Isi Kuesioner Selaraskan, Tingkatkan Kualitas Komunikasi Dengan Pasangan
Pernahkah kamu berpikir, seberapa penting komunikasi dalam rumah tangga setelah usia pernikahan lebih dari 10 tahun ?
Sebagai seorang istri terkadang saya merasa komunikasi tak lagi penting. Toh, sudah 11 tahun pernikahan, sudah saling sama tahu kekurangan dan kelebihan masing-masing. Dan beranggapan bahwa semua hal yang terjadi hanya sekadar rutinitas dan formalitas.
Namun semakin hari, rumah tangga menjadi dingin, kata-kata yang terlontar semakin irit. Suami sibuk dengan game online, saya pun sering keluar bersama teman-teman sepulang kantor. Alih-alih “me time” justru semakin merasa kosong.
Sampai suatu saat, saya mencoba mengisi kuesioner dari situs www. selaraskan.com. Ada satu pertanyaan pada kuesioner tersebut yang seolah menampar saya, “Jika kamu tetap bekerja setelah menikah, bagaimana kamu menyediakan makan malam?”
Pilihan jawaban saya saat itu adalah “Saya membeli makanan di luar sebelum pulang ke rumah. “
Saya pikir, membeli makanan di luar saat perjalanan pulang cukup menyenangkan suami. Namun, berdasar hasil kuesioner tersebut, saya diminta untuk berbicara dengan suami. Lalu, saya pun mencoba membicarakan hal tersebut dengan suami secara baik- baik.
Jujur saya terkejut dengan jawaban suami saya. Ternyata selama ini dia rindu makan tempe penyet buatan saya. Sesimpel itu keinginannya tapi tak pernah disampaikan, demi menjaga perasaan saya. Kalimat sederhana itu membuat saya merasa bersalah.
Dalam sebuah hubungan, komunikasi adalah kunci penting kelanggengan, dan hubungan yang sehat.
Berikut beberapa tips yang bisa kamu coba untuk menjaga komunikasi yang baik dengan pasangan.
Memberikan Kesempatan Pasangan Anda Untuk Berbicara
Ada beberapa hal yang seringkali mengganggu, tapi saya ataupun suami takut menyampaikannya karena malas berdebat. Padahal hal-hal kecil yang terus bertumpuk akan meledak suatu hari nanti.
Setelah menjawab beberapa kuesioner tersebut, saya pun mulai mencoba mendengarkan apa yang suami rasakan. Tidak memotong pembicaraannya dan hanya menjadi pendengar aktif. Jika sebelumnya saya hanya mengangguk atau merespon “oh”. Kini, saya pun menunjukkan ketertarikan saya. Bahwa saya menangkap pesan-pesan yang suami sampaikan.
Tidak Hanya Berkomunikasi Secara Verbal
Komunikasi itu ternyata tidak hanya verbal, Saya mulai kembali menghidupkan cinta dengan sentuhan fisik. Jika biasanya kontak fisik hanya sebatas ranjang, kini saya mulai sering memeluknya.
Mulai Membahas Hal Sederhana
Selama pernikahan, saya sering mengabaikan hal-hal kecil, atau menghilangkan aktivitas yang dilakukan saat pacaran dulu. Seperti menonton bioskop bersama, makan dan nongkrong di cafe hingga larut malam.
Padahal aktivitas ini bisa menjadi alasan untuk ngobrol empat mata, mulai hal-hal kecil hingga tentang anak-anak.
Bahkan ketika suami tidak tertarik dengan obrolan, kamu bisa memancing dengan pertanyaan-pertanyaan simpel. Biasanya, saya akan menanyakan kabar pekerjaan di kantor, atau tentang kabar sahabat- sahabatnya. Terkadang saya juga memancing dengan pertanyaan perihal game online yang asik dia mainkan.
Ingat, Wanita Tidak Selalu Benar
Ada satu pertanyaan lagi yang buat saya menyadari bahwa wanita tidak selalu benar, ” Jika kamu bekerja setelah menikah, dan habis dimarahi atasan, jalan pulang macet total dan setelah sampai di rumah, suamimu lupa membelikan makan, kamu akan…”
Tentu saja, saya akan semakin marah dan mengomeli suami.
Tapi apakah rasa kesal saya akan sirna begitu saja? Sudah pasti tidak. Rasa kesal yang saya tumpahkan kepada suami hanyalah memperkeruh suasana. Apakah hal ini baik untuk rumah tangga saya? Apakah keegoisan saya membuat rumah menjadi hangat? Tidak.
Perasaan saya tidak akan dapat dimengerti suami, jika saya tidak berbicara. Jadi, hal yang bisa kamu lakukan jika mengalami seperti saya adalah menceritakan hal-hal yang terjadi kepada pasangan.
Mengubah Konflik Menjadi Kerjasama
Hubungan rumah tangga bukanlah sebuah kompetisi. Tidak ada siapa yang akan kalah atau menang. Setiap masalah yang datang seharusnya diselesaikan dengan diskusi dan kepala dingin.
Contohnya, ketika suami bermain game online hingga lupa waktu, istri dan anak. Maka saya akan mengajaknya berdiskusi tentang pembagian waktu bermain game, misalnya boleh bermain game saat menjelang tidur malam, dan bermain memainkan game online bersama.
Menghindari Kata- kata Negatif
Setelah mengisi kuesioner tersebut, sebisa mungkin saya tidak menggunakan kata-kata negatif saat berdiskusi dengan suami. Saya akan mengajak suami untuk duduk bersama, untuk meminimalisir kesalahpahaman. Dan menghindari penggunaan kata-kata negatif yang menyudutkan pasangan.
Sebab, perilaku ini akan memunculkan perasaan tidak senang, atau merasa dihakimi oleh pasangan. Tentu saja menjadi dapat membuat kondisi semakin memanas.
Hal yang seharusnya saya lakukan adalah menggunakan teknik komunikasi “i-message”, alih-alih “u-message”.
Apa itu i-message? Pola komunikasi ini dapat kamu gunakan untuk melatih untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan mempertimbangkan pemikiran dan perasaan lawan bicara kamu.
Jadi, kamu bisa mengubah pola komunikasi dengan formula Aku merasa >>> saat >>> aku ingin >>> karena
Jika kamu praktekkan akan menjadi begini “Aku merasa kurang perhatian saat kamu jarang di rumah, aku ingin kamu bisa pulang tepat waktu karena ingin lebih sering bercengkerama”.
Saling Menghargai
Hal terpenting lain yang dapat saya ambil pelajaran setelah mengisi beberapa kuesioner tersebut adalah saling menghargai.
Tidak menampik, pasangan suami istri adalah dua orang yang berbeda tapi dipersatukan oleh ikatan suci pernikahan. Perbedaan inilah yang mengharuskan kamu untuk belajar menghargai. Tidak saling merendahkan.
Perhatikan Timing
Dalam berkomunikasi, kamu harus memperhatikan timing. Mengapa demikian? Timing yang pas akan menghasilkan momen yang baik. Ketika ingin menasehati suami yang sibuk bermain game, maka perhatikan timing yang pas. Misalnya, saat sedang bersantai atau pillow talk. Pastikan kamu tidak menasehati sepulang kerja. Karena, nada dan timing yang tidak pas justru akan mendatangkan bencana.
Berusaha Menatap Wajah Suami Saat Berbicara
Jika sebelumnya kamu terbiasa mengobrol sambil melakukan aktivitas lain, maka ubahlah kebiasaan tersebut. Apapun topik bahasan, sebaiknya tatap wajah suami. Sebab, komunikasi tanpa saling bertatap muka dapat menyebabkan kesalahpahaman.
Menatap wajah suami yang sedang berbicara menunjukkan bahwa kamu menghargainya. Dan cara ini cukup efektif untuk meningkatkan kualitas hubungan kamu dan pasangan.
Hindari Berteriak
Poin yang tidak boleh kamu lupakan adalah mencoba mengenali diri sendiri. Duduk sebentar, ambil napas panjang sebelum meluapkan segala emosi kepada pasangan. Hindari berkomunikasi dengan pasangan sambil berteriak.
Percayalah, baik pria atau perempuan tidak suka jika lawan bicaranya berteriak. Berteriak hanya akan menambah ketegangan.
Jadi, bicaralah dengan nada lembut. Apabila masih terbawa emosi, maka hentikan percakapan. Ambil waktu sebentar untuk saling menenangkan diri masing-masing.
Itulah beberapa pelajaran yang saya ambil setelah mengisi kuesioner tersebut. Menjadikan hubungan saya dan pasangan menjadi lebih berkualitas, komunikasi semakin lancar berkat Selaraskan. Coba kuesionernya sekarang juga, jawab dengan jujur dan bangkitkan cinta kamu bersama pasangan.