Cara Membangun Hubungan antara Tokoh dengan Gangguan Mental dan Tokoh Lain dalam Cerita

Menulis tokoh dengan gangguan mental itu cukup menantang, ya.

Apalagi saat kamu harus memperlihatkan gimana tokoh-tokoh ini membangun hubungan yang dinamis dengan tokoh lain dalam cerita.

Dalam konteks keluarga, persahabatan, atau percintaan, tokoh dengan gangguan mental akan menghadirkan perspektif unik buat pembaca.

Kali ini, aku akan berbagi insight tentang cara menggambarkan koneksi tokoh dengan gangguan mental dengan tokoh lainnya.

Mengapa Hubungan Tokoh dengan Gangguan Mental Penting untuk Cerita?

Sebelumnya nih, kamu mungkin bertanya-tanya, kenapa penulis harus banget memperhatikan hubungan antar tokoh dalam cerita?

Jawabannya sederhana, karena hubungan inilah yang sering kali memberikan dimensi emosional lebih dalam pada cerita.

Tokoh dengan gangguan mental punya konflik internal yang variatif.

Konflik ini akhirnya memberi dampak tersendiri terhadap cara mereka berinteraksi dengan dunia luar.

Aku sering menemui penulis pemula yang ingin menciptakan tokoh yang kompleks, tetapi lupa memperhitungkan bagaimana gangguan mental mereka memengaruhi interaksi sosial.

Padahal, menggambarkannya dengan tepat dalam cerita akan bikin tokohmu terasa lebih manusiawi dan relate dengan pembaca.

Jadi, Ini Tipsnya!

Coba baca dulu, biar kamu bisa bikin tokoh (dengan gangguan mental) yang memorable di mata pembaca.

1. Memahami Gangguan Mental dan Dampaknya

Sebelum mulai membangun hubungan antar tokoh, kamu harus paham dulu apa itu gangguan mental.

Menurut Mayo Clinic, gangguan mental bisa berupa kondisi seperti depresi, kecemasan, bipolar disorder, dan lain-lain, yang menyebabkan perubahan signifikan dalam perasaan, pemikiran, dan perilaku seseorang.

BACA JUGA:   Jenis-jenis Tokoh Dalam Cerita Berdasarkan Peran dan Perkembangan Karakter

Kondisi ini bisa memengaruhi kemampuan tokoh dalam menjaga hubungan sosial karena mereka mungkin merasa cemas, takut dihakimi, atau bahkan kesulitan dalam mengungkapkan perasaan mereka.

Sebagai contoh, aku pernah menulis tokoh dengan depresi yang merasa kesulitan untuk tetap terhubung dengan teman-temannya.

Di satu sisi, dia ingin berbagi masalah yang sedang dihadapinya, tapi di sisi lain, dia takut menjadi beban.

Hal ini menciptakan jarak emosional yang tidak terlihat oleh orang di sekitarnya.

2. Konflik dalam Hubungan Keluarga

Hubungan keluarga adalah relasi yang pasti ikut terganggu ketika salah satu tokoh di dalamnya mengalami gangguan mental.

Misalnya, tokoh dengan kecemasan sosial mungkin merasa sulit untuk menghadiri acara keluarga, yang akhirnya menimbulkan ketegangan dengan anggota keluarga yang tidak memahami kondisi mereka.

Aku pernah berkonsultasi dengan seorang penulis yang menggambarkan tokoh dengan gangguan kecemasan sosial.

Tokoh tersebut merasa cemas setiap kali harus berinteraksi dengan keluarganya.

Pihak keluarganya pun menganggap bahwa dia hanya malas atau menghindar.

Konflik ini bikin ceritanya jadi lebih dinamis, karena pihak keluarga yang mencoba untuk mendekati sang tokoh justru membuatnya semakin tertekan.

Nah, dari sini terlihat bahwa penulis bisa menambah dimensi pada cerita dengan menunjukkan gimana cara keluarga tokoh merespons gangguan mental ini.

Apakah mereka mendukung dan sabar, atau malah merasa frustrasi dan tidak mengerti?

Perbedaan sikap ini bisa menambah kedalaman konflik dalam hubungan keluarga.

3. Persahabatan yang Diuji oleh Gangguan Mental

Dalam sebuah cerita, kamu bisa mengeksplorasi bagaimana seorang teman mencoba mendukung tokoh dengan gangguan mental, tetapi mengalami kesulitan karena tidak tahu bagaimana cara yang tepat untuk membantu.

Di sisi lain, tokoh dengan gangguan mental mungkin merasa bersalah karena merasa menjadi beban bagi temannya.

BACA JUGA:   5 Cara Membuat Pembaca Merasa Lebih Dekat dengan Tokoh dalam Cerpen

Dalam salah satu kelas praktik, seorang penulis membuat tokoh yang menderita bipolar disorder.

Teman dekatnya berusaha keras untuk memahami perubahan suasana hati yang tiba-tiba, tetapi di saat yang sama, dia juga merasa kewalahan.

Hubungan seperti ini terasa kompleks tetapi sangat relate sama apa yang harus dihadapi pembaca sehari-hari.

4. Tantangan dalam Hubungan Romantis

Menulis hubungan romantis dengan tokoh yang memiliki gangguan mental itu menarik.

Tokoh dengan gangguan mental biasanya merasa sulit untuk terbuka dengan pasangannya.

Mereka cenderung takut pasangannya tidak akan menerima mereka jika tahu kondisi sebenarnya.

Di sisi lain, pasangan mereka mungkin merasa bingung dengan perubahan yang terjadi.

Aku pernah menulis tokoh dengan kecemasan yang sangat parah dalam hubungan percintaan.

Setiap kali pasangannya mengajak bertemu teman-temannya, dia merasa sangat cemas dan mencari-cari alasan untuk tidak pergi.

Ini menciptakan konflik di mana pasangannya merasa kecewa dan mulai mempertanyakan komitmen dalam hubungan mereka.

Situasi-situasi seperti ini sangat relevan bagi orang-orang yang menderita gangguan mental sehingga pembaca bisa merasa terhubung dengan konflik yang dialami tokoh-tokoh tersebut.

5. Momen Pertumbuhan dalam Hubungan

Yang menarik dari menulis hubungan antara tokoh dengan gangguan mental dan tokoh lain adalah adanya ruang untuk pertumbuhan.

Tokoh dengan gangguan mental bisa belajar untuk lebih terbuka, sementara tokoh lain dalam cerita bisa belajar untuk lebih pengertian.

Proses ini tidak selalu mulus, tapi di situlah letak keindahannya.

Sebagai penulis, kamu bisa menunjukkan bahwa gangguan mental bisa jadi sarana untuk memperkuat hubungan antar tokoh.

Dalam salah satu cerita yang pernah aku baca, tokoh utama yang awalnya kesulitan berbagi perasaan dengan orang-orang terdekatnya, akhirnya menemukan keberanian untuk terbuka.

BACA JUGA:   Creative Writing: Pengertian, Jenis, dan 5 Elemen Penting

Proses ini bikin hubungan mereka jadi lebih dekat dan solid.

Kesimpulan

Kalau kamu mau menulis soal tokoh dengan gangguan mental, maka kamu perlu belajar sensitif dan melakukan riset yang komprehensif.

Jika kamu melakukannya dengan baik, hasil ceritanya bakal sangat menarik untuk dibaca.

Dengan memperhatikan dinamika dalam hubungan keluarga, persahabatan, dan percintaan, kamu bisa menciptakan karakter yang lebih kompleks.

Kalau kamu masih merasa kesulitan menulis tokoh dengan gangguan mental atau butuh bantuan lebih lanjut, kamu bisa ikut kelas privat penulisan bareng aku.

Di situ, aku bakal berbagi insight sekaligus memberikan feedback personal untuk ceritamu.

Tika Widya

Tika Widya C.DMP adalah seorang penulis yang sudah menekuni industri kreatif secara profesional sejak tahun 2018. Ia telah menjadi content writer, copywriter dan creative writer pada lebih dari 914+ proyek penulisan skala nasional dan internasional. Pada tahun 2024, ia berhasil menjadi satu-satunya penulis Indonesia yang masuk daftar Emerging Writer Australia-Asia. Kini, Tika Widya mengajar menulis lewat Tikawidya.com, Tempo Institute dan Kelas Bersama. Ia juga membentuk Komunitas Belajar Nulis yang aktif mengawal 1800+ penulis dari seluruh Indonesia untuk terus berkarya dan menyemarakkan industri literasi nusantara.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *