Di tengah gempuran media digital, banyak yang beranggapan bahwa media cetak mulai meredup. Makanya, sudah jarang penulis yang mau belajar soal tips menulis di media cetak.
Namun, data terbaru dari Statista mengungkap fakta menarik: Pasar surat kabar dan majalah cetak di seluruh dunia diperkirakan akan mencapai pendapatan sebesar US$127,20 miliar pada tahun 2023.
Angka ini menunjukkan bahwa media cetak masih memiliki daya tarik kuat dan relevansi di mata masyarakat global.
Sebagai seorang penulis atau calon penulis, kamu tentu tidak ingin melewatkan kesempatan emas untuk menorehkan tinta di halaman-halaman koran atau majalah, bukan?
Tetapi, pahami dulu bahwa menulis untuk media cetak memerlukan strategi dan pendekatan yang berbeda dibandingkan dengan menulis di media online.
Dalam artikel ini, sahabat menulis favorit kamu akan membahas beberapa tips yang bisa membantu kamu untuk menulis di media cetak dengan lebih efektif.
1. Buatlah Tulisan yang Relevan dan Aktual
Tips yang pertama adalah membuat tulisan yang aktual. Tulisan yang aktual berarti isinya seputar topik terkini atau update. Hal ini berhubungan dengan tujuan utama media cetak.
Menurutmu, mengapa artikel dimuat di media cetak?
Media cetak, seperti koran dan majalah, hanya memuat tulisan-tulisan yang aktual agar orang-orang mengetahui informasi atau berita terkini.
Pasalnya, mereka memiliki tanggung jawab besar untuk memberikan informasi yang tepat dan terpercaya kepada masyarakat.
Jadi, mereka selalu mencari tulisan yang dapat memenuhi kebutuhan informasi pembaca, memberikan wawasan baru, atau memicu diskusi produktif di masyarakat.
Oleh karena itu, agar tulisan kamu terpilih untuk dimuat dalam media cetak, pastikan isi dan topiknya aktual, ya!
Contoh: Ketika kamu ingin menulis tentang topik kesehatan di tengah pandemi, maka tulisan yang membahas tentang cara pencegahan, dampak psikologis, atau inovasi dalam penanganannya akan sangat relevan dan dicari oleh banyak orang.
2. Orisinalitas Tulisan adalah Segalanya
Dalam menulis, mengambil inspirasi dari berbagai sumber adalah hal yang wajar. Namun, ada batasan antara terinspirasi dengan meniru atau plagiat.
Menulis dengan orisinal berarti menghasilkan karya yang berasal dari pemikiran, pengetahuan, dan pengalaman pribadi kamu, bukan hasil salin tempel dari karya orang lain.
Contoh: Misalnya, kamu ingin menulis tentang dampak media sosial terhadap kesehatan mental. Kamu boleh membaca banyak artikel, jurnal, atau buku tentang topik tersebut. Tapi, saat menulis, gunakanlah bahasa dan gaya penulisanmu sendiri, sertai dengan analisis atau pandangan pribadi yang unik, dan pastikan sumber yang kamu gunakan telah kamu sitasi dengan benar.
Dengan perkembangan teknologi saat ini, terdapat berbagai tools pendeteksi plagiarisme yang bisa kamu gunakan, seperti Turnitin, Grammarly, atau Copyscape.
Tools ini akan memeriksa tulisanmu dan membandingkannya dengan jutaan konten yang ada di internet untuk memastikan bahwa tulisanmu unik dan bebas dari plagiarisme.
3. Pilih Bahasa Lugas, Singkat dan Jelas
Media cetak punya keterbatasan ruang. Jadi, kemampuan menyampaikan informasi dengan jelas dan efisien adalah kunci.
Salah satu cara untuk mencapai efisiensi tersebut adalah dengan menggunakan bahasa yang lugas.
Apa itu bahasa lugas? Bahasa lugas adalah bahasa yang langsung pada pokok permasalahan, tanpa perlu berbelit-belit atau memakai kata-kata yang tidak perlu.
Ini membantu pembaca untuk langsung fokus pada poin utama yang ingin kamu sampaikan.
Contoh: Misalkan kamu ingin menulis tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan di tengah pandemi. Daripada menulis “Di era pandemi seperti saat ini, sudah seharusnya kita semua, sebagai warga negara yang baik, memperhatikan dan meningkatkan kesadaran kita tentang pentingnya menjaga kebersihan di sekitar kita,” kamu bisa lebih lugas dengan menulis “Di tengah pandemi, menjaga kebersihan lingkungan adalah prioritas utama kita semua.”
Bahasa yang lugas memudahkan pembaca untuk menyerap informasi dan meningkatkan peluang tulisanmu untuk diterima oleh media cetak.
Editor dan pembaca sama-sama menghargai tulisan yang efisien dan tidak membuang-buang waktu mereka.
Jadi, saat menulis, tanyakan pada diri sendiri: Apakah kalimat ini sudah seefisien mungkin? Apakah ada kata-kata yang tidak perlu?
Dengan begitu, kamu akan terbiasa menulis dengan bahasa yang lebih lugas dan efektif. Selamat mencoba!
4. Menjaga Integritas dengan Cover Both Sides
Integritas dan objektivitas adalah dua hal yang sangat penting dalam dunia jurnalistik. Pembaca mengandalkan media untuk memberikan informasi yang akurat, seimbang, dan tanpa prasangka.
Sebagai penulis, kamu memiliki tanggung jawab untuk menyajikan fakta dengan cara yang adil, tanpa memihak atau memfavoritkan pihak tertentu.
Misalnya, saat kamu menulis tentang sebuah kontroversi antara dua kelompok, kamu harus memastikan bahwa kedua pihak memiliki kesempatan yang sama untuk menyuarakan pendapat mereka dalam tulisanmu.
Kamu masih boleh memiliki opini atau perasaan pribadi mengenai isu yang sedang kamu tuliskan. Namun, sebagai penulis andal, kamu harus bisa memisahkan perasaan pribadi dari fakta.
Kode Etik Jurnalistik Dewan Pers Indonesia Pasal 1 menyebutkan bahwa wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beriktikad buruk.
Ini berarti seorang jurnalis harus memastikan bahwa berita atau tulisan yang dihasilkan bebas dari pengaruh pihak ketiga, dan disajikan dengan kebenaran serta ketidakberpihakan.
Sebagai contoh, jika kamu memiliki hubungan pribadi atau kepentingan finansial dengan salah satu pihak yang kamu liput, ada potensi bahwa tulisanmu bisa menjadi bias.
Oleh karena itu, kamu mungkin harus mempertimbangkan pengambilan materimu. Jangan biarkan faktor-faktor pribadi atau kepentingan tertentu mempengaruhi pelaporanmu!
5. Tulis Judul yang Memantik Emosi Pembaca
Image created by Tika Widya using DALL-E 3
Judul memegang peran krusial. Sebuah judul yang menarik mampu memikat perhatian pembaca seketika, dan seringkali menjadi pertimbangan pertama seseorang untuk membaca suatu artikel atau berita. Oleh karena itu, memilih judul yang tepat adalah seni tersendiri.
Sebagai penulis, kamu tentunya ingin karyamu dibaca oleh banyak orang. Salah satu caranya adalah dengan memberikan judul yang mampu memantik emosi pembaca.
Namun, ingat, memantik emosi di sini bukan berarti menyesatkan. Judul harus tetap mencerminkan isi tulisan dengan jujur. Namun, kamu bisa menyajikannya dengan cara yang menarik dan menyentuh perasaan pembaca.
Contoh: Jika kamu menulis tentang pentingnya kesehatan mental di era digital, daripada memberi judul “Pentingnya Kesehatan Mental”, kamu bisa menggunakan judul seperti “Era Digital: Pelukan Hangat atau Ancaman bagi Kesehatan Mental Kita?”
Namun, ada hal penting yang perlu kamu tahu. Sambil berusaha membuat judul yang menarik, jangan sampai kamu melanggar etika jurnalistik.
Mengacu pada Kode Etik Jurnalistik Dewan Pers Indonesia, seorang wartawan harus menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beriktikad buruk. Oleh karena itu, hindari judul yang menyesatkan atau berpotensi menimbulkan kesalahpahaman.
6. Cara Mengirimnya Berbeda dengan Media Online
Mengirim tulisan ke media cetak, khususnya koran, memiliki cara tersendiri yang berbeda dengan media online. Tips menulis di media cetak yang keenam akan membahas soal ini.
Mungkin kamu sudah familiar dengan mengirim artikel melalui email untuk dimuat di situs web, namun untuk koran, prosesnya sedikit berbeda.
Menurut panduan dari I Ketut Suweca dalam bukunya yang berjudul “Subconscious Mind Writing: Memanfaatkan Kemampuan Luar Biasa Pikiran Bawah Sadar dalam Penulisan“, berikut beberapa langkah yang perlu kamu perhatikan saat ingin mengirim tulisanmu ke koran:
- Pastikan naskahmu diketik dengan rapi dan teliti.
- Gunakan font Times New Roman berukuran 12, dengan spasi 1,5 dan panjang tulisan sekitar 3-5 halaman ukuran A4.
- Sertakan surat pengantar yang ditujukan kepada Redaksi koran.
- Cantumkan informasi dirimu, terutama yang menunjukkan kompetensimu di bidang tersebut.
- Kamu bisa mengirim naskah baik melalui pos maupun email.
- Jika kamu memilih metode pos, jangan lupa menyertakan amplop dan prangko untuk pengembalian.
- Setelah mengirim, beri waktu sekitar dua minggu (untuk koran harian) sebelum memastikan apakah naskahmu diterima atau tidak.
- Biasanya, redaksi koran tidak memberikan pemberitahuan apakah naskahmu akan dimuat atau tidak.
- Sebagai penulis, inisiatif ada di tangamu untuk terus memantau, baik melalui website koran tersebut atau membeli cetakannya.
- Jika ternyata tulisanmu tidak dimuat, jangan berkecil hati! Kamu bisa memilih untuk membuat tulisan baru, memperbaiki naskah sebelumnya, atau mengirimnya ke koran lain.
7. Jika Tulisanmu Tidak Diterima di Media Cetak
Mengirim tulisan ke media cetak tentunya menjadi impian bagi banyak penulis, baik yang sudah berpengalaman maupun pemula. Namun, persaingan di dunia penulisan sangat ketat.
Tidak jarang, tulisan yang sudah kamu persiapkan dengan matang dan penuh perasaan ternyata tidak langsung diterima oleh media cetak. Jika hal ini terjadi, apa yang harus kamu lakukan?
Pertama-tama, kamu harus ingat bahwa setiap penolakan bukanlah akhir dari segalanya, melainkan awal dari sebuah peluang baru.
Penolakan bisa menjadi batu loncatan untuk kamu menjadi penulis yang lebih baik. Berikut beberapa tips praktis untuk menghadapinya:
- Terima dengan Lapang Dada: Saat menerima penolakan, cobalah untuk tidak terlalu kecewa. Setiap media cetak memiliki pertimbangan dan kriteria tersendiri dalam memilih tulisan yang akan dimuat.
- Evaluasi Kembali Tulisanmu: Gunakan kesempatan ini untuk meninjau kembali tulisanmu. Mungkin ada bagian yang bisa diperbaiki atau dipoles agar lebih menarik.
- Mintalah Masukan: Jika memungkinkan, mintalah masukan dari media cetak yang menolak tulisanmu. Dengan begitu, kamu bisa tahu apa yang perlu diperbaiki.
- Terus Asah Kemampuanmu: Jangan berhenti belajar. Ikuti workshop penulisan, baca buku, atau diskusi dengan penulis lain untuk terus meningkatkan kemampuanmu.
- Kirim ke Media Lain: Jika satu media menolak, masih banyak media lain yang mungkin tertarik dengan tulisanmu. Jangan ragu untuk mengirimkan tulisanmu ke media lain.
- Bangun Jaringan: Memiliki jaringan dengan sesama penulis atau editor dapat membantu kamu mendapatkan informasi dan peluang yang lebih baik di dunia penulisan.
- Percayalah Pada Proses: Teruslah menulis dan berkreasi, percayalah bahwa setiap usaha kerasmu akan membuahkan hasil.
Ingatlah bahwa setiap penulis hebat pasti pernah mengalami penolakan. Yang terpenting adalah bagaimana kamu meresponsnya dan apa langkah selanjutnya yang akan kamu ambil.
Itulah 7 tips menulis di media cetak yang harus kamu pahami terlebih dahulu. Dari sini, kamu mungkin sudah bisa menyimpulkan bahwa dunia penulisan itu penuh tantangan. Penolakan itu hal yang biasa. Jadi, jangan lupa tetap semangat dan terus berkarya!