5 Kesalahan Penulisan Premis Cerita yang Paling Sering Terjadi

Kamu tau nggak, kalau bikin premis cerita adalah langkah awal yang penting banget dalam merencanakan cerita? Tapi, banyak penulis, baik yang masih baru maupun yang udah berpengalaman, sering banget nemuin kesulitan untuk ngebentuk premis yang solid.

Aku di sini bakal bantu kamu paham apa aja sih kesalahan penulisan premis cerita yang paling sering terjadi, dan gimana cara ngatasinnya.

1. Menempatkan Hal Abstrak Sebagai Tujuan Tokoh

Kesalahan umum yang sering terjadi saat membuat premis cerita adalah menempatkan tujuan yang terlalu abstrak untuk tokoh utama.

Misalnya, bikin tujuan tokoh seperti “mencari kebahagiaan” atau “menemukan cinta sejati,” ini memang kedengarannya penting, tapi sebenarnya tujuan-tujuan ini agak sulit untuk diwujudkan dalam narasi yang konkret dan menarik.

Sebaliknya, tujuan yang baik untuk sebuah premis harus lebih spesifik dan terukur. Contoh yang efektif adalah seperti “menangkap pembunuh untuk membalas kematian saudara” atau “menemukan harta karun yang hilang untuk menyelamatkan rumah mereka dari sitaan.”

Dengan tujuan yang konkret seperti ini, premis bisa memberi arah yang jelas untuk pengembangan alur ceritamu.

Coba cek contoh premis cerita lain dalam tabel berikut ini!

AspekContoh Salah (Tujuan Abstrak)Contoh Benar (Tujuan Konkret)
PremisSeorang wanita muda mencari arti kehidupan sejati setelah kematian ayahnya.Seorang wanita muda mencoba memecahkan misteri kematian ayahnya yang mendadak untuk menuntut keadilan.
Masalah UtamaPremis ini tidak memberikan arah yang jelas untuk alur cerita karena ‘mencari arti kehidupan’ adalah tujuan yang abstrak dan sulit diwujudkan dalam aksi nyata dalam cerita.Premis ini memberikan arah yang jelas dan spesifik, yaitu upaya memecahkan misteri kematian, yang memicu pengembangan plot dan aksi konkret.
Dampak pada CeritaTanpa tujuan yang konkret, sulit bagi penulis untuk memikirkan kemajuan cerita atau merasakan urgensi dan pentingnya perjalanan tokoh.Tujuan yang konkret memudahkan penulis untuk membuat konflik dan tantangan bagi tokoh utama.

Tujuan konkret ini pengambilan keputusan tokoh dan bagaimana dia akan bereaksi terhadap berbagai situasi dalam cerita sehingga memberikan dinamika dan aksi yang berarti dalam pengembangan cerita.

BACA JUGA:   3 Cara Mudah Mengembangkan Premis Sederhana

2. Menggunakan Terlalu Banyak Kata Sifat

Kesalahan penulisan premis cerita yang kedua adalah soal kata sifat. Kalau premis cerita kamu terlalu penuh dengan kata sifat, maka konflik dalam ceritanya bisa jadi kabur dan nggak jelas.

Misalnya, kamu nulis premis yang isinya cuma pujian atau deskripsi dramatis tentang tokoh, tapi nggak langsung menunjukkan masalah utamanya. Itu bisa bikin kamu sendiri bingung pas mau mengembangkan cerita ke dalam adegan yang konkret.

Premis yang efektif seharusnya membantu kamu sebagai penulis untuk melihat jelas apa sih konfliknya dan ke mana arah cerita akan berkembang.

AspekContoh Salah (Terlalu Banyak Kata Sifat)Contoh Benar (Fokus dan Jelas)
PremisDi sebuah desa kecil yang indah, tenang, dan memukau, seorang gadis muda yang cerdas, berani, dan tangguh menemukan sebuah buku kuno yang misterius, tua, dan penuh debu.Seorang gadis muda menemukan buku kuno yang mengungkap lokasi harta tersembunyi.
Masalah UtamaPremis terlalu penuh dengan kata sifat yang tidak perlu, membuatnya terasa berlebihan dan kurang fokus pada inti cerita.Premis langsung ke inti cerita dengan cara yang sederhana dan mudah dimengerti, menyoroti konflik utama tanpa pemborosan kata.
Dampak pada CeritaPenggunaan kata sifat yang berlebihan bisa mengaburkan detail penting dari cerita dan membuat penulis kesulitan mengembangkannya karena terlalu bertele-tele.Premis yang jelas dan to the point memudahkan pembaca untuk mengerti arah cerita dan meningkatkan ketertarikan mereka untuk mengetahui lebih lanjut.

Kalau konfliknya saja sudah kabur karena terlalu banyak kata sifat, kamu bisa kesulitan menentukan langkah selanjutnya dalam menulis.

Jadi, lebih baik fokus ke cara menyampaikan konflik yang jelas dan meninggalkan kata sifat yang berlebihan itu agar ceritamu bisa lancar dibangun dari awal hingga akhir.

BACA JUGA:   Apa itu Eksposisi? Pengertian dan Cara Penerapannya

3. Terlalu Rumit atau Membingungkan

Nah, kalau kamu mau nulis cerita yang keren, salah satu hal yang perlu dipegang teguh itu adalah membuat premis yang simpel dan gampang dimengerti. Kenapa? Karena premis itu kayak kompas buat kamu sebagai penulis; dia yang bakal nunjukin arah kemana ceritamu bakal berkembang.

Premis yang bagus tuh harusnya jelas dan to the point. Ini akan memudahkan kamu untuk fokus dalam mengembangkan plot utama dan karakter-karakter yang penting dalam cerita. Dengan begitu, setiap langkah dalam proses penulisanmu jadi lebih terarah dan kamu bisa menghindari nambah-nambahin hal yang nggak penting, yang cuma bakal bikin cerita jadi berantakan.

Jadi, jangan sampai premismu terlalu penuh dengan subplot atau info-info yang nggak perlu dari awal. Ini malah bikin kamu mudah nyasar dan lupa tujuan utama dari cerita yang mau kamu kembangin.

AspekContoh Salah (Terlalu Rumit dan Membingungkan)Contoh Benar (Sederhana dan Mudah Dipahami)
PremisSeorang mahasiswa filsafat yang juga merupakan penulis amatir dan musisi jalanan menemukan sebuah jam tangan yang dapat memutar waktu kembali, namun setiap kali dia menggunakannya, dia harus memilih antara mengorbankan kenangan pribadi atau membiarkan sejarah mengambil jalannya, sementara dia juga berusaha menyelesaikan disertasinya tentang metafisika waktu.Seorang mahasiswa menemukan jam tangan yang bisa memutar waktu dan harus memilih antara mengubah masa lalu atau menjaga kenangan pribadinya.
Masalah UtamaPremis ini mencoba menggabungkan terlalu banyak elemen — studi filsafat, penulisan, musik, perjalanan waktu, dan dilema moral, yang membuatnya terasa berat dan sulit untuk diikuti.Premis ini jelas dan langsung menunjukkan konflik utama serta konsekuensi yang dihadapi tokoh, membuatnya mudah untuk dimengerti dan diikuti.
Dampak pada CeritaKompleksitas yang tidak perlu dapat membuat penulis kesulitan untuk mengembangkan cerita secara efektif karena sulit mencocokkan alur cerita-nya dengan premis dasar. Kesederhanaan dalam premis memungkinkan pembaca dengan cepat memahami arah cerita dan terlibat dengan dilema yang dihadapi tokoh utama.

Intinya, premis yang jelas dan simpel itu bakal bantu kamu untuk tetap on track selama nulis cerita, jadi kamu bisa lebih gampang menyelesaikan cerita yang kuat dan menarik.

BACA JUGA:   4 Jenis Judul Cerita untuk Menarik Minat Pembaca

4. Kurang Konflik atau Konflik yang Tidak Memadai

Premis yang kurang konflik itu ibarat cerita tanpa bumbu—jadi terasa hambar dan kurang menarik. Dalam menulis fiksi, konflik adalah nyawa dari cerita itu sendiri.

Jadi, kalau premismu nggak punya konflik yang jelas, atau konfliknya nggak lebih besar dari kejadian awal yang memicu cerita (yang kita sebut inciting incident), ceritamu bakal terasa datar dan kurang bisa menggugah minat pembaca.

Coba cek contoh premis cerita ini!

AspekContoh Salah (Konflik Tidak Memadai)Contoh Benar (Konflik Efektif)
PremisSeorang penulis menemukan sebuah diari tua di loteng rumahnya dan mulai membacanya untuk mendapatkan inspirasi menulis.Seorang penulis menemukan sebuah diari tua yang meramalkan kejadian masa depan, termasuk bencana yang akan menimpa kota, dan berjuang untuk mencegah tragedi tersebut dengan bantuan catatan misterius dari masa lalu.
Masalah UtamaPremis hanya menunjukkan seorang penulis yang membaca diari tanpa adanya konflik signifikan yang mendorong cerita, membuat narasi cenderung statis dan kurang menarik karena tidak ada tantangan atau rintangan nyata.Premis menunjukkan bahwa temuan diari tidak hanya mengubah hidup penulis, tapi juga membawanya pada misi untuk menghindarkan kota dari bencana. Konflik ini menghadirkan tantangan yang jelas dan meningkatkan ketegangan serta ketertarikan pembaca terhadap apa yang akan terjadi selanjutnya.
Dampak pada CeritaTanpa konflik yang kuat, cerita cenderung tidak menggugah minat pembaca dan mudah dilupakan karena tidak ada ‘taruhan’ atau risiko yang signifikan.Konflik yang kuat dan berkembang memastikan bahwa pembaca tetap terlibat dan penasaran dengan kelanjutan cerita, meningkatkan keterlibatan emosional dan membangun suspense.

Dalam premis yang kamu buat, kamu harus bisa menggambarkan dengan jelas apa masalah besar yang dihadapi tokoh utama. Ini harus jadi masalah yang serius, yang bakal mendorong seluruh alur cerita.

Misalnya, bukan hanya soal si tokoh kehilangan sesuatu, tapi lebih ke bagaimana kehilangan itu berujung pada konsekuensi yang lebih besar dan serius yang harus dia atasi.

Konflik ini harus bener-bener signifikan, bahkan lebih besar dari insiden yang memulai cerita. Kenapa? Karena konflik yang besar dan mendalam itu yang bakal bikin pembaca penasaran dan terus ngikutin ceritamu sampai akhir.

5. Tidak Menarik secara Emosional

Jadi sebagai penulis, kamu perlu banget memastikan bahwa premis ceritamu bisa resonansi atau nyambung dengan emosi audiensmu. Pada dasarnya, premis bisa kasih tahu kamu apakah idemu ini sudah cukup rapi dan relate sama audiens.

Kamu harus bisa nentuin dulu siapa target audiensmu dan apa yang biasanya mereka cari dalam sebuah cerita.

Misalnya, kalau targetmu adalah penggemar drama keluarga, kamu mungkin ingin membuat premis yang mengeksplorasi hubungan keluarga yang rumit atau tantangan yang mereka hadapi bersama. Premis ini harus bisa membangkitkan empati dan membuat audiensmu merasa terhubung secara pribadi dengan situasi atau karakter dalam cerita.

Premis seperti “Seorang ibu tunggal berjuang melawan penyakit misterius anaknya, sambil menghadapi stigma sosial dan tekanan finansial,” akan langsung menyentuh hati audiens yang tertarik dengan cerita tentang ketahanan manusia dan ikatan keluarga.

Coba cek contoh premis lainnya!

AspekContoh Salah (Tidak Menarik Secara Emosional)Contoh Benar (Menarik Secara Emosional)
PremisSeorang akuntan menemukan kesalahan dalam laporan keuangan perusahaan yang menyebabkan dia harus bekerja lembur.Seorang akuntan muda menemukan skema korupsi di tempat kerjanya yang mengancam nyawanya.
Masalah UtamaPremis ini hanya menggambarkan sebuah situasi kerja yang mungkin stres, tapi tidak cukup mendalam untuk menarik emosi pembaca.Premis ini langsung menyentuh tema bahaya, keberanian, dan moral, yang membangkitkan emosi dan rasa penasaran.
Dampak pada CeritaTanpa elemen emosional yang kuat, cerita cenderung datar dan kurang memotivasi pembaca untuk terlibat lebih dalam.Koneksi emosional yang kuat memotivasi pembaca untuk berinvestasi dalam nasib tokoh dan hasil akhir cerita.

Intinya, sebagai penulis, kamu harus pandai-pandai memilih elemen yang akan menarik perhatian dan menyentuh hati audiens targetmu. Ini akan membantu ceritamu survive dan sukses buat pembaca.

Pesan untuk Penulis

Nah, sebagai penulis, kamu punya kekuatan luar biasa di ujung jari kamu—kekuatan untuk menciptakan dunia baru dan mengundang orang lain untuk terjun ke dalamnya.

Premis ceritamu adalah pintu gerbang pertama yang akan membawamu masuk ke dalam perjalanan itu. Jadi, pastikan premis tersebut kuat, jelas, dan, yang terpenting, mampu menarik emosi yang membuat pembaca ingin terus menelusuri setiap halaman ceritamu.

Jangan takut untuk menggali dalam-dalam dan mencari apa yang benar-benar akan membuat hatimu tergerak. Beranilah bereksperimen dengan ide-ide baru, dengarkan feedback, dan terus asah keterampilanmu.

Setiap cerita yang kamu tulis adalah kesempatan untuk menyentuh hati dan mengubah pikiran. Ayo, belajarlah dari kesalahan penulisan premis cerita di atas supaya tulisanmu jadi lebih baik. Masih bingung dan ingin bertanya lebih lanjut? Gabung dulu dengan Komunitas Belajar Nulis by Tika Widya di mana kamu bisa berbagi kegelisahanmu soal menulis bareng 1800+ penulis dari seluruh Indonesia!

Tika Widya

Tika Widya C.DMP adalah seorang penulis yang sudah menekuni industri kreatif secara profesional sejak tahun 2018. Ia telah menjadi content writer, copywriter dan creative writer pada lebih dari 914+ proyek penulisan skala nasional dan internasional. Pada tahun 2024, ia berhasil menjadi satu-satunya penulis Indonesia yang masuk daftar Emerging Writer Australia-Asia. Kini, Tika Widya mengajar menulis lewat Tikawidya.com, Tempo Institute dan Kelas Bersama. Ia juga membentuk Komunitas Belajar Nulis yang aktif mengawal 1800+ penulis dari seluruh Indonesia untuk terus berkarya dan menyemarakkan industri literasi nusantara.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *