7 Cara Menulis Prolog dalam Novel Paling Simple

Halo, writers! Saya ingin berbagi tentang sesuatu yang sering menjadi pertimbangan penting dalam penulisan novel, yaitu cara menulis prolog yang efektif.

Menulis prolog itu seperti menyusun pintu gerbang untuk sebuah kisah yang akan dijelajahi pembaca. Dari pengalaman saya, prolog tidak hanya berfungsi sebagai pembuka, tetapi juga sebagai alat untuk menanamkan rasa penasaran, memberikan konteks, dan menyiapkan suasana hati pembaca.

Dalam proses kreatif saya, saya telah menemukan tujuh cara yang bisa membantu kamu membuat prolog yang menarik dan meningkatkan pengalaman pembacamu.

Mulai dari menentukan tujuan penulisan, memperkenalkan karakter, hingga memastikan prolog terintegrasi dengan baik dalam outline cerita, setiap langkah ini memiliki perannya masing-masing dalam membangun fondasi cerita yang kuat.

Mari kita eksplorasi bersama bagaimana tujuh cara ini dapat membantu kamu dalam menulis prolog yang mengesankan untuk novelmu!

1. Menentukan Tujuan Penulisan Prolog

Pertama-tama, kamu harus menentukan apakah novelmu memerlukan prolog atau tidak. Ini sering menjadi bagian yang sulit bagi banyak penulis, termasuk saya pada awalnya.

Sebelum kamu memulai mengetik, ada beberapa pertanyaan penting yang perlu kamu jawab untuk menentukan apakah ceritamu memerlukan prolog:

  1. Apakah ada informasi penting yang harus diketahui pembaca sebelum cerita utama dimulai? Pertanyaan ini penting karena prolog sering berguna untuk memberikan konteks atau latar belakang yang esensial untuk pemahaman cerita. Misalnya, dalam novel fantasi, prolog biasanya berfungsi untuk menjelaskan sejarah dunia dalam novelnya.
  2. Bisakah kamu menyajikan informasi itu dengan cara yang menarik dan singkat? Prolog harus menarik dan tidak terlalu panjang. Tujuannya adalah untuk menarik pembaca, bukan membuat mereka bosan sebelum cerita utama dimulai. Sebagai contoh, jika prologmu adalah tentang sebuah legenda yang berhubungan dengan cerita utama, pastikan kamu menulisnya dengan cara yang menarik dan langsung ke pokok cerita.
  3. Apakah informasi ini tidak bisa diberikan di bab pembuka (bab 1)? Jika kamu bisa menyampaikan informasi penting melalui dialog atau narasi di bab pertama, mungkin kamu tidak memerlukan prolog. Prolog bukan tempat untuk informasi yang bisa disampaikan dengan cara lain di dalam cerita.

Jika jawabanmu ‘ya’ untuk semua pertanyaan tersebut, besar kemungkinan ceritamu memerlukan prolog. Namun, jika jawabanmu ‘tidak’ untuk salah satu dari pertanyaan tersebut, mungkin kamu perlu mempertimbangkan kembali penggunaan prolog.

Menanyakan pertanyaan-pertanyaan ini kepada diri sendiri sangat membantu. Terlebih lagi, prolog bukan hanya tentang ‘apa’ yang kita tuliskan, tetapi ‘bagaimana’ dan ‘mengapa’ kita menulisnya.

Prolog bukan hanya tentang mengawali cerita, tetapi tentang bagaimana kita bisa memberikan pembaca alasan yang kuat untuk terus membaca.

BACA JUGA:   Resensi: Pengertian, Fungsi dan Panduan Lengkap Menulisnya

2. Perkenalkan Tokohmu

Prolog bisa jadi cara yang efektif dalam memperkenalkan tokoh utama. Mari kita menggunakan contoh dari “Solo Leveling”, sebuah novel fantasi karya Chugong. Dalam “Solo Leveling”, Chugong memperkenalkan kemampuan spesial Sung Jin-Woo lewat prolog. Si tokoh utama ini akan mengalami perubahan dramatis dari menjadi pemburu (hunter) terlemah menjadi salah satu yang terkuat.

Nah, dalam prolognya, Chugong langsung memberikan gambaran tentang momen saat Jin-Woo baru mengenali kemampuannya. Tujuannya adalah untuk memantik rasa penasaran pembaca dan membuat kita terus menerus membuka halaman hingga mencapai penemuan ini.

Prolog di Solo Leveling memberikan sedikit petunjuk tentang peristiwa yang akan mengubah hidup sang tokoh utama. Ini akan menjadi cara yang menarik untuk menarik pembaca atau penonton, memberi mereka gambaran tentang karakter Jin-Woo, dan membuat mereka penasaran tentang bagaimana dia akan berkembang.

Dari perspektif saya, menggunaan prolog untuk memperkenalkan karakter utama seperti Jin-Woo ini sangat efektif karena memberikan konteks yang diperlukan. Pembaca akan langsung terlibat dengan perjalanan karakter dari awal, memahami latar belakang dan motivasinya, yang membuat pengalaman membaca menjadi lebih kaya.

Prolog jenis ini juga berfungsi sebagai hook yang kuat. Ketika pembaca melihat seorang karakter yang lemah dan terpinggirkan di awal, mereka secara alami ingin tahu bagaimana karakter tersebut akan mengatasi tantangan dan berkembang. Ini menciptakan investasi emosional yang kuat dari awal, yang merupakan salah satu kunci sukses dalam penulisan cerita.

Jadi, jika kamu sedang menulis dan ingin menggunakan prolog untuk memperkenalkan karakter utamamu, pertimbangkan untuk menunjukkan aspek penting dari kehidupan atau kepribadian mereka yang akan berpengaruh besar terhadap alur cerita. Ini bisa menjadi langkah awal yang menarik untuk membuat pembaca terpikat dengan ceritamu.

Baca Solo Leveling untuk Belajar Penulisan Prolognya! Karya ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Jadi, kamu bisa menikmatinya dengan lebih nyaman. Beli di sini!

3. Berikan Petunjuk Penting atau Foreshadow

Khususnya dalam genre fiksi kriminal dan thriller, prolog sering kali berguna untuk memberikan petunjuk tentang karakter, lokasi, dan misteri yang akan terungkap dalam cerita.

Di sini, prolog berfungsi sebagai puzzle pertama yang kamu berikan kepada pembaca. Kadang, prolog juga bisa kamu tulis dalam latar yang berbeda jauh, baik secara waktu maupun tempat, dari cerita utama. Ini mungkin terlihat tidak terkait pada awalnya, tapi nantinya akan sangat penting untuk memahami plot utama.

CONTOHNYA: Dalam sebuah novel thriller, prolog mungkin menunjukkan sebuah kejadian misterius yang terjadi beberapa abad lalu atau di lokasi yang sangat jauh. Pembaca pada awalnya mungkin bingung tentang relevansinya, tapi seiring berjalannya cerita, mereka akan menyadari bahwa kejadian tersebut memiliki keterkaitan dengan misteri yang sedang mereka ikuti.

BACA JUGA:   Contoh Script Video Youtube untuk Channel Kamu!

Menggunakan prolog untuk foreshadowing ini akan menanam rasa penasaran di benak pembaca. Ini memberikan pembaca sesuatu untuk dipikirkan, sebuah teka-teki yang mereka akan coba pecahkan selama membaca novel. Ketika akhirnya semua terhubung, ada kepuasan tersendiri yang dirasakan pembaca karena berhasil memahami petunjuk yang diberikan sejak awal.

Prolog jenis ini sangat efektif dalam membangun antisipasi dan menambah kedalaman pada cerita. Ini juga cara yang bagus untuk menunjukkan keahlianmu sebagai penulis dalam merancang plot yang rumit dan terkoneksi dengan baik.

Jadi, jika kamu sedang menulis sebuah novel dan ingin menggunakan prolog untuk foreshadowing, pikirkan tentang bagaimana kamu bisa menanam clue yang akan membuat pembaca terlibat dan penasaran.

4. Gunakan Teknik Show, Don’t Tell

menulis prolog

Image created by Tika Widya using DALL-E 3

Ada satu prinsip penting dalam penulisan yang juga berlaku ketika kita menulis prolog: “show, don’t tell“. Prinsip ini sangat penting untuk menjaga agar pembaca tetap terlibat dengan cerita. Saya ingin berbagi bagaimana cara menerapkannya, terutama dalam prolog.

“Show, don’t tell” berarti lebih menekankan pada menunjukkan apa yang terjadi melalui aksi, percakapan, dan pemikiran karakter, daripada sekadar menceritakannya. Dalam konteks prolog, ini berarti kamu harus menghindari hanya memberikan informasi secara langsung kepada pembaca. Sebaliknya, buatlah mereka merasa seolah-olah mereka sedang mengalami cerita tersebut.

CONTOHNYA: Daripada mengatakan “Dia adalah seorang detektif yang sangat pintar”, lebih baik tunjukkan kecerdasan tokoh tersebut melalui aksi atau dialognya dalam prolog. Misalnya, tunjukkan bagaimana dia menyelesaikan sebuah misteri dengan cara yang cerdik atau bagaimana dia memperhatikan detail kecil yang terlewat oleh orang lain.

Teknik “show, don’t tell” membuat prolog menjadi lebih hidup. Ini bikin pembaca terlibat secara lebih aktif dengan cerita. Mereka tidak hanya diberi tahu tentang dunia dan karakter dalam cerita, tetapi mereka punya kesempatan untuk melihat dan merasakannya sendiri.

Menerapkan “show, don’t tell” dalam prolog bisa menjadi tantangan. Namun, ketika kamu berhasil menerapkannya, pembaca akan merasa lebih terhubung dengan cerita dan lebih termotivasi untuk membuka halaman berikutnya. Jadi, teknik ini bisa menciptakan pengalaman yang imersif untuk pembaca sejak awal.

5. Pendek Tapi Mengena

Mari kita bicara tentang panjang ideal untuk prolog dalam sebuah novel. Kamu harus memperhatikan ini: Prolog yang baik dan efektif biasanya tidak terlalu panjang. Prolog novel sepanjang 500 hingga 1000 kata adalah yang paling ideal.

Kenapa harus pendek? Prolog adalah bagian pembuka yang memberikan kesan pertama kepada pembaca. Kalau terlalu panjang, bisa jadi pembaca merasa bosan atau kewalahan sebelum mereka masuk ke inti cerita. Prolog yang pendek dan padat cenderung lebih mengena, bisa memberikan cukup informasi tanpa mengungkap terlalu banyak, dan menjaga minat pembaca.

Misalnya, dalam prolog, kamu mungkin ingin memberikan sedikit latar belakang tentang dunia tempat cerita berlangsung, atau mungkin memberikan petunjuk tentang konflik utama. Tapi, semua ini harus kamu sampaikan dengan cara yang ringkas dan menarik.

BACA JUGA:   6 Tips Menyusun Daftar Pustaka untuk Karya Tulis Akademis

Menulis prolog yang pendek tapi berisi adalah seni. Harus ada keseimbangan antara memberi cukup informasi untuk membuat pembaca penasaran, namun tidak memberikan terlalu banyak sehingga masih ada misteri yang tersisa.

Jadi, ketika kamu menulis prolog untuk novelmu, ingatlah untuk menjaga agar tetap singkat dan padat. Fokuslah pada apa yang benar-benar relevan untuk pengalaman pembaca.

6. Bertanggung Jawablah Terhadap Prologmu!

Image created by Tika Widya using DALL-E 3

Prolog itu semacam ‘janji’ yang kita buat dengan pembaca. Ini penting sekali untuk dipahami.

Ketika kita menulis prolog, kita seringkali memberikan petunjuk, mengajukan pertanyaan, atau menampilkan misteri yang menarik perhatian pembaca. Pembaca yang terpikat oleh prolog akan mengharapkan jawaban atau penyelesaian dari hal-hal yang kita suguhkan di awal itu. Jadi, sebagai penulis, kita harus bertanggung jawab untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kita bangun di sepanjang cerita.

CONTOHNYA: Jika di prolog kamu menampilkan sebuah misteri, pembaca akan mengharapkan untuk mengetahui lebih banyak tentang ini di bab-bab berikutnya. Jika pertanyaan atau misteri ini tidak terjawab, pembaca mungkin akan merasa kecewa atau bahkan frustrasi.

Saya selalu berusaha memastikan bahwa setiap elemen yang saya masukkan dalam prolog memiliki keterkaitan dan penyelesaian di bagian lain dari novel. Pastikan kamu juga melakukan hal yang serupa! Jadi, jangan terlewat untuk memberikan latar belakang lebih lanjut, menjelaskan hubungan antara karakter, atau mengungkap rahasia yang ada di prolog.

Ingatlah kamu juga harus membangun kepercayaan pembaca. Jika kamu memasukkan sesuatu dalam prolog, pastikan kamu memperjelasnya dalam cerita. Hal ini akan membuat ceritamu lebih koheren dan memuaskan bagi pembaca.

7. Letakkan Prolog di Dalam Outline

Membuat outline adalah langkah krusial dalam proses penulisan, dan prolog tidak boleh terlewatkan dalam rencana ini.

Outline, atau kerangka cerita, adalah seperti peta yang memandu kita dalam menulis. Ini memuat semua elemen penting dari cerita, termasuk plot, perkembangan karakter, dan tentu saja, prolog. Dengan memasukkan prolog ke dalam outline, kamu akan lebih mudah melihat bagaimana ia berhubungan dengan bagian lain dari cerita.

Misalnya, jika prologmu memberikan petunjuk atau foreshadowing tentang plot atau karakter, kamu harus merencanakan bagaimana hal-hal ini akan terungkap di bab-bab selanjutnya. Dengan memasukkannya ke dalam outline, kamu bisa memastikan bahwa setiap elemen di prolog terhubung dan konsisten dengan cerita utama.

Memiliki prolog di outline sering membantu saya untuk tetap fokus pada tujuan cerita. Ini memungkinkan saya untuk menjaga keseimbangan antara mengungkapkan cukup informasi di awal dan menyimpan misteri yang cukup untuk membuat pembaca tetap terlibat.

Jadi, ketika kamu sedang merencanakan novelmu, pastikan untuk memasukkan prolog ke dalam outline. Pertimbangkan bagaimana setiap bagian dari prolog berhubungan dengan keseluruhan cerita. Ini akan membantumu untuk menulis prolog yang tidak hanya menarik, tapi juga relevan dan berfungsi sebagai fondasi yang kuat untuk cerita yang akan kamu ceritakan.

Nah, itulah cara terakhir dari 7 cara menulis prolog dalam novel. Semoga tulisan saya membantu dalam merencanakan dan menulis novelmu! Masih ada pertanyaan? Join Komunitas Menulis Tika Widya bersama lebih dari 1200+ penulis aktif lainnya supaya kamu bisa berdiskusi soal penulisan prolog lebih lanjut.

Tika Widya

Tika Widya C.DMP adalah seorang penulis yang sudah menekuni industri kreatif secara profesional sejak tahun 2018. Ia telah menjadi content writer, copywriter dan creative writer pada lebih dari 914+ proyek penulisan skala nasional dan internasional. Pada tahun 2024, ia berhasil menjadi satu-satunya penulis Indonesia yang masuk daftar Emerging Writer Australia-Asia. Kini, Tika Widya mengajar menulis lewat Tikawidya.com, Tempo Institute dan Kelas Bersama. Ia juga membentuk Komunitas Belajar Nulis yang aktif mengawal 1800+ penulis dari seluruh Indonesia untuk terus berkarya dan menyemarakkan industri literasi nusantara.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *