4 Tips Penulisan Dialog dalam Novel dan Contohnya
Dialog adalah salah satu hal penting dalam novel karena dialog dapat menghidupkan suasana dalam alur ceritamu dan membangun imajinasi para pembaca. Namun, bagaimana cara menulis dialog yang benar dalam sebuah novel? Ini dia 4 tips penulisan dialog dalam novel agar alur ceritamu menyenangkan.
Tips Penulisan Dialog dalam Novel
Novel adalah salah satu jenis karya sastra bentuk fiksi atau karangan prosa panjang yang mengandung alur atau rangkaian peristiwa yang terjadi dalam hidup seorang tokoh utama.
Jadi, apa saja yang perlu kamu perhatikan dalam menulis dialog?
1. Menjaga Dialog Tetap Padat
Image created by Tika Widya using DALL-E 3
Mungkin kamu pernah membaca sebuah buku atau naskah dan merasa dialognya terlalu panjang atau tidak efektif? Nah, menjaga dialog agar tetap “padat” berarti setiap kata yang terucap di mulut tokoh harus esensial dan bermakna. Jadi, tidak ada kata-kata yang sia-sia atau hanya sebagai pengisi. Dengan begitu, pembaca bisa lebih fokus dan merasakan intensitas dari percakapan tersebut.
Cek dulu contoh penulisan dialog yang padat di bawah ini!
Contoh dialog yang tidak padat:
“Kamu tahu tidak? Aku tadi pagi pergi ke toko buku di seberang jalan, yang besar itu lho, untuk membeli novel baru yang katanya bagus sekali. Aku lupa judulnya, tapi katanya sih bagus.”
Contoh Dialog yang padat:
“Aku baru beli novel baru di toko buku seberang. Katanya bagus banget!”
Dari contoh di atas, kamu bisa melihat bagaimana versi dialog yang padat lebih langsung ke poin dan efektif dalam menyampaikan informasi tanpa berbelit-belit. Hal ini membuat cerita menjadi lebih hidup dan dialog antar tokoh lebih dinamis.
Jadi, saat kamu menulis dialog, selalu tanyakan pada diri sendiri: “Apakah kalimat ini penting untuk cerita?” dan “Apakah ini membantu pembaca memahami karakter atau alur cerita?”.
2. Buat Dialog yang Menggerakan Plot
Image created by Tika Widya using DALL-E 3
Ketika menulis sebuah cerita, setiap elemen, termasuk dialog, harus memiliki tujuan. Dialog bukan sekadar percakapan antar tokoh, melainkan instrumen yang bisa menggerakan plot atau alur cerita.
Mengapa ini penting? Karena dialog yang efektif dapat memperdalam pemahaman pembaca terhadap karakter, memperjelas konflik, atau bahkan mempercepat alur cerita. Sebaliknya, dialog yang tidak berfungsi dalam plot hanya akan membuat cerita terasa lambat dan membosankan.
Contoh dialog yang menggerakkan plot:
Bayangkan ada dua tokoh, Aria dan Bima. Mereka berbicara tentang cuaca yang cerah. Jika percakapan mereka hanya berfokus pada betapa panasnya matahari atau seberapa birunya langit, tanpa ada kaitannya dengan plot, dialog tersebut mungkin akan terasa tidak perlu.
Namun, jika Aria mengatakan, “Hari ini cerah sekali, ya. Pas banget buat kita ke taman tempat kita pertama kali bertemu,” dan Bima menjawab, “Aku sudah lama tidak ke sana. Tapi, ya, mungkin saatnya kita kembali untuk mengakhiri semua ini,” maka dialog tersebut memberikan petunjuk tentang hubungan mereka dan mungkin konflik yang sedang mereka hadapi.
Dialog ini jelas berperan dalam menggerakan plot, bukan?
Jadi, saat kamu menulis dialog, tanyakan pada diri kamu: “Apa yang ingin aku capai dengan dialog ini? Apakah ini membantu menceritakan kisahku dengan lebih baik?” Percakapan antar tokoh harus memiliki tujuan, entah itu untuk mengembangkan karakter, menyoroti konflik, atau mendorong plot maju.
3. Gunakan Tanda Baca yang Benar
Image created by Tika Widya using DALL-E 3
Kamu tahu, dalam menulis, tanda baca itu ibarat bumbu dalam masakan. Jika tidak digunakan dengan benar, cerita yang ingin kamu sajikan bisa terasa “hambar” atau bahkan memberikan rasa yang salah kepada pembaca. Dalam konteks dialog, penggunaan tanda baca yang tepat sangat krusial untuk menyampaikan nada, emosi, dan maksud dari percakapan yang terjadi.
Bayangkan kamu membaca sebuah dialog seperti ini: “Aku benci kamu” kata Rina.
Tanpa tanda baca yang benar, kamu mungkin akan bingung, apakah Rina sedang marah, sedih, atau bahkan bercanda. Namun, dengan tanda baca yang tepat:
“Aku benci kamu!” kata Rina.
Atau “Aku benci kamu…” kata Rina.
Kedua kalimat di atas memberikan nuansa yang berbeda, bukan? Yang pertama menunjukkan Rina yang marah, sementara yang kedua menunjukkan Rina yang sedih atau kecewa.
Oleh karena itu, sebelum mulai menulis, sangat penting bagi kamu untuk memahami dan menguasai penggunaan tanda baca. Dengan begitu, kamu bisa menyajikan dialog yang jelas, hidup, dan mampu menyentuh emosi pembaca.
Jadi, selalu ingatlah untuk mengasah kemampuanmu dalam menggunakan tanda baca. Hal kecil ini akan membuat kisah yang kamu tulis semakin berkualitas. Kamu bisa belajar lebih banyak soal tanda baca yang tepat dengan menggunakan panduan EYD V.
4. Tambahkan Aksen/Dialek untuk Identifikasi Tokoh
Image created by Tika Widya using DALL-E 3
Bayangkan kamu sedang membaca sebuah novel dan tokohnya berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Menarik, bukan, jika setiap tokoh memiliki aksen atau dialek khas yang mencerminkan latar belakang dan asal daerahnya? Aksen atau dialek ini akan memberikan kedalaman karakter, menambah realisme dalam dialog, dan tentu saja membuat pembaca lebih terhanyut dalam cerita.
Misalnya, jika ada tokoh yang berasal dari Medan, dia mungkin akan menggunakan kata “horas” sebagai sapaan. Sementara tokoh dari Bali mungkin akan sering mengucapkan “om swastyastu” saat bertemu orang lain. Dengan detil-detil kecil seperti ini, kamu tidak hanya memperkaya dialog, tetapi juga memberi identitas yang kuat pada setiap karakter.
Contoh penulisan dialog dengan aksen/dialek:
- “Horas, bro! Kamu dari Medan juga ya?” ucap Riko dengan semangat khas orang Medan.
- “Om swastyastu, kamu baru datang dari upacara di pura ya?” tanya Dayu sambil melihat selendang yang dikenakan oleh Wayan.
Melalui aksen atau dialek, pembaca dapat segera menangkap nuansa daerah, karakteristik, bahkan latar belakang sosial budaya dari tokoh yang kamu ciptakan. Ini bukan hanya tentang bahasa, tapi juga tentang memberi jiwa pada setiap karakter.
Jadi, saat menulis dialog, coba tambahkan sentuhan aksen atau dialek untuk membuat ceritamu lebih hidup dan otentik.
Nah, itu dia 4 tips penulisan dialog dalam novel sekalian contoh-contohnya. Selamat mencoba, dan semoga kisah yang kamu tulis semakin menarik dan berkesan bagi para pembaca! Bagaimana, siap untuk mengeksplorasi lebih dalam karakter-karaktermu melalui aksen? Happy Writing!