4 Cara Menulis Novel Sejarah Pribadi, Simple Langsung Praktik!

Menulis novel sejarah pribadi bukanlah sekedar menggabungkan kata demi kata untuk membentuk kalimat, melainkan merupakan refleksi dari perjalanan hidup, kenangan, dan pengalaman yang mendalam. Kamu mungkin pernah merasa bahwa setiap detik dalam hidupmu layak untuk diceritakan, atau ada momen tertentu yang meninggalkan jejak tak terhapuskan di hatimu. Nah, bagaimana jika kamu menuangkannya dalam sebuah novel? Ini cara menulis novel sejarah pribadi lengkap dengan langkah-langkahnya.

Memahami Novel Sejarah Pribadi yang Ternyata Beda dengan Memoar

Membaca novel sejarah pribadi serasa seperti berjalan-jalan di dalam memori seseorang. Melalui karya sastra ini, kamu akan diajak menyelami peristiwa, fakta, dan kejadian yang benar-benar dialami oleh penulis di masa lalu. Namun, bukan berarti novel jenis ini sekadar buku harian atau memoar. Novel sejarah pribadi memadukan unsur autobiografi dengan sejarah sehingga kaya akan konteks dan nuansa.

Tokoh utama dalam novel jenis ini seringkali menjadi alter ego dari si penulis. Artinya, meski mungkin ada beberapa perbedaan karakteristik atau peristiwa, esensi dari cerita tersebut tetap bersumber dari pengalaman nyata penulis. Hal ini memberikan kedalaman emosi dan realisme dalam cerita, karena kamu tahu bahwa di balik kata-kata tersebut, ada kenangan dan perasaan yang tulus.

Contoh:

Sebagai gambaran, bayangkan novel berjudul “Jejak Langkah di Negeri Sakura”. Novel ini bisa menceritakan tentang seorang gadis Indonesia yang mendapatkan kesempatan belajar di Jepang. Dia mengalami berbagai suka duka, mulai dari rasa rindu akan tanah air, tantangan beradaptasi dengan budaya baru, hingga pertemuan dengan cinta pertamanya di negeri orang. Ketika kamu mengetahui bahwa penulis sendiri pernah menghabiskan masa mudanya di Jepang, kamu akan merasa lebih terkoneksi dengan cerita tersebut.

Namun, apakah menulis novel sejarah pribadi sama dengan menulis novel pada biasanya?

Secara teknis, proses menulisnya mungkin mirip. Namun, tantangan terbesar dalam menulis novel sejarah pribadi adalah bagaimana cara mengemas pengalaman pribadi menjadi sebuah cerita yang menarik dan relevan bagi banyak orang. Penulis harus pandai memilih kejadian mana yang penting untuk diceritakan, bagaimana menggabungkan fakta dengan narasi, dan tentunya, bagaimana menyampaikan emosi dengan jujur namun tetap menarik.

Jadi, jika kamu tertarik untuk menulis novel sejarah pribadi, siapkan dirimu untuk menyelam ke dalam kenangan dan emosi pribadimu. Kemudian, olah kenangan itu jadi sebuah karya sastra yang bisa dinikmati oleh banyak orang. Siap untuk memulai petualangan menulis ini?

BACA JUGA:   Cara Menulis Novel Mulai dari Premis

Cara Menulis Novel Sejarah Pribadi

Cara Menulis Novel Sejarah Pribadi

Ada banyak cara untuk menulis novel. Tetapi, kamu bisa memulainya dulu dengan langkah-langkah sederhana menulis novel sejarah pribadi di bawah ini!

1. Membuat Outline Novel: Panduan Awal dalam Menulis

Bayangkan kamu akan membangun sebuah rumah. Sebelum memulai, tentunya kamu memerlukan gambaran atau rancangan awal, bukan? Sama halnya dengan menulis novel, membuat outline atau kerangka cerita sebelum mulai menulis adalah langkah awal yang sangat krusial. Ini seperti peta yang akan membimbingmu dalam perjalanan menulis, memastikan bahwa kamu tetap berada di jalur yang benar dan tidak tersesat di tengah jalan.

Cara paling sederhana dalam membuat outline untuk novel sejarah pribadi itu begini:

1. Bagian Pengantar atau Orientasi: Di bagian ini, kamu akan memperkenalkan latar belakang cerita, karakter-karakter utama, serta situasi awal yang menjadi titik tolak cerita. Ini adalah kesempatanmu untuk “menggoda” pembaca, membuat mereka tertarik untuk terus membaca.

Contoh: Di sebuah kota kecil bernama Lumina, hidup seorang gadis muda bernama Clara yang memiliki kemampuan istimewa: ia bisa berbicara dengan benda mati.

2. Konflik: Inilah jantung dari novelmu. Di bagian ini, kamu akan mengembangkan berbagai masalah, rintangan, atau tantangan yang dihadapi oleh karakter-karaktermu. Konflik ini yang akan membuat pembaca terpikat, merasakan emosi, dan terikat dengan ceritamu.

Contoh: Suatu hari, sebuah batu misterius berbicara pada Clara, memperingatkannya tentang bahaya yang mengancam kota Lumina. Namun, tak ada yang percaya padanya. Bagaimana Clara bisa menyelamatkan kotanya?

3. Reorientasi: Setelah semua konflik mencapai puncaknya, saatnya untuk meredakan ketegangan dan mengakhiri cerita. Di bagian ini, kamu akan menyajikan solusi, pelajaran, atau kesimpulan dari semua peristiwa yang terjadi.

Contoh: Setelah berbagai rintangan dan petualangan, Clara akhirnya menemukan cara untuk mengalahkan kegelapan yang mengancam kotanya. Dengan bantuan batu misterius dan keberanian hatinya, ia tidak hanya menyelamatkan Lumina, tetapi juga menemukan arti sejati dari kekuatan yang ia miliki.

Dengan memiliki outline yang jelas, proses menulis novel akan menjadi lebih terstruktur dan terarah. Kamu akan lebih mudah menentukan apa yang harus ditulis selanjutnya dan bagaimana mengembangkan cerita agar tetap menarik. Jadi, sebelum memulai menulis, luangkan waktu untuk membuat kerangka cerita yang matang.

2. Menentukan Tema Novel: Jiwa dari Kisah yang Kamu Tulis

Mengapa kamu memilih untuk membaca sebuah novel? Apakah karena kisah cintanya yang romantis, petualangannya yang menegangkan, atau mungkin pesan moral yang ingin disampaikan penulis? Di balik setiap jalinan kata dan alur cerita, ada tema yang menjadi dasar dan esensi dari novel tersebut. Tema adalah ide pokok atau pesan utama yang ingin disampaikan oleh penulis melalui karyanya.

BACA JUGA:   5 Format dan Aturan Penulisan Novel di Word

Mengapa Penting Menentukan Tema?

Menentukan tema sebelum menulis novel sangatlah krusial. Tema akan menjadi pemandu bagi kamu dalam mengembangkan plot, karakter, dan setiap detail dalam cerita. Tema memberikan kedalaman pada cerita, membuatnya lebih berarti dan berdampak bagi pembaca.

Contoh-Contoh Tema dan Interpretasinya:

  1. Keluarga: Mungkin kamu ingin menulis tentang dinamika dalam sebuah keluarga, tentang perselisihan antar anggota keluarga yang pada akhirnya menemukan makna kebersamaan yang sesungguhnya. Contoh: Sebuah novel yang menceritakan tentang perjalanan seorang anak yang berusaha merajut kembali hubungan dengan orangtuanya setelah bertahun-tahun terpisah.
  2. Persahabatan: Tema ini bisa berkisar tentang kesetiaan, pengkhianatan, atau momen-momen indah antara sekelompok sahabat. Contoh: Kisah tentang empat sahabat yang berbeda latar belakang dan kepribadian, namun selalu mendukung satu sama lain di saat suka dan duka.
  3. Percintaan: Mengisahkan tentang romantisme, konflik, dan emosi antara dua insan yang saling mencintai. Contoh: Sebuah kisah cinta antara seorang gadis desa dan pemuda kota yang harus melewati berbagai rintangan untuk bersatu.

Dengan menentukan tema, kamu akan lebih mudah menentukan tone, suasana, serta arah dari ceritamu. Ini akan menjadi fondasi yang kokoh bagi novel yang ingin kamu tulis. Jadi, sebelum menekan tombol start pada mesin ketik atau komputermu, luangkan waktu untuk merenung dan menentukan tema yang ingin kamu angkat. Apa tema yang paling dekat dengan hatimu?

3. Ciptakan Karakter dan Tokoh Novel

Membangun sebuah kisah dalam novel bagaikan membangun sebuah dunia baru. Di dalamnya, kamu memerlukan individy yang menjadi pelaku utama dalam setiap peristiwa, yaitu tokoh novel. Mereka adalah pusat dari cerita yang kamu tulis, yang akan membawa pembaca merasakan setiap emosi, konflik, dan kejadian dalam ceritamu.

Mengapa Tokoh Penting?

Tokoh dalam sebuah novel adalah representasi dari manusia di dunia nyata. Mereka memiliki perasaan, keinginan, mimpi, dan ketakutan. Dengan tokoh yang kuat dan mendetail, pembaca bisa merasakan koneksi emosional, seolah-olah mereka mengenal tokoh tersebut dalam kehidupan nyata.

Menciptakan Karakter Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Mengambil inspirasi dari pengalaman pribadi adalah salah satu cara terbaik untuk menciptakan tokoh yang otentik. Mungkin kamu memiliki sahabat yang selalu optimis, atau guru yang selalu memberikan nasihat bijak. Dengan menggabungkan berbagai sifat dan pengalaman dari orang-orang di sekitarmu, kamu bisa menciptakan karakter yang kaya dan berdimensi.

BACA JUGA:   Penulisan Novel dengan Menggunakan 7-Point Structure

Contohnya begini:
Bayangkan kamu memiliki teman masa kecil yang selalu bersemangat dan penuh energi. Dalam novelmu, kamu bisa menggabungkan sifat temanmu tersebut dengan pengalaman pribadi saat kamu menghadapi kesulitan di masa remaja. Hasilnya, kamu mendapatkan tokoh seorang gadis muda yang selalu bersemangat meskipun menghadapi berbagai rintangan.

Menghindari Nama Asli

Saat kamu menulis berdasarkan pengalaman pribadi, sangat penting untuk menghindari penggunaan nama asli. Mengapa? Karena meskipun kamu mungkin memiliki niat baik, menggunakan nama asli bisa menimbulkan masalah privasi dan ketidaknyamanan bagi orang yang bersangkutan.

Tips:
Gantilah nama asli dengan nama fiksi yang kamu suka. Misalnya, jika kamu terinspirasi oleh sahabatmu bernama “Aisyah”, kamu bisa menggantinya dengan “Laila” atau “Siti” di dalam ceritamu. Ini akan memberikan kamu kebebasan untuk berkarya tanpa khawatir menyinggung perasaan orang lain.

Jadi, saat kamu mulai menciptakan karakter untuk novelmu, ingatlah untuk menambahkan kedalaman, emosi, dan nuansa yang membuat mereka menjadi unik dan berkesan bagi pembaca. Setiap karakter yang kamu ciptakan adalah bagian dari dunia yang kamu bangun, jadi pastikan mereka memiliki peran dan makna yang jelas dalam ceritamu.

4. Menulis dengan Jujur: Esensi dari Novel Sejarah Pribadi

Saat kita mendengar kata “sejarah”, kita seringkali berpikir tentang kisah masa lalu yang dipenuhi dengan fakta dan kebenaran. Begitu juga dengan novel sejarah pribadi. Ini adalah sebuah cerminan dari pengalaman pribadi seseorang yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Oleh karena itu, kejujuran dalam menulis menjadi hal yang sangat penting.

Mengapa Kejujuran Penting?

Ketika kamu menulis berdasarkan pengalaman pribadi, setiap kata yang kamu tulis adalah representasi dari perasaan, pikiran, dan kenanganmu. Pembaca akan merasakan autentisitas dari ceritamu. Mereka bisa merasakan jika kamu menulis dengan tulus dan jujur. Kejujuran dalam menulis juga membangun kepercayaan dengan pembaca. Mereka akan merasa bahwa mereka sedang membaca kisah nyata, bukan sekadar karangan belaka.

Bedanya dengan Karya Fiksi

Berbeda dengan novel fiksi yang membebaskan penulis untuk menciptakan dunia dan karakter sesuai imajinasi, novel sejarah pribadi mengharuskan kamu untuk tetap berpegang pada kebenaran. Meskipun mungkin ada beberapa elemen yang kamu modifikasi untuk kepentingan narasi, esensi dari cerita harus tetap berdasarkan kenyataan.

Contoh Novel Sejarah Pribadi:

  1. Islamedina: Si Wajah Cahaya – Novel ini bercerita tentang Islamedina, seorang bayi yang meninggal di usia 29 bulan.
  2. Mimpi di Mahameru – Sebuah refleksi dari seorang pendaki gunung yang mengejar mimpi untuk mencapai puncak tertinggi di Indonesia. Melalui perjalanannya, dia belajar tentang kehidupan, persahabatan, dan arti dari perjuangan.

Dengan menulis dengan jujur, kamu tidak hanya memberikan kisah yang menarik bagi pembaca, tetapi juga memberikan bagian dari dirimu sendiri. Kamu berbagi kenangan, pelajaran, dan perasaan dengan mereka. Jadi, saat kamu duduk dan mulai menulis, ingatlah untuk selalu menulis dari hati. Bagaimana, siap untuk memulai perjalanan menulis dengan kejujuran?

Nah, itu dia cara menulis novel sejarah pribadi beserta contoh-contoh novelnya. Sudah tak sabar ingin memulai? Yuk, nulis terus!

Tika Widya

Tika Widya C.DMP adalah seorang penulis yang sudah menekuni industri kreatif secara profesional sejak tahun 2018. Ia telah menjadi content writer, copywriter dan creative writer pada lebih dari 914+ proyek penulisan skala nasional dan internasional. Pada tahun 2024, ia berhasil menjadi satu-satunya penulis Indonesia yang masuk daftar Emerging Writer Australia-Asia. Kini, Tika Widya mengajar menulis lewat Tikawidya.com, Tempo Institute dan Kelas Bersama. Ia juga membentuk Komunitas Belajar Nulis yang aktif mengawal 1800+ penulis dari seluruh Indonesia untuk terus berkarya dan menyemarakkan industri literasi nusantara.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *