dan alam. Sementara, yang lain juga sering mempertanyakan batasan moral dan keserakahan kita terhadap teknologi.
Kamu bisa menemukan contoh-contoh konflik tokoh vs teknologi dalam beberapa karya fiksi ini:
- Jung_E – film yang menceritakan soal teknologi AI yang bisa memetakan otak manusia yang sudah meninggal. (Btw, kamu bisa nonton ini di Netflix)
- Jurassic Park – Konflik antara tokoh dengan teknologi yang berhasil menghidupkan dinosaurus di era modern.
- Terminator – I’ll be back!
5. Tokoh vs Supernatural
Saat tokoh utama harus berhadapan dengan sesuatu yang tidak bisa dijelaskan oleh logika, maka konflik antara tokoh dengan kekuatan supernatural terjadi. Kamu mengenali cerita dengan konflik seperti ini di banyak film dan karya Indonesia. Terlebih lagi, yang namanya horor, hantu dan apa aja yang serem emang punya demand yang tinggi di kalangan masyarakat kita.
Mulai dari KKN Desa Penari sampai Pengabdi Setan, kamu bisa menyebut salah satu judul film Indonesia yang tulisannya biasanya berwarna merah dan kamu akan menemukan konflik antara tokoh utama vs supernatural.
Nah, Pernah nggak kamu menulis cerita dengan konflik antara tokoh utama dan kekuatan supernatural?
6. Tokoh vs Takdir
Banyak yang menggolongkan takdir sebagai salah satu bagian dari kekuatan supernatural. Tetapi, dengan banyaknya cerita yang memuat konflik ini, saya rasa, konflik tokoh vs takdir harus mendapatkan subheading sendiri.
Contoh konflik dalam cerita tokoh vs takdir itu bisa mencakup hal-hal ini:
- Pertama, melawan ramalan atau takdir yang sudah tertulis
- Kedua, tokoh berusaha mendapatkan kebebasan (free will)
- Selanjutnya, tokoh harus bertahan dalam kehidupan yang sudah digariskan seperti dalam kisah tragedi Yunani
Nah, ada film berjudul Free Guy yang menurut saya bisa jadi contoh konflik dalam cerita yang sangat tepat untuk kategori ini.
Tokoh utama cerita ini adalah seorang NPC (non-player character) dalam sebuah game yang memberontak dan ingin mendapatkan kebebasan (free will). Kamu bisa nonton film ini di Disney Hotstar. Menurut saya, ceritanya menghibur tapi mengandung banyak banget nilai filosofis.
7. Tokoh vs Diri Sendiri
Setiap cerita harus punya konflik. Lebih daripada itu, setiap cerita yang menarik biasanya selalu melibatkan konflik batin dalam salah satu bagian atau bahkan keseluruhan alur ceritanya.
Apa itu konflik batin?
Yep! Jadi, untuk menulis konflik internal dalam benak si tokoh, kamu perlu memahami dulu kondisi psikologisnya. Kemudian, kamu perlu mempertentangkan identitas diri mereka dengan tujuan hidup mereka.
Umumnya, dalam sebuah cerita yang menarik, tokoh akhirnya harus berhadapan dengan pilihan dan kemudian bertransformasi menjadi berbeda dengan dirinya yang sebelumnya. Transformasi atau perubahan dalam diri tokoh utama inilah yang dapat kita sebut dengan istilah katarsis.
Contoh konflik batin tuh yang seperti apa?
Pada dasarnya, semua debat yang terjadi dalam diri tokoh utama itu adalah konflik batin. Contoh yang paling epik bisa kamu lihat dalam drama Hamlet karya Shakespeare.
“To be, or not to be: that is the question: Whether ‘tis nobler in the mind to suffer The slings and arrows of outrageous fortune, Or to take arms against a sea of troubles, And by opposing end them? To die: to sleep; No more;”
Hamlet, Shakespeare
Dalam dialognya, Hamlet sedang mempertanyakan pada dirinya sendiri. Mana yang lebih baik, hidup atau mati? Dialog inilah yang kemudian memunculkan konflik batin dalam diri Hamlet di mata penonton.
Pertanyaan Umum Soal Jenis-jenis Konflik dalam Cerita Fiksi
Nah, ini beberapa pertanyaan umum yang sering nongol di DM Instagram @tikawidya.writer terkait konflik dalam cerita fiksi. Coba cek apakah kamu punya pertanyaan yang sama!
Saya ulang lagi, ya. Dalam sebuah karya fiksi, konflik adalah pertentangan antara tokoh utama dan tantangan atau halangan yang harus dihadapi untuk mencapai tujuan mereka.
Sama seperti novel atau cerita fiksi panjang lainnya, cerpen juga punya dua jenis konflik yaitu konflik internal dan eksternal. Kamu juga bisa memilih dan memilah dari tujuh tipe konflik di atas dan memasukkannya ke dalam cerpen kamu sendiri.
Ada cara mudah untuk menentukan konflik dalam cerita yaitu membuat pertentangan antara tujuan tokoh dan hambatan/tantangan/halangannya. Kamu bisa dapat gambaran besar tentang konflik yang terjadi ketika kamu membuat premis cerita. Ingat dulu bahwa premis cerita terdiri dari tiga elemen yaitu, tokoh utama, tujuan dan halangan. Setelah menemukan premisnya, coba pastikan lagi bahwa tokohmu sudah mempunyai tujuan jelas, halangan yang menghadang, dan kemampuan untuk menghadapi tantangan. Baca cara bikin konflik di sini, untuk mendapatkan informasi lebih lengkap!
Konflik internal adalah konflik di mana si tokoh kita harus berhadapan dengan dirinya sendiri sebelum bisa mencapai tujuannya. Kamu juga bisa menyebut konflik internal dengan istilah konflik batin.
Iya, donk! Nggak ada cerita kalau nggak ada konflik karena tanpa konflik tokoh cuma akan berada dalam kondisi status quo. Dalam artian, dia tidak sedang mengejar sesuatu maupun mengikuti jalan cerita yang kemudian akan mengubah hidupnya.
Klimaks adalah puncak terjadinya konflik dalam sebuah cerita. Oleh karena itu, kamu tidak hanya bisa menemukan klimaks dalam sebuah cerpen saja. Kamu juga bisa menemukannya di karya fiksi lain seperti novel, film, dan lain sebagainya.
Sudah Itu Aja?
Pada akhirnya, itu saja yang mau saya bahas dalam postingan tentang tipe konflik dalam cerita ini. Totalnya ada 7 tipe konflik dan lebih daripada itu masing-masing punya sisi menarik tersendiri baik bagi penulis dan pembaca.
Tipe Konflik | Pengertian | Contohnya |
Tokoh vs Tokoh Lain | Pertentangan antara protagonis dan antagonis | Squid Game: Seong Gi-hun vs Choo Sang-Woo |
Tokoh vs Masyarakat | Pertentangan antara tokoh dengan kelompok masyarakat atau sistem sosial masyarakat | The Hunger Games: Katniss Everdeen vs Capitol |
Tokoh vs Alam | Pertentangan antara tokoh dan alam, usaha bertahan hidup | The Road: Seorang ayah vs bumi pasca kiamat |
Tokoh vs Teknologi | Pertentangan antara tokoh dan teknologi yang terkadang membawa malapetaka maupun pertanyaan baru | Jung_E: Yun Seo-hyun vs Teknologi pemetaan otak manusia yang merenggut kebebasan hidup ibunya |
Tokoh vs Supernatural | Pertentangan antara tokoh dengan kekuatan supernatural | KKN Desa Penari: Mahasiswa KKN vs Hantu Penari |
Tokoh vs Takdir | Pertentangan antara tokoh dan takdir yang harus ia jalani | Free Guy: Guy vs takdirnya sebagai NPC dalam sebuah game |
Tokoh vs Diri Sendiri | Perdebatan dalam diri si tokoh, konflik batin, konflik internal | Hamlet: Hamlet yang ingin hidup vs Hamlet yang ingin mati |
PERHATIKAN! Hampir semua cerita yang menarik biasanya punya lebih dari satu konflik, loh! Misalnya, Squid Game tidak hanya mencakup konflik protagonis vs antagonis saja. Kamu juga menikmati konflik yang terjadi antara Gi-hun dengan kelompok masyarakat di sekitarnya.
Oleh karena itu, saat menulis, kamu tidak perlu membatasi dirimu pada satu konflik saja. Kamu boleh menggunakan lebih banyak konflik untuk menambah kompleksitas dalam sebuah cerita. Terlebih lagi, semakin banyak konflik biasanya membuat cerita lebih seru (asal tidak carut marut).
Download PDF Materi Webinar Cara Membuat Konflik Cerita
Itulah akhir dari postingan soal 7 tipe konflik dalam cerita fiksi. Semoga postingan ini dapat membantumu dalam menulis maupun menikmati cerita dengan cara yang lebih baik. Happy writing dari sahabat menulis favorit kamu!