Penyebab Usus Buntu dan Kenapa Harus Diwaspadai Sejak Dini

Rasa nyeri tiba-tiba di perut bagian kanan bawah sering kali dianggap masuk angin atau sakit perut biasa. Padahal bisa jadi itu adalah gejala awal dari usus buntu. Sayangnya, banyak orang baru menyadarinya setelah rasa sakitnya semakin parah dan harus dilarikan ke IGD.

Mengetahui penyebab usus buntu sejak awal penting agar kamu bisa menghindari risiko yang tidak perlu. Meski terdengar sepele, usus buntu bisa berbahaya jika sudah meradang parah dan pecah. Yuk, kenali lebih jauh apa itu usus buntu, apa saja penyebabnya, dan bagaimana cara mencegahnya.

Apa Itu Usus Buntu?

Usus buntu, atau dalam istilah medis disebut apendisitis, adalah kondisi ketika bagian kecil dari usus besar yang disebut apendiks mengalami peradangan. Apendiks ini terletak di perut bagian kanan bawah, dan meskipun fungsinya belum sepenuhnya jelas, kita tahu bahwa jika apendiks meradang, kondisi ini bisa sangat menyakitkan dan memerlukan tindakan operasi.

Usus buntu bisa terjadi pada siapa saja, baik anak-anak maupun orang dewasa. Peradangan ini biasanya berkembang cepat dan bisa pecah dalam waktu 24 sampai 72 jam setelah gejala muncul.

Penyebab Usus Buntu

Banyak orang mengira usus buntu disebabkan oleh terlalu banyak makan biji cabai atau makanan pedas. Padahal, penyebabnya lebih kompleks dari itu. Berikut beberapa penyebab usus buntu yang paling umum terjadi:

1. Penyumbatan pada Apendiks

Penyebab paling umum dari usus buntu adalah penyumbatan pada apendiks. Penyumbatan ini bisa berasal dari:

  • Tinja yang mengeras dan menempel di dinding usus
  • Pembesaran jaringan limfoid karena infeksi
  • Benda asing yang tidak sengaja tertelan
  • Parasit atau cacing usus
BACA JUGA:   Warnet Gaming Malang Dekat UB, Bisa untuk Tugas Berat

Ketika apendiks tersumbat, bakteri bisa berkembang biak dengan cepat dan menyebabkan infeksi. Inilah yang memicu peradangan dan nyeri.

2. Infeksi Saluran Pencernaan

Beberapa jenis infeksi virus atau bakteri di saluran pencernaan juga bisa memicu peradangan di apendiks. Ketika sistem kekebalan tubuh merespons infeksi, jaringan limfoid di sekitar apendiks bisa membengkak dan menyumbat salurannya.

3. Cedera atau Trauma

Meskipun jarang, trauma fisik di perut bagian kanan bawah juga bisa memicu peradangan pada usus buntu, terutama jika terjadi tekanan langsung ke apendiks.

4. Riwayat Keluarga

Jika ada anggota keluarga yang pernah mengalami usus buntu, kamu mungkin memiliki risiko yang sedikit lebih tinggi. Faktor genetik bisa memengaruhi struktur atau sensitivitas sistem pencernaan seseorang.

Gejala Awal Usus Buntu

Agar bisa ditangani lebih cepat, penting juga untuk mengenali gejala usus buntu sejak awal. Beberapa tanda yang umum antara lain:

  • Nyeri di perut bagian kanan bawah yang muncul tiba-tiba
  • Rasa sakit makin parah saat bergerak, batuk, atau menekan area perut
  • Mual, muntah, dan kehilangan nafsu makan
  • Demam ringan
  • Perut terasa kembung atau tidak nyaman
  • Kesulitan buang angin atau buang air besar

Jika kamu mengalami beberapa gejala di atas, sebaiknya segera periksa ke dokter. Usus buntu yang dibiarkan bisa pecah dan menyebabkan infeksi serius di rongga perut (peritonitis), kondisi yang bisa mengancam nyawa.

Apakah Usus Buntu Bisa Dicegah?

Sayangnya, usus buntu tidak selalu bisa dicegah sepenuhnya. Tapi ada beberapa cara untuk mengurangi risiko mengalami penyebab usus buntu, antara lain:

  • Mengonsumsi makanan tinggi serat seperti buah, sayur, dan biji-bijian untuk mencegah sembelit
  • Minum cukup air agar pencernaan tetap lancar
  • Tidak menahan buang air besar
  • Menjaga kebersihan makanan untuk mencegah infeksi saluran cerna
  • Segera mengobati infeksi pencernaan yang ringan sebelum berkembang
BACA JUGA:   Ini Dia Tips Memilih TWS Terbaik Agar Tidak Salah Beli

Dengan gaya hidup sehat, risiko peradangan pada usus buntu bisa ditekan. Meskipun tidak menjamin 100% bebas usus buntu, setidaknya kamu bisa menghindari pemicu paling umum.

Penanganan Usus Buntu

Jika sudah terdiagnosis, penanganan utama usus buntu adalah operasi pengangkatan apendiks (apendektomi). Ini bisa dilakukan melalui prosedur bedah biasa atau metode laparoskopi yang lebih minim luka. Dalam beberapa kasus ringan, dokter mungkin akan mencoba pengobatan dengan antibiotik dulu, tetapi ini jarang dilakukan.

Setelah operasi, kebanyakan pasien bisa pulih dengan cepat dan kembali beraktivitas dalam waktu beberapa minggu. Yang penting, jangan menunda pengobatan jika sudah muncul gejala serius.

Penyebab usus buntu umumnya berasal dari penyumbatan di bagian apendiks akibat tinja, infeksi, atau pembesaran jaringan. Meskipun terlihat seperti sakit perut biasa, gejala usus buntu bisa memburuk dengan cepat dan harus segera ditangani. (ADV)

Tika Widya

Tika Widya C.DMP adalah seorang penulis yang sudah menekuni industri kreatif secara profesional sejak tahun 2018. Ia telah menjadi content writer, copywriter dan creative writer pada lebih dari 914+ proyek penulisan skala nasional dan internasional. Pada tahun 2024, ia berhasil menjadi satu-satunya penulis Indonesia yang masuk daftar Emerging Writer Australia-Asia. Kini, Tika Widya mengajar menulis lewat Tikawidya.com, Tempo Institute dan Kelas Bersama. Ia juga membentuk Komunitas Belajar Nulis yang aktif mengawal 1800+ penulis dari seluruh Indonesia untuk terus berkarya dan menyemarakkan industri literasi nusantara.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *